7 Mitos dan Fakta Penting Tentang Penyakit HIV AIDS

Foto: Unsplash

 

Schoolmedia News, Jakarta – Banyak orang yang mengira bahwa penyakit HIV (Human Immunodefiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan penyakit yang sama. HIV sendiri menggambarkan bahwa virus ini menginfeksi manusia dan menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini menyerang CD4, yang berfungsi sebagai ‘alarm’ tubuh ketika dimasuki virus berbahaya, dalam sel T, yang merupakan bagian dari sel darah putih.

Virus HIV ini bisa menyebabkan sebuah kondisi yang disebut AIDS sehingga setiap orang yang mengidap AIDS sudah pasti terserang HIV. Sebaliknya, tidak semua pengidap HIV bisa menjadi AIDS. Tanggal 1 Desember diperingati Sebagai hari AIDS Sedunia. Meski sudah hampir 40 tahun penyakit ini pertama kali ditemukan, tetapi masih banyak kesalahpahaman tentang penyakit HIV dan AIDS.

Salah satunya adalah pemahaman keliru tentang pemikiran HIV yang selalu berujung dengan kematian. Padahal, bila dipahami lebih dalam, penyakit ini bisa dihindari dengan mudah. Berikut ini beberapa mitos dan fakta penting tentang penyakit HIV AIDS yang Schoolmedia News rangkum dari berbagai sumber.

 

Baca juga7 Hal yang Perempuan Harus Tahu tentang Menstruasi

 

Mitos 1: Seseorang dapat tertular virus HIV bila berdekatan dengan penderita HIV-AIDS
Fakta: Virus HIV tidak ditularkan melalui sentuhan atau ciuman, seperti saat berjabat tangan, melalui cipratan ludah, atau keringat. Penularan virus ini bisa terjadi melalui tiga cairan, yaitu cairan kelamin saat berhubungan seks, cairan darah ketika melakukan transfusi darah, dan cairan susu atau ASI, untuk ibu menyusui. Untuk kamu yang sedang tinggal serumah dengan para ODHA (orang dengan HIV/AIDS) tidak perlu panik dan takut beraktivitas bersama mereka. Kamu tidak akan tertular HIV lewat berbagi peralatan makan atau berada di satu ruangan yang sama.


Mitos 2: HIV tidak dapat disembuhkan
Fakta: Sampai saat ini memang belum ada obat penawar HIV AIDS. Pengobatan antiretroviral (ARV)yang tersedia hanya bisa membantu menekan perkembangan penyakitnya, mencegah risiko penularan, serta mengurangi risiko kematian akibat komplikasi HIV-AIDS secara drastis. Bila penderita tidak menjalani pengobatan, maka infeksi virus HIV bisa berkembang menjadi AIDS dalam 10-15 tahun. Penderita HIV yang menjalani pengobatan bisa menjalani hidup yang sehat dalam waktu lama dan tidak mengalami AIDS.

 

Mitos 3: Penderita HIV AIDS tidak bisa punya anak
Fakta: Untuk perempuan yang terkena positif HIV AIDS masih bisa memiliki anak, tetapi dengan syarat dan ketentuannya. Salah satunya adalah rutin mengonsumsi obat ARV tersebut. Bila seorang pria menderita HIV, tetapi menjalankan pengobatan hingga viral load dalam darahnya rendah, maka risiko ia menularkan pada istri dan anaknya pun juga sangat rendah. 

 

Baca jugaKonsumsi Teh Hijau Setiap Pagi Bisa Bikin Awet Muda, Benarkah?

 

Mitos 4: Ibu hamil dengan HIV positif akan selalu menularkan HIV kepada janinnya
Fakta: Penularan infeksi ibu ke anak menjadi salah satu cara penyebaran virus. Namun, bila ibu dan janin menerima pengobatan yang tepat sebelum, selama, dan sesudah kelahiran, maka peluang risiko infeksi pada bayi bisa menurun sampai 1-2 persen.

 

Mitos 5: Tertular HIV karena seks bebas dan narkoba
Fakta: Kamu bisa berisiko terkena HIV bila berhubungan seks tanpa pengaman, terlepas dari kamu melakukannya di dalam atau di luar pernikahan. HIV bisa tertular dari berbagi jarum suntik dengan orang yang terinfeksi virus ini.

 

Mitos 6: Orang tidak mengalami gejala HIV-AIDS tidak memiliki virus HIV
Fakta: Virus HIV dapat menginfeksi seseorang tanpa menimbulkan gejala selama 10-15 tahun. Namun, orang yang tidak memiliki tanda atau gejala belum tentu tidak memiliki virus HIV di dalam tubuhnya. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kamu atau pasangan HIV positif adalah dengan tes HIV.

 

Mitos 7: HIV sama dengan hukuman mati
Fakta: Meski di awal kemunculan HIV-AIDS angka kematian begitu tinggi, tetapi kamu tidak perlu khawatir lagi saat ini karena sudah ada pengobatannya. Meski begitu, virus ini tidak bisa benar-benar hilang dari tubuh. Namun, bila hidup disiplin mengikuti pengobatan dan anjuran dokter, para ODHA bisa hidup lebih panjang, bahagia, dan produktif seperti sediakala.

Komentar

250 Karakter tersisa