Foto; Unsplash
Schoolmedia News, Jakarta – Bicara tentang kesehatan tentunya tidak hanya kesehatan fisik. Kesehatan mental juga penting untuk kita perhatikan. Sebab, di era seperti saat ini bnayak sekali orang yang mengalami gangguan kesehatan mental yang kemudian berujung dengan tindakan bunih diri.
Tidak hanya pada dewasa, gangguan mental lebih mudah terjadi pada generasi muda, terutama remaja yang baru menapaki usia dewasa muda. Tentu saja, ada banyak hal yang menyebabkan kondisi ini, seperti sering mengalami perilaku tidak menyenangkan yang berujung trauma, baik di lingkungan sekitar dan keluarga. Trauma yang tidak teratasi ini terakumulasi dan menyebabkan stres.
Sayangnya, tidak banyak orangtua yang menyadari anak mereka mengalami gangguan mental. Padahal, gejalanya mudah dikenali, seperti suasana hati yang cenderung berubah dalam waktu yang terbilang singkat, mudah marah dan emosional, hingga menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan. Berikut gangungan mental yang kerap menyerang remaja dilansir dari berbagai sumber.
Baca juga: 9 Cara Mengatasi Pori-pori Besar Pada Wajah, Sederhana dan Mudah
1. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD)
ADHD adalah gangguan perilaku yang dimulai dari masa anak-anak, dan bisa memengaruhi hingga remaja dan dewasa. ADHD bisa membuat remaja sulit konsentrasi, tidak betah belajar dalam waktu lama, hiperaktif bahkan sampai mengganggu orang-orang sekitarnya, serta perilaku impulsif.
Perawatan yang tepat penting agar gejala ADHD bisa dikendalikan. Caranya adalah dengan terapi obat dan perilaku. Pengobatan ini dapat mengurangi hiperaktif dan impulsif, meningkatkan daya fokus, kerja, pemahaman, termasuk koordinasi fisik.
2. Depresi
Bukan cuma orang dewasa, depresi juga sering terjadi pada remaja. Menurut studi yang diterbitkan dalam "The British Medical Journal", 8-10 persen siswa sekolah menengah memiliki gejala depresi yang parah. Selain itu, menurut sebuah studi dalam jurnal "JAMA Psychiatry" tahun 2012, ada survei yang menemukan bahwa 8 persen remaja mengalami depresi tiap tahunnya.
Ketika sudah berusia 21 tahun, studi dalam "Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry" tahun 2011 yang menyebut, sebanyak 15 persen paling tidak mengalami satu episode akibat gangguan suasana hati (mood disorder). Seperti yang sudah kita tahu, dampak buruk depresi bisa sangat mengerikan. Mulai dari kesulitan di sekolah, berhubungan dengan orang lain, tidak menikmati hidup, dan skenario terburuknya adalah tindakan bunuh diri.
3. Gangguan bipolar
Banyak orang salah mengartikan gangguan bipolar sebagai kepribadian ganda. Faktanya, gangguan mental ini menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrem. Remaja bisa sewaktu-waktu mengalami lonjakan mood secara intens (episode mania atau hipomania), lalu tiba-tiba mood drop secara signifikan (episode depresif).
Meskipun hingga saat ini gangguan bipolar belum ada obatnya, tapi dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, seperti pemberian obat dan psikoterapi, gejala tiap episode bisa diminimalkan. Dukungan keluarga pun diperlukan untuk mengoptimalkan perawatan.
Baca juga: 7 Tanda Seseorang Memiliki Kecerdasan Emosional yang Baik
4. Gangguan makan
Dilansir dari laman Verywell Mind, Selasa (18/8/2020) gangguan makan cukup banyak ditemukan pada remaja. Faktor yang berpengaruh termasuk tekanan sosial untuk punya tubuh langsing. Media sosial, pemberitaan, dan lingkungan pergaulan sering kali membentuk kesadaran bahwa tubuh yang ideal adalah yang kurus langsing.
Banyak remaja yang mengalami masalah pencitraan tubuh (body image), sehingga membuat mereka melakukan banyak cara untuk menurunkan berat badan. Ada studi yang menyebut bahwa 1-2 persen remaja mengalami gangguan makan. Bahkan, gangguan ini bisa dialami sejak usia 12 tahun. Gangguan makan yang perlu diwaspadai adalah anoreksia nervosa, bulimia, dan binge-eating disorder.
Pada anoreksia nervosa, penderita mengira dirinya gemuk, sehingga sangat membatasi asupan makanannya. Sering kali penderita olahraga berlebihan dan hanya makan dalam jumlah sangat sedikit. Kondisi ini lama-lama bisa mengakibatkan penipisan tulang, tekanan darah rendah, dan kerusakan di otak dan jantung. Pada kasus yang parah, akibatnya bisa fatal.
Pada kasus bulimia, biasanya remaja akan banyak berlebihan (binge-eating). Namun, sebagai kompensasi mereka diam-diam akan memuntahkan makanannya tersebut, penggunaan laksatif, atau olahraga secara berlebihan. Dampaknya secara fisik adalah dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan pencernaan, dan kerusakan gigi.
5. Gangguan kecemasan
Dilansir dari laman National Institute of Mental Health, Selasa (18/8/2020) kurang lebih 8 persen remaja usia 13-18 tahun mengalami gangguan kecemasan. Remaja yang mengalami gangguan ini dapat berdampak pada kemampuannya untuk bersosialisasi dengan teman-temannnya, begitu juga pada pendidikannya. Pada kasus yang parah, gangguan kecemasan bisa membuat mereka takut untuk keluar rumah.
Pada gangguan kecemasan umum, remaja jadi sering merasa cemas di semua bidang kehidupan. Pada gangguan kecemasan sosial, remaja mungkin kesulitan untuk bicara di kelas atau menghadiri acara sosial. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, gangguan kecemasan ini juga bisa mencakup gangguan panik, obsessive-compulsive disorder (OCD), dan post-traumatic stress disorder (PTSD).
250 Karakter tersisa