Peran Bunda PAUD Lahirkan Generasi Emas Anak Indonesia Melalui Gerakan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan

 

Schoolmedia News Jakarta ---- Merdeka Belajar Episode 24 "Gerakan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan" yang dihadirkan  Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)  pada 28 Maret 2023 lalu, mendapat sambutan positif seluruh pemangku kepentingan pendidikan nasional.

Pasalnya, gerakan ini memiliki tujuan utama mulia yang  memastikan setiap anak Indonesia nantinya memiliki kemampuan fondasi sebagai pembelajar sepanjang hayat (lifelong learning). Kemampuan enam fondasi anak yang melahirkan generasi emas Indonesia 2045  dibangun secara berkesinambungan sejak di PAUD hingga SD Kelas Awal melalui Gerakan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat dua strategi yang perlu diterapkan oleh satuan pendidikan. Pertama penguatan peran PAUD sebagai fondasi pendidikan dasar yang ilakukan melalui penguatan desain pembelajaran di PAUD; penguatan kompetensi guru; serta evaluasi internal dan eksternal yang berorientasi pada kualitas layanan.

Strategi kedua penguatan keselarasan pembelajaran PAUD ke SD. Agar terbangun keselarasan pembelajaran di satuan PAUD dan satuan SD maka yang perlu dilakukan dengan membuat  melalui kerangka pembelajaran yang mendekatkan pembelajaran SD kelas awal dengan pembelajaran di PAUD. Hal ini perlu dikuatkan dengan dukungan dari dinas; kerangka pembinaan guru dan penguatan ekosistem lainnya.

Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan merupakan upaya untuk  memastikan setiap anak, di mana pun titik berangkatnya, memiliki hak untuk dibina kemampuan fondasinya. Cara pandang orang dewasa menentukan perilaku kita pada anak. Apabila kita mencermati kemampuan anak berdasarkan siap atau belum siap maka tindak lanjutnya berpotensi berujung pada pelabelan  Namun apabila kita mencermati kemampuan anak berdasarkan identifikasi kemampuan yang belum dan sudah dimiliki maka tindak lanjutnya berpotensi berujung ke pembinaan.

Praktik Baik Bunda PAUD 

Bunda PAUD Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur, Elvira Berta mengatakan terkait miskonsepsi Transisi PAUD ke SD di Kabupaten Timor Tengah Utara masih kerap terjadi. Pembelajaran yang dilaksanakan di SD kelas awal itu belum menyenangkan, karena para guru di SD beranggapan bahwa di PAUD anak anak sudah belajar membaca, tetapi tidak semuanya seperti itu.

Peran yang dapat dilakukan pemerintah daerah Kabupaten/Kota dalam Gerakan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan yaitu Dinas Pendidikan sudah membuat dan melakukan diseminasi surat edaran yang menginformasikan larangan tes calistung pada masa PPDB.  Selain disebarkan langsung ke satuan pendidikan, Surat Edaran dan Booklet Advokasi juga diarahkan untuk dipasang di kanal resmi pemerintah daerah.

Sedangkan Unit Pelaksana Teknis (UPT)  dan Dinas Pendidikan dapat saling berkoordinasi dalam Pendampingan serta Pemantauan PPDB ke Satuan Pendidikan terkait hal berikut. Pelaksanaan PPDB yang dibuat Dinas Pendiidkan harus selaras dengan petunjuk teknis yang sudah meniadakan calistung. Pendampingan untuk meningkatkan pemahaman satuan pendidikan menggunakan asesmen awal sebagai pengganti tes.

Orang Tua yang terlibat dalam Pengawasan. Membuka kanal bagi orangtua yang merasa dirugikan dengan adanya tes calistung saat PPDB. Pendampingan terkait pentingnya pemahaman orang tua mengenai enam kemampuan fondasi yang harus dibina satuan pendidikan untuk anak usia dini.

Elvira menambahkan bahwa hal tersebut yang membuat kesalahpahaman antar guru PAUD dan SD perlu carikan solusi, “saya harap dengan adanya gerakan ini, miskonsepsi yang terjadi di Kabupaten kami dapat teratasi,” ujar Elvira.

Dikatakan miskonsepsi terkait Transisi PAUD ke Sekolah Dasar yang terjadi yaitu masih banyak pembelajaran yang dilaksanakan di satuan pendidikan Sekolah Dasar kelas awal yaitu belum dilakukan secara menyenangkan. Hal ini terjadi karena para guru SD masih beranggapan bahwa siswa yang selesai dijenjang PAUD yang masuk SD harus sudah bisa membaca.

