Peluang Ekspor, Kementan: Petani Milenial Perlu Garap 3 Komoditas Ini!

Ilustrasi pertanian anggur, Foto: Pixabay

 

Schoolmedia News, Mataram - Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi, memotivasi kaum milenial atau generasi muda di Nusa Tenggara Barat untuk berani menggarap tiga komoditas menguntungkan.

"Kami berharap para petani milenial di NTB, terjun di tiga komoditas, yakni tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan yang sudah terjamin dan terbukti keuntungannya," kata Dedi, usai membuka pertemuan koordinasi penumbuhkembangan pengusaha pertanian milenial, di Mataram, Kamis, 6 Februari 2020.

Menurut dia, tanaman pangan berupa jagung dan bawang sebagai salah satu tanaman hortikultura merupakan komoditas yang sudah berkembang di NTB. Kedua tanaman tersebut, kata Dei, sudah bisa untuk ekspor. Begitu juga dengan peternakan.

 

Baca juga: Agar Mampu Selamatkan Diri Saat Bencana, 100 Siswa SLB Belajar SAR

 

Untuk bisa sukses dengan tiga komoditas tersebut, Dedi menyarankan, petani milenial harus menerapkan teknologi modern dalam berwirausaha tani, terutama menggunakan mekanisasi efisiensi produksi.

Selain itu, petani milenial juga harus memperhatikan strategi pemasaran hasil pertanian yakni menggunakan teknologi informasi secara daring (online). Tujuannya, agar pemasaran dan penjualan barang tidak lagi secara manual terutama untuk skala ekspor.

"Seluruh dunia tendensi milenial menekuni usaha pertanian memang menurun. Untuk menyiasatinya tentu dengan inovasi teknologi. Sekarang sudah revolusi industri 4.0 dan yang menguasai adalah milenial, makanya banyak 'start up' berkembang," ujarnya.

Ia menyebut, jumlah petani di Indonesia sekitar 33 juta orang. Namun yang berusia milenial sekitar 8 persen, sisanya tergolong petani "kolonial" atau usianya sudah kurang produktif.

 

Baca juga: Gunakan Bahasa Lokal, Teater 3 SMAN 3 Denpasar Ramaikan Bulan Bahasa Bali

 

Sebagian besar petani milenial tersebut, kata Dedi, masih terfokus di Pulau Jawa dan belum merata ke seluruh Tanah Air. Bahkan, di NTB dan Bali, jumlah petani milenial masih relatif sedikit.

"Ke depan, petani milenial harus diduplikasi ke seluruh Tanah Air, tidak hanya di Pulau Jawa saja," katanya.

Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan) Kementan, Bustanul Arifin Caya menambahkan, kalangan generasi muda di NTB, harus mampu memanfaatkan potensi sektor pertanian di daerah, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun orientasi ekspor.

"Kalau sektor pertanian, khususnya tanaman pangan, hortikultura dan peternakan dikelola dengan baik, mulai dari hulu sampai hilir, maka akan mampu memberikan keuntungan yang relatif bagus," ucap Bustanul.

 

Baca juga: Rektor IAIN Palu: Jarak Bukan Kendala Guru dalam Pembelajaran Pada Era 4.0

 

Pertemuan koordinasi penumbuhkembangan pengusaha pertanian milenial tersebut diikuti oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan Kementan dari beberapa provinsi, perwakilan Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, serta Bali.

Selain itu, dari Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) NTB sebanyak 15 orang, dan P4S Bali 5 orang, serta dari siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan Negeri Mataram.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk mewujudkan persamaan persepsi dan pemahaman dalam membahas konsep penumbuhan petani pengusaha milenial berorientasi ekspor.

Komentar

250 Karakter tersisa