Kemendikbud: Passion Pendidikan Vokasi Akan Lahirkan Kompetensi

Foto: Pixabay


Schoolmedia News, Jakarta - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto mengatakan "passion" pada pendidikan vokasi akan melahirkan kompetensi.

"Ketika saya sudah tahu 'passion' saya cocok dengan vokasi kemudian ada fokus kecintaan dan paham masa depan, muncul kompetensi pada diri kita. Inilah yang harus muncul pada adik-adik SMK," ujar Wikan dalam acara Halal Bihalal dan Silaturahmi SMK secara virtual di Jakarta, pada Rabu, 10 Juni 2020. 

Wikan menceritakan bagaimana pada awalnya ia masuk dalam pendidikan vokasi. Alasannya, karena ia tidak lulus ujian seleksi untuk jenjang sarjana. Tahun pertama, ia menjalaninya dengan ogah-ogahan dan akibatnya nilainya rendah.

 

Baca juga: Inggris Luncurkan Studi Penyebaran Virus Corona di Sekolah

 

Akhirnya, ia berusaha mencintai dan mendalami vokasi. Hingga mendapatkan prestasi yang baik dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan hingga jenjang doktor.

"Posisi saya kemarin Dekan Sekolah Vokasi UGM," ujarnya. 

Kompetensi yakni penggabungan antara kemampuan teknis dan nonteknis serta karakter. Karakter yaitu kejujuran, bekerja keras, pembelajar mandiri, dan sikap.

"Apa yang diharapkan oleh industri yaitu kompetensi. Sementara yang dimiliki lulusan adalah ijazah. Jadi kombinasi kompetensi dan ijazah itu adalah aku bisa apa. Sedangkan jika hanya ijazah saja, aku sudah belajar apa," ujarnya.

Wikan menambahkan kompetensi itu berisi kemampuan teknis dan kemampuan nonteknis. Kemampuan teknis itu misalnya mengelas, bubut, menggambar. Sementara kemampuan nonteknis yaitu kemampuan komunikasi, presentasi, dan lainnya.

"Kemampuan nonteknis ini yang lebih tahan lama, karena kemampuan teknis cepat berubah karena tergantung perkembangan teknologi," imbuhnya.

 

Baca juga: Psikolog: Orang Tua Tak Perlu Memaksakan Diri Jadi Guru

 

Masa depan, kata Wikan, tergantung pada kemampuan nonteknis. Kemampuan teknis tidak terlalu mendominasi karena terus berubah. Sementara kemampuan teknis harus terus ditingkatkan.

Untuk meningkatkan kompetensi lulusan SMK, maka industri harus "menikah" dengan industri, agar lulusan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan industri.

"Tidak hanya sekadar penandatanganan kerja sama dengan industri. Tapi harus kerja sama yang intensif, bikin kurikulum bersama-sama, magang siswa, dan lainnya,"ujarnya.

Selanjutnya, pola pikir guru dan kepala sekolah SMK harus menjadi agen perubahan. Wikan mengibaratkan peran guru dan kepala sekolah itu seperti halnya pelatih bola yang menghasilkan pemain terbaik.

"Menjadi pelatih yang bisa mengembangkan minat dan "passion" siswa, sehingga dia bisa terus berlatih mandiri dan terus belajar," kata dia lagi.

Komentar

250 Karakter tersisa