Walhi: Hidup di Normal Baru Pascapandemi Covid-19 Tidak Bisa Egois

Ilustrasi kerja sama, Foto: Pixabay

 

Schoolmedia News, Jakarta - Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nur Hidayati mengatakan pandemi Covid-19 semakin memunculkan solidaritas besar sehingga di masa normal baru nanti orang tidak bisa lagi hidup secara individualistis dan egois.

“Covid-19 menunjukkan bahwa kita bangsa yang rentan. Kita tidak tahu sampai kapan dapat bertahan, tidak tahu kecukupan bahan dasar kita sampai sejauh apa, dan harusnya itu bisa diubah,” kata Nur Hidayati dalam diskusi Membangun Kembali Indonesia Pascapandemi di Jakarta, Selasa, 19 Mei 2020. 

Meski demikian Nur mengatakan di masa pandemi justru terlihat solidaritas rakyat yang sangat besar yang sebenarnya juga membuat pemerintah kaget.

“Sebenarnya itu sudah lama ada, karena bencana hidrologis setiap tahun juga sudah jutaan dari mereka mengungsi”, ujarnya. 

 

Baca juga: Mulai Hari Ini, KAI Operasikan 6 KA Luar Biasa

 

Maka, menurut dia, pemerintah perlu melihat solidaritas yang kembali muncul tersebut sebagai modal sosial yang harus dikembalikan semangatnya dan didukung sepenuhnya. Sehingga masyarakat tidak bisa lagi hidup individualistis yang disebabkan sistem ekonomi yang dianut saat ini.

Pada masa normal baru nanti, Nur melanjutkan, konsep Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia masih memakai tolok ukur pertumbuhan ekonomi, dan hal itu yang perlu diubah.

“Tapi memang di tingkat masyarakat sudah melakukan 'sustainable development' yang harusnya di tataran negara, mereka tukar hasil panen yang bersifat solidaritas,” ujar dia.

 

Baca juga: DPR Minta Metode Pembelajaran Saat Pandemi Jadi Referensi Cetak Biru

 

Apa yang ingin dikembangkan, kata Nur, adalah bibit solidaritas tersebut ada saat menghadapi krisis, dan tidak peduli lagi dengan apa yang dilakukan pemerintah.

“Saya pikir kita harus juga punya imajinasi leluasa, membayangkan masa depan kita ini seperti apa," ujarnya.

Jika memang tidak kompatibel, menurut dia, maka negara harus mencari titik temunya melalui dialog dan delibratif.

Komentar

250 Karakter tersisa