Peneilitian Segara Research Institute Menunjukan Aplikasi dan Platform Digital Pendidikan Mendapat Sambutan Positif

 

Schoolmedia News Jakarta --- Hasil penelitian yang dilakukan oleh Segara Research Institute, menyebutkan platform atau aplikasi digital yang dibangun Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam memajukan dunia pendidikan menuai respons positif. Sejumlah kepala sekolah, guru, siswa, dosen, dan para pemangku kepentingan pendidikan lainnya, menilai platform digital Kemendikbudristek berhasil mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar serta memudahkan proses administrasi sehingga menjadi lebih akuntabel.

“Kita sangat mengapresiasi kemendidkbudristek, di mana upaya mengoptimalkan kebermanfaatan teknologi informasi dengan mengembangkan berbagai aplikasi digital memberikan dampak positif dan menuai respon positif bagi semua sektor pendidikan,” demikian disampaikan Founder dan Executive Director Segara Institute, Piter Abdullah Redjalam dalam publikasi hasil penelitiannya melalui Webinar Efektifitas Teknologi pada Jumat (12/5).

Menanggapi hal ini, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti mengapresiasi Segara Research Institute yang telah melakukan penelitian terkait kebermanfaatan platform digital Kemendikbudristek. “Terima kasih Segara, yang secara independent sudah mengeluarkan hasil survei untuk memberikan cerminan kepada kami. Kami di mana, mana yang bagus dan perlu dilanjutkan, serta mana area-area yang masih perlu perbaikan dan bahkan ide-ide apa lagi yang harus kami siapkan lebih lanjut,” ujar Suharti.
 
Suharti menyampaikan, pemerintah berupaya menjalankan komitmen untuk bisa menyelenggarakan pendidikan yang merata di seluruh Indonesia. Menurutnya, layanan digital dalam pembelajaran menjadi salah satu cara untuk mencapai pemerataan pendidikan tersebut.

“Pemerintah sekarang mengusung kebijakan besar Merdeka Belajar untuk memastikan bahwa seluruh anak di Indonesia bisa mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas dan berpusat pada anak karena kita memberikan otonomi yang lebih pada pendidik dan peserta didik,” ucap Suharti.

Melalui transformasi digital, kata Suharti, pemerintah memastikan layanan yang diberikan itu semakin mudah dan efektif. “Bagaimanapun juga, resource pemerintah untuk pendidikan ini tidak terbatas, tidak ada batasannya. Kita harapkan dengan transformasi digital yang dilakukan, efisiensi anggaran pun bisa diperoleh,” tutur Suharti.

Hasil Penelitian Efektivitas Teknologi Digital Kemendikbudristek dalam Ekosistem Dunia Pendidikan

Dalam pemaparan hasil penelitiannya, Koordinator Tim Kajian Segara Research Institute, Yoshia Mahulete menjelaskan bahwa dengan menggunakan skala likert 10 (1: sangat tidak setuju – 10: sangat setuju), hasil survei menunjukkan bahwa kehadiran aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek disambut sangat baik oleh pelaku dunia pendidikan, dalam hal ini kepala sekolah, guru, dosen, dan mitra/industri.

Respons positif ini, kata Yoshia, tidak terlepas dari tingkat penerimaan pelaku dunia pendidikan terhadap kemajuan teknologi dan digitalisasi. Tingkat penerimaan yang dimaksud adalah sejauh mana individu mengikuti dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi.

“Secara rata-rata, tingkat penerimaan kepala sekolah ada diangka 8,84; guru di angka 8,67; dosen di angka 8,81; dan mitra/industri diangka 8,69. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa hampir seluruh kepala sekolah, guru, dosen, dan mitra/industri sangat terbuka pada perkembangan teknologi dan digitalisasi,” jelas Yoshia Mahulete.

Sebelumnya, Segara Research Insitute telah melakukan survei secara online terhadap 3.725 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 1.521 responden merupakan kepala sekolah, 1.591 guru, 328 dosen. Selanjutnya, ada 285 mitra kerja lain yang menjadi bagian dari ekosistem pendidikan.

