Schoolmedia News, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) harus disadari sebagai kebutuhan oleh sektor swasta. Alasannya, agar mereka berinvestasi lebih di bidang litbang untuk memajukan bisnis dan meningkatkan daya saing inovasi bangsa.
Ia menjelaskan, Korea Selatan dapat menjadi negara yang maju karena berbasis inovasi, dan kegiatan penelitian dan pengembangan di negara itu banyak ditopang oleh swasta bukan pemerintah.
"Jadi, mereka (Korea Selatan) menjadikan research and development (penelitian dan pengembangan) sebagai suatu kebutuhan, beda dengan kita yang terutama di sektor swasta melihat itu sebagai suatu luxury suatu kemewahan yang seolah-olah kalau saya tidak ingin (melakukan litbang) ya tidak usah saja," kata Bambang kepada wartawan, Jakarta, Rabu, 26 Februari 2020.
Baca juga: Perpustakaan Daerah Payakumbuh Miliki 26.400 Eksemplar Buku
Bambang menuturkan, seharusnya pendanaan riset dan pengembangan didominasi oleh sektor swasta.
"Itu yang harus didorong terjadi di Indonesia sehingga penelitian dan pengembangan di Indonesia benar-benar bisa maju dan menghasilkan produk-produk inovasi unggul untuk mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa," ujarnya.
Sektor swasta di Korea Selatan, kata Bambang, sudah memahami bahwa penelitian dan pengembangan bukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) tetapi justru bagian utama (mainstream) dari kegiatan mereka.
"Mereka, kalau mau perusahaannya lebih besar, kalau mau untungnya lebih besar, kalau usahanya mau kompetitif, mau tidak mau harus 'invest' (berinvestasi) cukup signifikan di research and development (penelitian dan pengembangan)," kata Bambang.
Baca juga: Terapkan Pelajaran PKK, Pelajar SMKN 4 Pontianak Produksi Beragam Sabun Cair
Di Korea, Bambang melanjutkan, mahal atau tidak (litbang) mereka butuh research and development kalau mereka mau survive (bertahan).
Penelitian dan pengembangan, kata Bambang, sebagai inti utama kegiatan perusahaan atau swasta tidak hanya dilakukan Korea Selatan tapi juga dilakukan Jepang di masa lalu dan masa sekarang. Begitu juga dengan negara-negara maju bertumpu pada kekuatan penelitian dan pengembangan.
"Inovasi hanya bisa berkembang karena sektor swasta menjadi penggerak dan pemerintah yang memfasilitasi atau yang membantu dengan regulasi," tuturnya.
Sementara di Indonesia, pendanaan penelitian dan pengembangan masih didominasi oleh pemerintah dengan porsi 80 persen. Sedangkan sektor swasta hanya berperan 20 persen.
Untuk itu, ia berharap, perusahaan swasta di Indonesia harus menyadari penelitian dan pengembangan menjadi bagian utama dari inti bisnisnya. Selain itu juga mulai menjadikannya suatu kebiasaan atau kebutuhan di perusahaannya.
Baca juga: Kemendes: Dana Desa Bisa Digunakan untuk Bangun Perpustakaan
Sebelumnya, Bambang menuturkan orientasi penelitian di Indonesia saat ini hanya demi kepentingan penyerapan anggaran. Sehingga, kata Bambang, kualitas hasil penelitian masih kurang. Hal ini dikarenakan kegiatan penelitian dan pengembangan masih didominasi oleh pendanaan dari pemerintah.
Padahal ekosistem riset dan inovasi akan makin bertumbuh dan berkembang jika mayoritas pendanaan penelitian dan pengembangan datang dari sektor swasta.
Industri swasta lebih mengerti akan kebutuhan pasar; sehingga jika pendanaan riset berasal dari sektor swasta, maka penelitian yang dihasilkan akan lebih tepat guna bagi kebutuhan masyarakat.
"Swasta yang tahu apa yang menjadi kebutuhan di market, bukan pemerintah. Kalau pemerintah yang sibuk riset, maka ujungnya adalah penyerapan anggaran yang tidak berujung pangkal, yang tidak jelas apa fokus risetnya," ujarnya.
250 Karakter tersisa