Foto: Pixabay
Schoolmedia News, Atlanta – Semakin meluasnya penyebaran virus corona membuat banyak ilmuwan berbondong-bondong mencari solusinya. Para ilmuwan di seluruh dunia terpacu untuk melakukan berbagai penelitian untuk mempercepat penemuan obat atau vaksin untuk Covid-19. Belum lama ini, para ilmuwan di Universitas Emory Atlanta telah menemukan obat baru yang di klaim bisa mengobati pasien positif terinfeksi virus Covid-19.
Melansir dari Emory News, obat tersebut adalah EIDD-2801. Para ilmuwan mengatakan EIDD-2801 dapat mengurangi kerusakan paru-paru dan telah diuji pada tikus. EIDD-2801 juga akan segera diuji klinis pada manusia. Para peneliti di UNC-Chapel Hill Gillings School of Global Public Health menjadi peran kunci dalam pengembangan EIDD-2801.
Epidemiologi virus laboratorium Ralph Baric dan profesor epidemiologi di Universitas North Carolina-Chapel Hill, William R. Kenan Jr, bersama rekannya di Vanderbilt University Medical Center (VUMC) dan lembaga nirlaba DRIVE juga menguji obat tersebut. EIDD-2801 diketahui ditemukan oleh para ilmuwan di Emory Institute for Drug Development (EIDD).
Baca juga: Sepi Karena Karantina, Tikus Mulai Muncul di Jalanan Jepang
EIDD-2801 Siap Diuji
Foto: Emory University
Studi yang dilakukan Universitas Emory Atlanta menemukan bahwa, EIDD-2801 dapat mencegah cedera paru-paru yang parah pada tikus yang terinfeksi. EIDD-2801 adalah bentuk senyawa antivirus EIDD-1931 (yang ditemukan sebelumnya). EIDD-1931 dapat diminum sebagai pil dan dapat diserap dengan baik untuk mencapai paru-paru.
Dalam percobaan terlihat EIDD-2801 bekerja sebagai obat ketika diberikan 12 atau 24 jam setelah terinfeksi. EIDD-2801 dapat mengurangi tingkat kerusakan paru-paru dan penurunan berat badan pada tikus.
“Obat baru ini tidak hanya memiliki potensi tinggi untuk mengobati pasien Covid-19, tetapi juga tampaknya efektif untuk pengobatan infeksi coronavirus serius lainnya,” kata William R. Kenan Jr.
Dibandingkan dengan perawatan Covid-19 lainnya yang harus diberikan secara intravena, EIDD-2801 dapat diberikan sebagai pil. Selain kemudahan perawatan, EIDD-2801 menawarkan keuntungan potensial untuk merawat pasien profilaksis, misalnya, di panti jompo di mana banyak orang telah terpapar tetapi belum merasakan sakit.
“Kami kagum pada kemampuan EIDD-1931 dan EIDD-2801 untuk menghambat semua coronavirus yang diuji dan potensi untuk pengobatan oral Covid-19. Pekerjaan ini menunjukkan pentingnya dukungan National Institutes of Health (NIH) yang sedang berlangsung untuk penelitian kolaboratif untuk mengembangkan antivirus untuk semua virus pandemi, bukan hanya virus korona,” kata Andrea Pruijssers, PhD, ilmuwan antivirus utama di laboratorium Mark Denison.
Baca juga: Melihat Prospek Bisnis Online di Tengah Pandemi Covid-19
Segera Diuji Pada Manusia
Foto: Unsplash
Denison adalah orang yang pertama kali melaporkan bahwa EIDD-1931 dapat memblokir replikasi spektrum luas virus corona. Kolaborator antarinstitusional ini didukung oleh hibah NIH melalui University of Alabama di Birmingham, yang juga melakukan pengembangan praklinis remdesivir. Saat ini juga ada obat antivirus lain yang dalam uji klinis pasien dengan Covid-19.
"Virus yang membawa mutasi resistansi remdesivir sebenarnya lebih rentan terhadap EIDD-1931 dan sebaliknya, memberi kesan bahwa kedua obat (EIDD-1931 dan EIDD-2801) dapat dikombinasikan untuk kemanjuran yang lebih besar dan untuk mencegah munculnya resistansi,” kata George Painter, PhD, direktur EIDD dan kepala eksekutif DRIVE.
Studi klinis EIDD-2801 pada manusia diperkirakan akan dimulai akhir musim semi ini. Jika mereka berhasil, obat ini tidak hanya dapat digunakan untuk membatasi penyebaran SARS-CoV-2, tetapi juga dapat mengendalikan berjangkitnya virus corona lain yang muncul di masa depan.
Dengan tiga virus corona manusia baru muncul dalam 20 tahun terakhir, ada kemungkinan virus-virus serupa muncul di masa mendatang, kata Timothy Sheahan, PhD, asisten profesor epidemiologi dan kolaborator di Baric Lab.
250 Karakter tersisa