Ilustrasi Generasi Z, Foto: Pixabay
Schoolmedia News, Jakarta - Bagi sebagian orang tentu sudah tidak asing lagi dengan Generasi Z. Generasi Z adalah generasi penerus setelah generasi milenial. Generasi Z merupakan generasi yang lahir dalam rentang tahun 1995 hingga 2010. Generasi Z juga bisa dibilang sebagai penerus milenial.
Generasi Z juga sering disebut sebagai generasi peralihan generasi Y dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Dalam definisi lain seperti yang Schoolmedia News lansir dari Pew Research, Sabtu (7/3/2020), Generasi Z adalah orang yang lahir setelah 1997 yang tumbuh dengan teknologi, internet, dan media sosial.
Lahir dan berkembang di era teknologi digital menjadikan generasi Z sebagai pecandu teknologi dan cenderung anti-sosial. Generasi Z didefinisikan pula sebagai generasi influencer yang merupakan penduduk asli dari era digital saat ini. Karena lahir dan dewasa, bersama internet, jaringan sosial, dan sistem seluler.
Baca juga: 5 Manfaat Tes DNA yang Jarang Diketahui, Bantu Perbaiki Kualitas Hidup
Karakteristik Generasi Z
Ilustrasi Generasi Z, Foto: Unsplash
Tumbuh Bersama teknologi, berikut karakteristik Generasi Z. Schoolmedia News merangkumnya dari berbagai sumber.
Memiliki Ekspektasi Lebih Tinggi
Generasi Z cenderung menganggap segala inovasi yang ditemukan dan dikembangkan hanya sebagai hadiah semata. Mereka menginginkan sesuatu yang lebih. Lain halnya dengan generasi milenial yang merasa puas bahkan kagum dengan setiap perkembangan teknologi yang terjadi di dunia ini.
Hal ini dikarenakan Generasi Z terlalu memiliki ekspektasi yang tinggi dalam berbagai hal. Terkadang ekspektasi yang lebih tinggi ini sering membuat mereka sering dibilang banyak maunya.
Memiliki Ambisi Besar untuk Sukses
Generasi Z juga cenderung memiliki ambisi besar untuk sukses, dikarenakan semakin banyaknya role model yang mereka idolakan. Ambisi untuk menggapai mimpi ini juga didukung oleh kondisi dunia yang lebih baik, dan kondisi orang tua yang mayoritas jauh lebih mapan.
Cenderung kurang fokus
Generasi Z hidup dalam dunia yang mengalami pembaruan terus-menerus, terutama dalam teknologi informasi. Tak heran jika generasi ini mampu memproses informasi lebih cepat daripada generasi sebelumnya.
Meski demikian, hal ini pun memberikan dampak negatif bagi Generasi Z. Generasi Z memiliki kemampuan focus yang lebih rendah disbanding dengan generasi sebelumnya.
Baca juga: Ciptakan SDM Unggul, Sekda Pontianak: Anak Harus Disiapkan Sejak Dini
Mahir Berbisnis
Lahir di tengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi digital menjadikan Generasi Z lebih mahir dalam mengakses teknologi. Hal inilah yang mendorong generasi ini lebih mahir dan paham cara meraih keuntungan dari internet.
Tak heran jika banyak anak-anak muda yang mandiri secara finansial karena menjadi Selebgram, Selebtwit, dan Youtuber hanya dengan mengunggah foto dan video di akun media sosialnya.
Dari kalangan generasi milenial pun banyak juga yang mampu memanfaatkan internet. Namun, sebagian besar generasi milenial cenderung lebih memilih pekerjaan yang konvensional seperti pekerjaan kantoran baik di instansi pemerintah maupun swasta.
Rasa Toleransi Tinggi
Generasi Z merupakan orang-orang yang memiliki kecenderungan waktu yang lebih lama untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan banyak orang diberbagai kalangan di berbagai media sosial.
Bahkan tidak cukup hanya bersosialisasi dengan orang-orang atau teman satu daerah atau negara, tetapi juga lintas daerah dan lintas negara. Hal ini menjadikan Generasi Z juga lebih memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap perbedaan budaya dan lingkungan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan perusahaan informasi global, Nielsen, Generasi Z cenderung lebih peka dan peduli terhadap isu lingkungan. Sebab itu, dalam konteks lingkungan Generasi Z disebut pula sebagai green generation atau generasi hijau.
Mereka mendukung setiap aksi yang bertujuan untuk menyelamatkan dan melestarikan lingkungan. Mulai dari membeli produk dengan kemasan yang ramah lingkungan hingga ikut berpartisipasi dalam kampanye peduli lingkungan seperti global warming, climate changes, dan go green.
Mereka Lebih Mudah Mengalami Stres
Menurut American Psychological Association (APA), lebih dari 90 persen gen Z mengalami stres. Alhasil, kesehatan mentalnya pun terganggu. Riset itu juga menyebut beberapa penyebab dari stresnya gen Z adalah, keadaan politik, dan kasus penembakan massal.
Memperlakukan Anak Generasi Z
Ilustrasi Generasi Z, Foto: Unsplash
Sebagai sebuah generasi yang unik, maka perlu perlakuan yang tepat untuk generasi yang satu ini. Berikut cara memperlakukan anak Generasi Z:
Pemberian penghargaan (rewards)
Pemberian penghargaan kepada anak bisa dalam bentuk mainan, uang, makanan, dan lainnya. Penghargaan bukan untuk mengubah perilaku anak tetapi untuk menghargai hasil karya anak.
Membiasakan disiplin
Disiplin pada anak bertujuan agar anak dapat memiliki kontrol terhadap dirinya dengan menanamkan kepercayaan diri.
Time-out
Time-out adalah proses bagi anak untuk menenangkan diri dan menyadari kesalahannya. Time-out bukan hukuman, namun memberi waktu dan kesempatan pada anak untuk memperoleh kontrol atas perilakunya.
Role Modeling
Anak belajar dari mengamati tingkah laku, perbuatan, pandangan, pemikiran, cara berkomunikasi dari orang dewasa yang ada di sekitarnya. Sehingga perlu memberikan contoh perilaku dan tindakan positif.
Encouragement
Adanya dorongan semangat untuk memperoleh perilaku positif pada anak.
Attention Ignore
Langkah ini memfokuskan pada perbuatan baik yang dilakukan oleh anak sehingga anak akan mempertahankan perbuatan baik dan mengabaikan perilaku buruk.
250 Karakter tersisa