Saingan Tesla, Orang Terkaya Australia Rencanakan Mobil Hidrogen

Foto: Unsplash

 

Schoolmedia News, Australia – Sekarang ini, mobil listrik bukan satu-satunya tawaran alternatif kendaraan dari bahan bakar fosil. Saat ini mobil berbahan bakar hidrogen juga menjadi salah satu opsi menarik untuk menghadapi ketersediaan bahan bakar fosil yang akan terus dikuras. Pengembangan mobil bahan bakar hidrogen telah menjadi salah satu tujuan dalam mendukung gerakan energi hijau. 

Kendaraan tersebut dinilai memiliki keunggulan potensial dibandingkan mobil bertenaga baterai, termasuk dalam hal pengisian bahan bakar yang lebih cepat dan jangkauan lebih panjang. Hal ini menjadi kritikan orang terkaya di Australia terhadap bos Tesla. Miliarder Australia pemilik tambang besi terbesar di dunia, Andrew Forrest melontarkan kritikannya terhadap bos Tesla, Elon Musk. 

Kritikan terkait sikap penolakan terhadap penggunaan energi hidrogen sebagai bahan bakar mobil ramah lingkungan. Dilansir dari Bloomberg, Kamis (8/4/2021) kritikan Forrest ini menandai persaingan lebih lanjut antara pemain utama mobil listrik dunia, Tesla, dengan sejumlah pihak yang mengajukan alternatif lain dalam pengembangan mobil ramah lingkungan.
 
Kritikan tersebut disampaikan Forrest saat hadir dalam konferensi Investasi Asia Kredit Suisse Group AG pada (20/3/2021). Forrest yang merupakan pemilik Fortescue Metals Group, perusahaan tambang pengekspor biji besi terbesar keempat di dunia belum lama ini mulai merambah bisnis baru, yaitu pengembangan energi bersih terbarukan. Dia menyebutkan bahan untuk pembuatan baterai pada mobil listrik sifatnya masih terbatas, beda dengan hidrogen yang disebutnya tersedia melimpah di dunia.

 

Baca jugaHeboh Butiran Emas, Pantai Pohon Baru di Maluku Dipenuhi Warga


 
Dari sinilah ide Andrew Forrest bermula untuk mulai mendukung pengembangan mobil ramah lingkungan berbahan bakar sel hidrogen. Inovasi ini dilihat sangat menjanjikan di masa depan, opsi lain atas dominasi Tesla yang meluncurkan mobil ramah lingkungan berbahan bakar listrik yang sama-sama rendah karbon. Meski begitu, Musk sudah lebih dulu mengibarkan bendera persaingan antara mobil listriknya dengan mobil berbahan bakar hidrogen.
 
Sejak beberapa tahun belakangan, Musk sering menyebut penggunaan bahan bakar hidrogen sebagai langkah yang "sangat bodoh". Itu bukan satu-satunya hal negatif yang dia katakan tentang teknologi ini. Dia juga menyebutnya "sel bodoh" juga "tumpukan sampah". Pada pertemuan pemegang saham pada tahun 2018 silam, Musk bahkan menyebut inovasi ini "kesuksesan sama sekali tidak mungkin."
 
Terbaru, saat memberi pernyataannya di depan audiens China awal bulan Maret, Musk menyebut pengembangan mobil listrik berbasis baterai yang menggunakan tenaga surya memiliki prospek yang sangat baik di negeri tirai bambu. Sebaliknya, ia menyebut penggunaan energi hidrogen justru tidak menjanjikan. Menguatnya kampanye penggunaan mobil berbahan bakar hidrogen memunculkan persaingan baru pada industri kendaraan ramah lingkungan, yang artinya mulai membangun pesaing baru bagi Tesla.

 

Baca jugaIndonesia - Jepang Bahas Peningkatan Penempatan Pekerja Migran dan Pemagangan


 
Apalagi penggunaan bahan bakar hidrogen dinilai sejumlah pakar tidak memerlukan proses pembuatan baterai yang besar serta tidak ada tanggung jawab terkait daur ulang baterai bekas yang dihasilkan kendaraan listrik. Penggunaan kendaraan dengan bahan bakar hidrogen memiliki resiko kerusakan lingkungan lebih kecil dibanding bahan bakar fosil, seperti halnya penggunaan baterai listrik yang rendah emisi karbon.
 
Meski begitu, pengembangannya yang tergolong masih baru membuatnya sulit bersaing dengan kendaraan berbahan listrik Tesla yang sudah sebesar sekarang. Lebih dari setengah juta kendaraan keluar dari jalur produksi Tesla tahun lalu. Sementara mobil hidrogen masih lebih merupakan konsep baru yang masih perlu pengembangan lebih lanjut dan masih jauh dari harapam untuk komersial.

Bloomberg NEF mengatakan dalam sebuah laporan tahun lalu tentang industri hidrogen. Sebagian besar pasar mobil, bus, dan truk ringan cenderung menyukai baterai sebagai solusi yang lebih murah daripada sel bahan bakar hidrogen. Meski begitu, Forrest tetap optimis akan industri baru ini. Ia berharap pada ambisi China untuk memiliki lebih dari satu juta kendaraan sel bahan bakar hidrogen pada tahun 2030 bersama dengan rencana di Jepang dan Korea Selatan untuk meningkatkan penggunaannya.

Komentar

250 Karakter tersisa