Belajar Fisika Melalui Discovery Learning

Ilustrasi eksperimen, Foto: Pixabay

 

Perkembangan dunia pendidikan Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perubahan seiring dengan tantangan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era global. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa kita adalah masih rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang. Rendahnya mutu pendidikan itu terlihat dari rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa, termasuk di bidang studi fisika. 

 

Hasil Belajar Fisika Rendah 

Kenyataan ini sesuai dengan hasil studi pendahuluan peneliti dengan melakukan pengamatan kepada guru fisika diperoleh dari data hasil belajar fisika siswa yang pada umumnya masih rendah di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal ini terjadi disebabkan karena guru masih melakukan pola pengajaran yang sama meskipun kurikulum yang dipakai di sekolah sudah berganti. 

Pola pengajaran tersebut antara lain sistem pembelajaran yang memposisikan guru sebagai pusat segala informasi dan siswa sebagai objek (Teacher Center Learning), pemberian tugas dan tanya jawab di kelas. 

Kegiatan belajar siswa di sekolah bertujuan membawa siswa menuju ke keadaan yang lebih baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotornya yang bersifat permanen. Hasil dari pembelajaran yang bersifat permanen tersebut membuat guru harus benar-benar mempersiapkan pembelajaran dengan baik, agar tidak terjadi kesalahan konsep. 

Pembelajaran fisika di SMA harus bisa diaplikasikan ke dalam materi produktif sesuai dengan jurusan peminatan yang diambil. Oleh karena itu, siswa sering mengalami kesulitan dalam belajar fisika. Perpaduan konsep dan teori yang saling berkaitan ditambah lagi materi bersifat komplek, siswa harus memiliki kreativitasyang baik. 

Konsep pada pembelajaran fisika di SMA perlu ditanamkan dengan kuat agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengaplikasikannya sesuai dengan program pemilihan peminatan yang diampu. 

Pembelajaran fisika lebih baik dikemas dalam pembelajaran yang menekankan pada konsep dan melatih siswa berpikir kritis pada materi yang bersifat kompleks, sehingga siswa bisa menjadi tertarik dalam mempelajari fisika. 

Hasil ulangan harian merupakan salah satu cara untuk melihat keberhasilan proses pembelajaran. Hasil pengamatan yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung diperoleh penyebab hasil fisika rendah yaitu kurang seriusnya siswa dalam mengikuti pelajaran, siswa cenderung ada yang tidak memperhatikan saat pelajaran, masa bodoh, dan kurangnya motivasi untuk belajar. Sikap siswa yang seperti itu sangat mempengaruhi ketidaktercapaian tujuan pembelajaran dan menjadikan siswa mengalami kegagalan dalam belajar. 

 

Ketahui Kemampuan Tiap Siswa 

Masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan dengan guru harus mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Untuk mengetahui lebih dalam masing-masing kemampuan siswa, guru dapat menggunakan tes kemampuan berpikir yang sesuai dengan pembelajaran fisika seperti kemampuan berpikir kritis dan kreativitas. 

Dengan mengetahui kemampuan siswa terlebih dahulu, guru dapat membantu ketercapaian tujuan pembelajaran dengan memberikan pembelajaran khusus bagi siswa yang memiliki kemampuan berpikir rendah. Guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan model atau metode yang disesuaikan dengan materi pembelajaran fisika. 

Model dan metode yang dipilih ditekankan dapat memberi pembelajaran yang bermakna pada siswa sehingga dapat membantu ingatan siswa dalam jangka watu yang panjang. Pembelajaran fisika yang materinya bersifat abstrak dan susah dipahami harus dikemas dengan pembelajaran yang menyenangkan. 

 

Pendekatan Discovery Learning 

Penggunaan model Discovery Learning siswa diberi stimulus permasalahan sebelum memulai pembelajaran. Permasalahan yang diberikan guru mengarahkan kreativitas siswa pada materi yang akan diajarkan. Siswa memberi asumsi-asumsi jawaban dari permasalahan tersebut dapat dibuktikan dengan suatu eksperimen ataupun demonstrasi. 

Dengan menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi siswa menemukan sendiri konsep dari materi fisika yang diajarkan sehingga dapat mengalami proses eksperimen ataupun mengetahui secara langsung suatu proses dengan demonstrasi. Siswa dapat mengembangkan pemikiran serta kreativitas mereka, selain itu juga dapat menjadikan pembelajaran tersebut menjadi bermakna dan diingat dalam jangka waktu yang panjang. 

Pembelajaran yang dikemas dengan asyik dan menyenangkan oleh guru dapat membuat siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar fisika. Saat diajak untuk eksperimen dan melihat suatu demonstrasi, siswa akan lebih antusias dalam pembelajaran. 

Ketertarikan siswa saat proses pembelajaran juga akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran siswa aktif dalam menemukan konsep sendiri diantaranya adalah metode discovery. 

Model pembelajaran penemuan “discovery learning” diartikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan informasi secara langsung tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasikan pemahaman mengenai informasi tersebut secara mandiri.

Pembelajaran discovery (discovery learning) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh J. Bruner berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis (Depdiknas, 2005). 

Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri (Slavin, 1994). 

Di dalam discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri, sebagaimana diungkapkan oleh Ilahi (2012: 30). Pada dasarnya discovery learning tidak jauh berbeda dengan pembelajaran inquiry, namun pada discovery learning masalah yang dihadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sehingga siswa tidak harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian (Kemendikbud, 2013). Banyak penelitian telah dilakukan terkait penerapan discovery learning ini dalam dunia pendidikan. 

 

Tantangan Discovery Learning

Menurut Hasanah (2015) ada beberapa hal yang tidak menggembirakan dari discovery learning di antaranya: menyulitkan bagi siswa yang membutuhkan belajar secara lebih terstruktur, potensi terbentuknya miskonsepsi, dan kemungkinan kegagalan guru mendeteksi miskonsepsi dan masalah-masalah belajar siswa. 

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian pembelajaran discovery learning menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan kreativitas siswa. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

Pembelajaran penemuan memiliki beberapa kelebihan. Pembelajaran penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk terus bekerja hingga menemukan jawaban. Siswa melalui pembelajaran penemuan mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal, mempertajam berpikir kritis secara mandiri, karena mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi.

Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya dapat menghasilkan kesalahan dan membuang-buang waktu, dan tidak semua siswa dapat melakukan penemuan.

 

Penulis:


Untoro Adi Aristina, S. Pd
Guru Fisika SMA Negeri 1 Baturetno
Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah

 

 

 


 

Komentar

250 Karakter tersisa