Schoolmedia News, Amerika Serikat - Dua mesin helikopter yang jatuh dalam cuaca berkabut di perbukitan California, Amerika Serikat, sehingga menewaskan legenda basket Kobe Bryant dan delapan orang lainnya, menunjukkan tidak mengalami "kerusakan internal yang parah". Pertanyaan itu keluar dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) seperti dikutip Reuters, Sabtu, 8 Februari 2020.
Kecelakaan tersebut terjadi pada 16 Januari 2020. Dalam laporan sementara tersebut, menyimpulkan bahwa baling-baling rusak selaras dengan rotasi saat terjadi tumbukan.
Temuan awal ini menunjukkan tidak ada tanda-tanda adanya kesalahan mesin yang menjadi faktor helikopter itu jatuh.
Saat itu legenda Los Angeles Lakers tersebut sedang dalam perjalanan menuju sebuah turnamen bola basket junior. Ia menjadi pelatihnya. Anak perempuan dan kedua temannya tewas. Rencananya, mereka akan ikut bertanding dalam kompetisi junior itu.
Baca juga: Hari Pers Nasional, Presiden: Pers Sebagai Pilar Demokrasi
Badan keselamatan transportasi setempat juga merilis temuan penting bahwa dari bagian mesin yang terlihat tidak menunjukkan adanya bukti kesalahan pada mesin helikopter itu.
Laporan setebal 11 halaman itu tidak menunjukkan masalah mesin dan puing-puing bagian mesin dari heli Sikorsky S-76B itu sudah diselidiki dengan cermat.
Anggota direksi NTSB Jennifer Homendy mengungkapkan dua hari setelah tragedi itu, pihaknya melakukan fokus penyelidikan terarah kepada awan, kabut dan jarak pandang di sekitar situs kecelakaan.
Dari laporan terlihat video dan foto yang diambil masyarakat di sekitar area jatuhnya pesawat. Dari bukti tersebut menunjukkan awan tebal yang menyelimuti bukit di mana pesawat itu jatuh, termasuk video keamanan yang memperlihatkan helikopter itu hilang memasuki kabut di atas bukit sebelum jatuh.
Baca juga: Menaker: Pelatihan Karyawan oleh Perusahaan Masih Minim
NTSB juga mengutipkan keterangan seorang saksi yang bersepeda di puncak bukit. Saksi menyebutkan, heli itu muncul dari balik bukit dan berputar ke kiri sebelum jatuh beberapa detik kemudian tak jauh dari posisinya berada.
Menurut NTSB, sang pilot memang pilot yang berpengalaman dan memiliki sertifikat instruktur. Saat itu dia terbang dengan panduan visual biasa, padahal dalam keadaan seperti itu harusnya ia dipandu oleh instrumen pesawat.
Beberapa saat sebelum kontak radar, sang pilot mengatakan kepada menara pengawas udara bahwa dia berusaha naik di atas kabut itu.
Tak lama, heli itu oleng ke kiri dan menukik lalu terhempas ke daratan pada kecepatan 72 km per jam dan terbakar.
NTSB menyatakan kesimpulan akhir dari penyelidikan mereka yang menyangkut penyebab kecelakaan dan faktor-faktor yang turut menjadi penyebab kecelakaan akan dirilis dalam 12 sampai 18 bulan ke depan.
250 Karakter tersisa