Greenpeace: Kerugian Ekonomi Akibat Polusi Udara Capai 11 Miliar Dolar AS

Ilustrasi polusi udara, Foto: Pixabay

 

Schoolmedia News, Asia Timur - Sebuah penelitian baru dari Greenpeace Asia Tenggara dan Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) menunjukkan polusi udara dari pembakaran bahan bakar fosil, terutama batu bara, minyak, dan gas, menelan kerugian ekonomi 2,9 triliun Dolar AS atau sekitar 3,3% dari PDB global. Kondisi ini dikaitkan dengan perkiraan 4,5 juta kematian setiap tahun di seluruh dunia dan perkiraan. 

Polusi udara, kata Juru Kampanye Udara Bersih di Greenpeace Asia Timur Minwoo Son, seperti dilansir dari laman greenpeace, merupakan ancaman bagi kesehatan dan ekonomi kita. Setiap tahun, polusi udara dari bahan bakar fosil menghilangkan jutaan nyawa, meningkatkan risiko stroke, kanker paru-paru, dan asma, dan menelan biaya triliunan dolar AS. 

"Namun ini adalah masalah yang sudah cukup jelas solusinya, yaitu dengan beralih ke sumber energi terbarukan, meniadakan mobil diesel dan bensin, dan membangun transportasi umum. Kita perlu memperhitungkan biaya nyata bahan bakar fosil, tidak hanya untuk planet kita yang cepat memanas, tetapi juga untuk kesehatan kita,” kata Minwoo Son.

 

Baca juga: Telkom Agresif Modernisasi Jaringan untuk Persiapan Layanan 5G

 

Son menjelaskan, fakta ini merupakan laporan pertama yang menilai biaya global polusi udara dari bahan bakar fosil.

Pihaknya menemukan diperkirakan 40.000 anak meninggal sebelum ulang tahun kelima karena paparan polusi PM2.5 dari bahan bakar fosil, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah.

Selain itu, NO2, produk sampingan dari pembakaran bahan bakar fosil di kendaraan, pembangkit listrik dan pabrik, terkait dengan sekitar 4 juta kasus asma baru pada anak-anak setiap tahun, dengan sekitar 16 juta anak di seluruh dunia hidup dengan asma karena terpapar polusi NO2 dari bahan bakar fosil.

Polusi udara PM2.5 dari bahan bakar fosil, kata Son melanjutkan, dikaitkan dengan sekitar 1,8 miliar hari absen kerja karena penyakit setiap tahun di seluruh dunia, setara dengan perkiraan kerugian ekonomi tahunan sebesar 101 miliar Dollar AS.

"Daratan Cina, Amerika Serikat, dan India menanggung kerugian tertinggi dari polusi udara bahan bakar fosil di seluruh dunia, masing-masing diperkirakan 900 miliar USD, 600 miliar USD, dan 150 miliar USD per tahun," ujar Son.

Pihaknya berharap, adanya penghapusan secara bertahap bahan bakar fosil membawa manfaat bagi finansial dan kesehatan. 

 

Baca juga: Registrasi Akun Tes Masuk Perguruan Tinggi Dimulai Senin

 

Menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, setiap 1 US Dolar yang diinvestasikan di bawah Undang-Undang Udara Bersih Amerika Serikat menghasilkan setidaknya 30 Dollar AS sebagai imbalannya. 

Demikian juga, satu hari bebas kendaraan bermotor (car free day) setiap minggu di Bogota, Kolombia menghasilkan 3,20- 4,30 Dollar AS dalam tunjangan kesehatan untuk setiap 1 Dollar AS yang diinvestasikan dalam program ini, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Urban Health.

"Sebagai warga negara, kita berhak untuk menghirup udara bersih. Polusi udara telah menjadi masalah kesehatan dunia, yang menghilangkan jutaan nyawa setiap tahunnya," ujarnya.

Di Indonesia, kata Kuasa Hukum Gugatan Ibukota Ayu Eza Tiara, biaya yang ditanggung akibat polusi udara di Indonesia mencapai 11 miliar Dollar AS, dengan angka kematian dini mencapai 44 ribu jiwa sepanjang tahun 2018.

Mekanisme gugatan warga negara, kata Ayu, memungkinkan setiap dari kita untuk berbuat sesuatu, dan mendesak pemerintah agar segera melakukan tindakan untuk mengatasi krisis polusi udara. 

“Udara yang bersih itu merupakan hak dasar setiap warga negara dan telah diamanatkan oleh Undang-Undang, sudah seharusnya Pemerintah terkait sesegera mungkin memenuhi hak dasar tersebut tanpa harus terus berkelit dan menunggu keputusan pengadilan yang menempuh waktu yang relatif lama,” ujar Ayu.

Sepaham dengan ini, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu menegaskan, pemerintah harus menjalankan langkah-langkah untuk mengatasinya, salah satunya menghentikan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.

“Pemerintah harus menghentikan pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan menutup PLTU yang sudah ada, berinvestasi dalam sistem transportasi umum, dan transisi ke energi terbarukan secepat mungkin. Di seluruh dunia orang-orang menuntut udara bersih, dan pemerintah harus mengambil tindakan,” kata Bondan Andriyanu tegas.

Komentar

250 Karakter tersisa