Foto: Unsplash
Schoolmedia News, Jakarta – Nama generasi alpukat mungkin masih asing untuk sebagian orang. Namun akhir-akhir ini nama generasi alpukat sering menjadi perbincangan. Lalu sebenarnya apa itu generasi alpukat? Generasi alpukat merujuk pada golongan orang-orang muda di rentang usia 24-39 tahun atau yang lahir pada tahun 1981 sampai 1996 yang mengalami pergeseran pandangan dan gaya hidup.
Dibanding generasi sebelumnya, mereka lebih mementingkan kebahagiaan dan meraihnya dengan cara mereka sendiri. Tidak mementingkan pernikahan atau punya anak, generasi alpukat juga sering disebut generasi yang menolak tua, dilansir dari Brightside, Jumat (16/10/2020). Generasi alpukat ini mirip dengan generasi Peter Pan di mana orang-orang berusia 18-29 tahun lebih memilih hidup dengan orangtua ketimbang berumah tangga.
Berdasarkan studi Clark University of Emerging Adults, para 'Peter Pan' ini adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi dan berkeinginan mengejar 'passion' dan mimpi. Hal tersebut kurang dipahami oleh generasi sebelumnya karena orang tua tidak mengerti beban ekonomi yang terjadi sekarang. Nama generasi alpukat ini digambarkan seperti orang-orang yang hidup dengan obsesi alpukat setelah avocado toast sempat tren di zaman mereka.
Baca juga: 7 Pemimpin Dunia dengan Gaji Tertinggi, Ada Indonesia?
Generasi alpukat yang terdiri dari para millennial memilih untuk menjadi bahagia dengan pilihannya sendiri. Mereka menolak untuk mengambil sembarang pekerjaan yang tidak membuat bahagia atau cepat-cepat menikah daripada nanti bercerai. Selain menolak tua, ada beberapa karakteristik lain dari generasi avokad yang mungkin kamu sedang rasakan juga.
1. Selalu Online
Bukan sesuatu yang aneh jika generasi ini selalu online karena tak pernah meninggalkan gadget-nya. Bahkan tidak sedikit yang mengaku jika mereka akan FOMO (Fear of missing out) ketika tidak melihat handphone karena takut ketinggalan sesuatu yang penting. 70% generasi alpukat selalu mengecek handphone paling tidak sejam sekali.
2. Mengalami Kecemasan dan Depresi
Meski sering menampakkan dan berusaha mencari kebahagian, tak sedikit generasi alpukat yang mengalami kecemasan bahkan depresi. Bukan tanpa alasan, milenial memang lebih rentan mengalami gangguan mental karena tekanan hidup. Tapi positifnya, mereka cenderung lebih terbuka untuk bercerita dan mencari bantuan dari terapis.
Baca juga: 3 Cara Menjadi Diri Sendiri, Hidup Jadi Lebih Bahagia
3. Ingin Mencari Passion
Dibanding generasi sebelumnya, anak muda saat ini lebih mementingkan minat. Mereka ingin pekerjaan yang bukan hanya menghasilkan gaji tapi jadi sumber kebahagiaan dan bermanfaat bagi orang banyak. Sayangnya hal ini juga yang sering membuat mereka jadi cemas ketika belum berhasil menemukan.
4. Mematahkan Stereotip
Banyak dari generasi alpukat yang tidak lagi mementingkan kata orang. Mereka pun berani mematahkan stereotip dan menjadi diri sendiri lalu berusaha mencari penghasilan dari sana. Lihat saja para influencer atau selebgram yang mendapat endorsement dengan menjadi 'berbeda'.
5. Lebih Toleran
Melihat banyaknya orang yang mematahkan stereotip dan menjadi diri sendiri membuat generasi alpukat lebih toleransi kepada mereka yang berbeda. Sebagian besar dari mereka juga lebih terbuka pada orang-orang berbeda ras, negara, agama atau suku daripada generasi sebelumnya. Umumnya orang-orang zaman sekarang lebih sadar akan keberagaman dan menerimanya.
250 Karakter tersisa