"Ini yang membuat antara guru PAUD dan guru SD kerap bertolak belakang. Bahkan saling menyalahkan antara guru PAUD guru SD. Guru PAUD berpedoman membaca menjadi tanggung guru SD, sedang guru SD menilai anak yang lulus di TK harus sudah bisa membaca," ujar Elvira.

Dikatakan, belum lagi miskonsepsi orang tua yang tidak ingin anaknya masuk jenjang PAUD karena akan merepotkan orang tua yang pagi-pagi sibuk harus bersekolah Dan menyiapkan bekalnya. "Jadi di daerah kami dari pada anak PAUD sekolah lebih baik bermain di kebun saja Dan kemudian dia akan tumbuh dengàn sendirinya," ujarnya.

Dikatakan, saat ini Kabupaten TTU terdapat 193 desa Dan masih 9 desanya belum ada PAUD. Sehingga masih cukup banyak anak yang sebelumya tidak masuk PAUD tetapi disamakan kemampuan sehingga anak yang tidak berasal dari TK merasa tertinggal.

Menurut Bunda Elvira, dalam mengembangkan Gerakan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan pihaknya telah melakukan Bimtek untuk para pengawas SD para kepala sekolah, guru PAUD dan guru SD kelas awal terkait dengan transisi PAUD. Kedua Bunda PAUD telah melakukan advokasi dan sosialisasi menggerakan UPTD untuk dapat terlibat dalam gerakan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan.

"Saya cukup sering berkomunikasi dan berkoordinasi dengàn Kepala Dinas Pendidikan untuk membuat regulasi serta membahas langkah aksi agar Gerakan Transisi PAUD ke SD bisa berjalan baik. Kami juga melakukan sosialisasi melalui PKK. Sebagai Ketua Tim penggerak PKK Pokja 2 yang didalamya terdapat program pendidikan dan keterampilan, kami masukkan kegiatan sosialisasi kepada Bunda PAUD kecamatan, bunda PAUD desa atau kelurahan terkait dengan transisi PAUD," ujarnya.

Selain itu, kepada bapak camat Dan Kepala Desa diminta agar Bapak Desa itu masukan Transisi PAUD ke SD kedalam anggaran dana desa. Kemudian Bunda PAUD TTU juga meminta agar guru PAUD diberikan insentif. "Karena terus terang di Kabupaten TTU insentif guru PAUD bervariasi. Rata-rata Rp 250.000 per guru PAUD. Namun ada yang belum melaksanakan. Pokja Bunda PAUD TTU juga melakukan supervisi," ujarnya.

Sementara itu, Christanti Handayani, Bunda PAUD Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, turut menyampaikan komitmen untuk mendukung gerakan yang dicanangkan oleh Kemendikbudristek khususnya terkait dengan gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.

“Gerakan ini perlu adanya kolaborasi sinergi dari semua pihak sehingga peran Bunda PAUD dapat optimal untuk mendukung program ini, dengan jejaring yang dimiliki oleh Bunda PAUD, saya harap langkah kecil yang kita lakukan menjadi langkah besar untuk generasi Indonesia Emas tahun 2045,” pungkas Christanti.

Kegiatan Dua Minggu MPLS

Kegiatan yang dilakukan satuan PAUD dan SD dalam memfasilitasi peserta didik baru serta orang tua untuk berkenalan dengan lingkungan belajarnya pada dua minggu awal tahun ajaran baru  atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yaitu mengajak peserta didik baru untuk berkeliling ke seluruh area sekolah seperti fasilitas, sarana, dan prasarana serta memperkenalkan semua warga sekolah.

Mengenalkan kegiatan yang dilakukan mulai waktu peserta didik baru datang ke sekolah hingga waktu pulang sehingga terbiasa dengan budaya sekolah.
Mengundang orang tua/wali peserta didik baru ke sekolah dan memberikan informasi program/kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun ajaran.  Mengenalkan fungsi dari buku harian yang dapat digunakan oleh orang tua/wali murid untuk berkomunikasi.