Sementara itu, dari sisi domisili, 3.752 responden ini tersebar merata di seluruh pulai di Indonesia yakni Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua. “Basis respondennya memang kami perluas agar survei ini mendapatkan gambaran yang utuh. Jadi, survei bukan hanya menguji efektivitas, tetapi juga membantu memetakan persoalan di lapangan, sehingga ke depan adopsi teknologi digital bisa lebih dioptimalkan untuk memajukan pendidikan,” kata Yoshia.

Yoshia menungkapkan, survei ini dilakukan untuk mengindentifikasi sejumlah isu terkait adopsi teknologi digital di sektor pendidikan. Mulai dari sikap dan penerimaan pengguna aplikasi terhadap kemajuan teknologi, pengalaman pengguna dalam memanfaatkan platform digital Kemendikbudristek, dan sejauh mana manfaatnya, baik untuk individu maupun untuk institusi.

“Dan yang paling penting adalah apa saja masukan dari responden untuk meningkatkan kualitas dan manfaat teknologi aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek,” kata Yoshia.

Adapun ruang lingkup aplikasi dan platform digital yang menjadi objek survei adalah Platform Merdeka Mengajar (PMM), Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah), Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS), Rapor Pendidikan, Akun Belajar,id, dan Kedaireka.

Survei ini, kata Yoshia, dilakukan di seluruh Indonesia dengan target responden, yaitu kepala sekolah untuk aplikasi/platform SIPLah, ARKAS dan Rapor Pendidikan, guru untuk aplikasi/platform PMM dan Akun Belajar.id, serta dosen dan mitra industri untuk platform Kedaireka.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ARKAS menjadi aplikasi/platform digital dengan tingkat penggunaan tertinggi. Di mana, sebanyak 1.479 sekolah atau 97 persen mulai dari SD hingga SMA/K sudah menggunakan ARKAS dalam perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah. Sementara itu, SIPLah menjadi aplikasi/platform digital dengan tingkat penggunaan terendah, yakni 1.080 sekolah atau 71 persen dari 1.521 total responden sekolah.

Menurut Yoshia, masih rendahnya penggunaan SIPLah maupun aplikasi/platform digital yang lain ini dipicu oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain kendala akses internet dan listrik di daerah yang tidak mendukung, kebutuhan sekolah maupun guru belum tercukupi melalui aplikasi/platform digital tersebut, sekolah sudah memiliki sistem internal sendiri, serta kurang mendapat sosialisasi dan bimbingan teknis secara langsung.

Di samping hal tersebut, survei ini juga menggali tentang kualitas dan kemudahan teknologi aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek. Kualitas dan kemudahan ini dinilai dari empat aspek, yaitu user friendly, user interface, fitur dan integrasi antar aplikasi. “Setidaknya empat hal tersebut yang lazim menjadi penentu sebuah aplikasi/platform digital disukai oleh penggunanya atau tidak,” ucap Yoshia.

Dengan menggunakan skala likert 10, hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek memiliki kualitas dan kemudahan yang baik dengan nilai rata-rata 8,81 untuk Rapor Pendidikan; 8,73 untuk ARKAS; 8,6 untuk PMM; 8,43 untuk SIPLah; dan 7,69 untuk Kedaireka.

Selain itu, Yoshia menambahkan, aplikasi/platform digital dikatakan baik dan efektif ketika pengguna merasakan manfaat dari kehadiran aplikasi. Manfaat tersebut merupakan nilai dari tujuan dibangunnya aplikasi/platform digital.

“Setiap aplikasi/platform digital dibangun untuk tujuan-tujuan tertentu yang pada akhirnya mempermudah pengguna dalam menyelesaikan pekerjaan, memberikan solusi atas permasalahan, dan meningkatkan nilai pengguna,” tutur Yoshia.

Secara rata-rata, tingkat kebermanfaatan SIPLah adalah 8,46; ARKAS 9,24; Rapor Pendidikan 9,09; PMM 8,75; Akun Belajar.id 8,77; serta Kedaireka 8,87 bagi dosen dan 8,74 bagi mitra industri. Berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan bahwa sekolah, guru, dosen dan mitra/industri merasakan manfaat yang baik dari teknologi aplikasi dan platform digital Kemendikbudristek.

Komentar

250 Karakter tersisa