Ilustrasi: Pixabay
Schoolmedia News, Swiss - International Telecommunications Union (ITU), Badan PBB yang mengurus teknologi dan jaringan, berpendapat anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya sejak pandemi Covid-19.
Keadaan tersebut dinilai mengkhawatirkan, karena sejak pandemi, anak-anak mengakses internet di usia muda dan berisiko mengalami perundungan di dunia maya.
"Banyak anak yang terhubung dalam jaringan lebih awal dari keinginan orang tua mereka, dalam usia yang lebih muda dan tidak punya keterampilan yang dibutuhkan untuk melindungi diri mereka, apakah dari pelecehan daring atau perundungan," kata salah seorang direktur ITU, Doreen Bogdan-Martin, dikutip dari Reuters, Rabu, 6 Mei 2020.
Lembaga yang berbasis di Jenewa, Swiss itu memperkirakan ada 1,5 miliar anak yang terpaksa tidak sekolah karena penutupan wilayah demi menghentikan penyebaran virus Corona.
Sebagai ganti waktu bersekolah, mereka belajar secara daring, juga untuk bersosialisasi dan melakukan hobi mereka.
Baca juga: Suka Meneliti? Yuk Ikuti Seminar Online Gratis dari Para Peraih Medali!
ITU juga menyoroti waktu yang dihabiskan anak-anak untuk online sehari-hari selain untuk belajar, misalnya bermain 'game' atau bersosialisasi.
ITU berencana mempercepat peluncuran panduan untuk melindungi anak-anak di dunia maya dalam waktu dekat.
Selain itu, lembaga tersebut juga menggarisbawahi pandemi ini menciptakan "kesenjangan digital", yaitu ada orang-orang yang memiliki akses internet dan ada yang tidak.
Internet berpengaruh terhadap kegiatan belajar selama pandemi Covid-19. Jika tidak ada internet, kegiatan belajar anak akan terganggu.
Baca juga: Dewan Perpustakaan Imbau Warga Tetap Berliterasi
Bogdan-Martin menyatakan ITU sedang bekerja dengan lembaga PBB untuk anak-anak agar bisa berkomunikasi lewat jaringan 2G.
ITU memperkirakan ada 3,6 miliar orang yang tidak punya akses ke internet, juga banyak orang yang harus mengeluarkan banyak uang untuk tersambung ke internet atau koneksi mereka tidak bagus.
250 Karakter tersisa