Menyediakan media komunikasi orang tua dengan pendidik pada satuan PAUD maupun SD (grup  pesan atau media sosial). Membuat kesepakatan kelas bersama dengan peserta didik adalah bagian dari prosedur pembelajaran yang diterapkan di kelas.Mengajak peserta didik untuk memberikan cap tangan tanda setuju pada lembaran kertas besar kesepakatan kelas yang telah dibuat bersama sebelumnya.

Proses transisi berlangsung ketika anak berangkat  dari rumah ke taman kanak-kanak, kemudian menjelang anak berusia 4 tahun dan transisi anak dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar. Dengan demikian, orang tua dan guru harus memandang pendidikan anak usia dini sebagai suatu proses yang berkesinambungan hingga di kelas awal sekolah dasar. Ini sesuai dengan kesepakatan internasional termasuk pertemuan menteri pendidikan ASEAN di Jakarta beberapa waktu lalu yang menyebutkan usia PAUD hingga anak berusia 8 tahun.

Transisi PAUD ke SD merupakan proses di mana anak berpindah dari perannya sebagai peserta didik PAUD, menjadi peserta didik SD. Transisi yang efektif terjadi  saat anak tidak perlu melakukan terlalu banyak penyesuaian sebagai akibat dari perpindahannya.  Kesiapan Bersekolah merupakan suatu kondisi di mana anak memiliki kemampuan fondasi sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Masa transisi bukanlah masa mudah bagi siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), karena terdapat berbagai perbedaan tuntutan bagi anak yang belajar disatuan PAUD dengan Sekolah Dasar (SD). Regulasi dan tata kelola di SD jauh berbeda dengan di  PAUD, sehingga anak dituntut untuk dapat melakukan  berbagai penyesuaian secara cepat dan tepat yang kemudian justru memunculkan tekanan bagi anak. 

Hal ini tidak akan terjadi jika masa transisi dilakukan dengan pola serta kegiatan yang menyenangkan dan membuat  siswa PAUD merasa aman, nyaman dan bahagia di satuan pendidikan. Lingkungan belajar harus dibangun kondusif untuk  mendukung penguatan transisi PAUD ke SD  Yang Menyenangkan. Ekosistem pendidikan jadi jembatan yang layak agar peserta didik dapat aman dan nyaman berjalan hingga mencapai kesiapannya bersekolah. 

Untuk dapat turut membangun jembatan, kita perlu satu persepsi dan satu visi mengenai apa yang dimaksud dengan praktik pembelajaran yang menguatkan transisi PAUD ke SD. Dua minggu pertama sekolah merupakan gerbang pertama peserta didik pada fase Transisi PAUD ke SD memasuki pendidikan sekolah sehingga ada dua hal yang perlu terjadi: Periode dua minggu, meliputi tiga hari pertama untuk masa pengenalan lingkungan belajar dan tujuh hari lainnya adalah proses kegiatan pembelajaran untuk asesmen awal.

Miskonsepsi terkait Transisi PAUD ke Sekolah Dasar yang terjadi yaitu masih banyak pembelajaran yang dilaksanakan di satuan pendidikan Sekolah Dasar kelas awal yaitu belum dilakukan secara menyenangkan. Hal ini terjadi karena para guru SD masih beranggapan bahwa siswa yang selesai dijenjang PAUD yang masuk SD harus sudah bisa membaca.

"Ini yang membuat antara guru PAUD dan guru SD kerap bertolak belakang. Bahkan saling menyalahkan antara guru PAUD guru SD. Guru PAUD berpedoman membaca menjadi tanggung guru SD, sedang guru SD menilai anak yang lulus di TK harus sudah bisa membaca," ujar Elvira.

Dikatakan, belum lagi miskonsepsi orang tua yang tidak ingin anaknya masuk jenjang PAUD karena akan merepotkan orang tua yang pagi-pagi sibuk harus bersekolah Dan menyiapkan bekalnya. "Jadi di daerah kami dari pada anak PAUD sekolah lebih baik bermain di kebun saja Dan kemudian dia akan tumbuh dengàn sendirinya," ujarnya.

Dikatakan, saat ini Kabupaten TTU terdapat 193 desa Dan masih 9 desanya belum ada PAUD. Sehingga masih cukup banyak anak yang sebelumya tidak masuk PAUD tetapi disamakan kemampuan sehingga anak yang tidak berasal dari TK merasa tertinggal.

