Rektor Universitas Negeri Medan (Unimed) Syamsul Gultom. foto: unimed.ac.id
SCHOOLMEDIA NEWS, Medan - Generasi muda harus memperkuat solidaritas dan nasionalisme guna menyiapkan diri menghadapi tantangan perubahan zaman dan memajukan bangsa pada masa mendatang, kata Rektor Universitas Negeri Medan (Unimed) Syamsul Gultom.
"Kondisi bangsa sekarang di mana sudah mulai renggang rasa-rasa solidaritas dan nasionalisme, hal itu terutama terjadi pada generasi muda Indonesia," katanya saat membuka seminar tentang nasionalisme dalam rangka Dies Natalis Ke-54 Jurusan Sejarah Unimed di Medan, Rabu 13 November 2019.
Tema "Berkoloborasi Membangun Kesolidaritasan Sejarah Bangsa, Bangun Pemuda Satukan Indonesia" dalam seminar tersebut, kata dia, sebagai tepat karena sesuai dengan kondisi bangsa saat ini.
Baca juga: 187 Sekolah di Padang Selenggarakan Pendidikan Inklusi
Ia mengatakan generasi muda memiliki tanggung jawab untuk memajukan bangsa sehingga mereka harus menjadi sumber daya manusia yang unggul. Hal itu, sesuai dengan misi Presiden RI Joko Widodo, yakni "SDM Unggul Indonesia Maju".
"Untuk itu diharapkan dengan dilaksanakannya seminar ini dapat menjadi wadah bagi kita untuk bertukar pikiran dan berdiskusi, sehingga dapat menghasilkan rekomendasi atau ide-ide yang kreatif untuk menjawab tantangan bangsa Indonesia sekarang ini, yaitu Revolusi Industri 4,0," ujar dia.
Pada kesempatan itu, Rektor Syamsul Gultom juga menyatakan bangga dengan Jurusan Sejarah Unimed karena sebagai yang pertama di perguruan tinggi negeri itu mendapat akreditasi "A" sehingga bisa membuka program pascasarjana.
Baca juga: Kemenag Aceh Terapkan Ujian Semester Berbasis Online
Kepala Biro SDM Polda Sumut Kombes Pol I.K. Suardana mengatakan empat kondisi generasi muda saat ini, yakni pertama kurang dan rendahnya wawasan mengenai sejarah bangsa.
Padahal, katanya, sejarah penting dalam pembentukan sikap nasionalisme, karena dengan menghargai sejarah maka menghargai secara tidak langsung jasa para pahlawan.
"Bangsa yang hebat adalah bangsa yang dapat menghargai jasa pahlawannya dan menghargai sejarah bangsa," katanya.
Kedua, katanya, pemuda sekarang kurang pemahaman akan tanggung jawab mempertahankan keamanan di Indonesia, ketiga masih lemah peran pendidikan dalam pembangunan karakter, dan keempat masih kurang pemahaman terhadap konsep akidah dan etika.
"Keempat hal itulah yang sedang terjadi sekarang di Indonesia dan ditambah dengan kemajuan teknologi, yaitu 'handphone' (telepon seluler) sekarang pemuda lebih asyik dalam bermain 'handphone' dan menjadikannya 'generasi tunduk'," katanya.
Ia berharap, mahasiswi menjadi garda terdepan dalam memajukan Indonesia. "Setelah kalian lulus harus bisa membangun karakter yang baik para generasi muda di sekolah maupun di luar sekolah," katanya.
Hadir dalam seminar itu, antara lain jajaran wakil rektor Unimed, dekan FIS, kepala program studi, sekretaris program studi, dosen sejarah, dan mahasiswa Jurusan Sejarah.
250 Karakter tersisa