Menurut Bunda Elvira, dalam mengembangkan Gerakan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan pihaknya telah melakukan Bimtek untuk para pengawas SD para kepala sekolah, guru PAUD dan guru SD kelas awal terkait dengan transisi PAUD. Kedua Bunda PAUD telah melakukan advokasi dan sosialisasi menggerakan UPTD untuk dapat terlibat dalam gerakan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan.

"Saya cukup sering berkomunikasi dan berkoordinasi dengàn Kepala Dinas Pendidikan untuk membuat regulasi serta membahas langkah aksi agar Gerakan Transisi PAUD ke SD bisa berjalan baik. Kami juga melakukan sosialisasi melalui PKK. Sebagai Ketua Tim penggerak PKK Pokja 2 yang didalamya terdapat program pendidikan dan keterampilan, kami masukkan kegiatan sosialisasi kepada Bunda PAUD kecamatan, bunda PAUD desa atau kelurahan terkait dengan transisi PAUD," ujarnya.

Selain itu, kepada bapak camat Dan Kepala Desa diminta agar Bapak Desa itu masukan Transisi PAUD ke SD kedalam anggaran dana desa. Kemudian Bunda PAUD TTU juga meminta agar guru PAUD diberikan insentif. "Karena terus terang di Kabupaten TTU insentif guru PAUD bervariasi. Rata-rata Rp 250.000 per guru PAUD. Namun ada yang belum melaksanakan. Pokja Bunda PAUD TTU juga melakukan supervisi," ujarnya.

Sementara itu, Christanti Handayani, Bunda PAUD Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, turut menyampaikan komitmen untuk mendukung gerakan yang dicanangkan oleh Kemendikbudristek khususnya terkait dengan gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.

“Gerakan ini perlu adanya kolaborasi sinergi dari semua pihak sehingga peran Bunda PAUD dapat optimal untuk mendukung program ini, dengan jejaring yang dimiliki oleh Bunda PAUD, saya harap langkah kecil yang kita lakukan menjadi langkah besar untuk generasi Indonesia Emas tahun 2045,” pungkas Christanti.

Pentingnya Asesmen Awal 

Dr Irma Yuliantina yang juga anggota BAN PAUD menegaskan asesmen wal perlu dilakukan pada pekan pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sebagai upaya satuan pendidikan mengenal peserta didik. 

Pembelajaran yang masih belum berkesinambungan antara PAUD dan SD pada Fase A, sehingga diperlukan cara untuk mengetahui kelanjutan tahapan kemampuan peserta didik dalam enam aspek fondasi setelah masa PAUD memasuki SD, sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Tidak seluruh peserta didik di Fase A pernah mengikuti PAUD, oleh sebab itu, tidak ada informasi mengenai aspek kemampuan fondasi yang diperlukan agar guru dapat memberikan kegiatan pembelajaran yang sesuai. Dalam konteks penguatan Transisi PAUD ke SD, yang melakukan Guru kelas 1 SD.

Namun, prinsip asesmen awal yang diterapkan dapat digunakan juga oleh guru PAUD. Asesmen awal dapat dilakukan pada hari keempat setelah masa MPLS berakhir dengan durasi yang disarankan tidak lebih dari dua minggu pertama.

Guru PAUD perlu memahami proses yang terjadi selama dua minggu ini, sehingga mengetahui gambaran apa yang akan dilalui oleh peserta didiknya, serta apa yang dapat guru bantu siapkan sejak di PAUD.  Sebelum atau pada saat hari pertama MPLS, guru kelas didorong untuk dapat membuat wadah komunikasi dan memberikan informasi terkait visi-misi serta kegiatan pembelajaran selama satu semester kepada para orang tua / wali dari peserta didik serta perannya dalam pembelajaran. 

Guru kelas pun diharapkan agar dapat menyampaikan kepada orang tua untuk menanyakan pertanyaan reflektif kepada anak sepulang sekolah seperti : “Kegiatan apa yang Ananda lakukan di sekolah?; Ananda berkenalan dengan siapa saja?; Bagaimana perasaanmu masuk ke sekolah?; Apa yang menyebabkanmu merasakan demikian?” dan pertanyaan lainnya.

Yang perlu disiapkan oleh satuan pendidikan yaitu  sebelum hari pertama, infokan kepada orang tua/wali murid untuk mengantar anak-nya ke sekolah pada hari pertama. 
Sampaikan bahwa: Mengantarkan anak ke sekolah adalah kesempatan untuk membangun hubungan positif antara lingkungan pendidikan di rumah dan di sekolah.  

"Tawarkan bagi orang tua/wali murid apakah dapat menemani Ananda di hari pertama berkegiatan (opsional saja, karena tidak semua orang tua/wali murid memiliki keleluasaan waktu karena ada pekerjaan) , Membangun wadah komunikasi dengan orang tua. Siapkan daftar untuk orang tua/wali murid nomer yang dapat dihubungi untuk komunikasi terkait kegiatan pembelajaran.  Jika dimungkinkan, aturlah kursi dan meja membentuk lingkaran atau kelompok-kelompok, sehingga mendorong peserta didik/orang tua untuk berinteraksi," ujarnya,

Masa Perkenalan Anak  dan Orang tua dengan Lingkungan Belajar maksimal dilakukan 3 hari pertama. Contoh kegiatan untuk tiga hari pertama. Anak saling mengenal guru dan teman sebayanya (pada kegiatan ini, orang tua juga dapat dilibatkan untuk bersama-sama berkenalan. Anak diberikan kertas nama yang sudah dituliskan nama panggilan anak, dengan diberikan kode satu bentuk warna (misalnya bentuk lingkaran warna merah, biru, hijau)

Guru menyiapkan gambar bentuk sesuai warna sebagai x kelompok, kemudian meminta anak berkumpul sesuai kode bentuk dan warna yang ada di kertas nama
guru selanjutnya mengajak tiap kelompok anak bernyanyi bersama-sama. Tiap kelompok anak disiapkan lagu sederhana yang berbeda (misalnya Pelangi, Gembira Berkumpul, dan lainnya).

Setelah bernyanyi, guru mencontohkan cara berkenalan, lalu mengajak anak di kelompok tersebut memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan makanan kesukaan. Bagian ini dapat disesuaikan oleh guru misalnya warna kesukaan, mainan kesukaan, atau lainnya; untuk anak-anak yang belum berani mengungkapkan dirinya, guru dapat mendampingi dengan memberikan petunjuk kata. Kegiatan wajib: membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya, antara lain terhadap aspek keamanan, fasilitas umum, dan sarana prasarana sekolah.

Dalam konteks Transisi PAUD ke SD, hal ini dapat dilakukan dengan menyusun kegiatan masa perkenalan anak dengan sekolah, dengan melibatkan orang tua. Sebagai pintu pertama masa sekolah, disarankan agar pada MPLS satuan dapat mengundang orang tua untuk mengantar anak ke sekolah setidaknya pada hari pertama. Selain agar hari pertama sekolah menjadi tempat perkenalan orang tua sebagai mitra belajar dengan guru kelas, anak pun mendapatkan penguatan dari orang tua untuk memasuki lingkungan baru sehingga tercipta rasa aman pada anak. 

Contoh masa pengenalan lingkungan sekolah, pengenalan dengan kelas, alat-alat belajar, mengajak peserta didik untuk berkeliling ke seluruh area sekolah, sambil menjelaskan setiap fasilitas, sarana, dan prasarana yang terdapat di sekolah serta kegunaannya.Peserta didik diajak mengenal semua warga sekolah tidak terbatas pada pendidik, tendik, dan peserta didik lainnya tapi juga warga lainnya misalnya petugas kebersihan, petugas keamanan dan lain-lain. 

Mengenalkan kegiatan pembiasaan proses pembelajaran di SD misalnya kegiatan yang dilakukan mulai waktu anak datang ke sekolah hingga waktu pulang yang sesuai dengan budaya di sekolah. Guru harus menumbuhkan motivasi, semangat, dan cara belajar efektif sebagai siswa baru. Mengembangkan interaksi positif antar siswa dan warga sekolah lainnya, Menumbuhkan perilaku positif antara lain kejujuran, kemandirian, sikap saling menghargai, menghormati keanekaragaman dan persatuan, kedisiplinan, hidup bersih dan sehat untuk mewujudkan siswa yang memiliki nilai integritas, etos kerja, dan semangat gotong royong.

Dalam konteks Transisi PAUD ke SD, dapat dilakukan melalui pemilihan kegiatan menyenangkan agar menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa, serta membangun kesepakatan kelas. Bangun kesepakatan kelas.  Berikan contoh kesepakatan kelas dan bentuk penerapannya. Misalnya: menghargai teman dengan tidak berbicara ketika teman sedang berbicara. Ajak anak bergantian menggunakan alat-alat di kelas.

Komentar

250 Karakter tersisa