Ilustrasi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, Foto: Freepik
Pemerintah Kota Palu melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan belum mengaktifkan sistem pembelajaraan"Full Daya School" meskipun aktivitas pendidikan sudah kembali berangsur pulih.
"Status penanganan bencana masih pada tahapan transisi darurat menuju pemulihan," kata Kepala Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Palu, Sulawesi Tengah Ansyar Setiadi di Palu, Senin, 14 Januari 2019.
Ia menjelaskan Pemkot Palu telah mengeluarkan surat edaran agar kegiatan belajar mengajar dilakukan seperti sedia kala seperti sebelum bencana terjadi.
"Aktivitas pendidikan belajar dan mengajar sudah pulih 100 persen," ujar Ansyar.
Walapun demikian, kata Ansyar, peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan masih ada yang melakuan aktivitas belajar mengajar di luar ruangan.
Menurut Ansyar, itu dilakukan karena sarana pendidikan di sekolah telah rusak bahkan hilang, dan peserta didik ada yang masih trauma. Maka, kata Ansyar, kegiatan belajar mengajar masih dilakukan luar ruangan, namun aktivitas pendidikan sudah kembali normal.
Pemulihan aktivitas pendidikan, kata Ansyar, dapat diukur dengan melihat dan menghitung data peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan yang telah kembali ke sekolahh dan melakukan aktivitas pendidikan seperi biasa.
"Masuk mulai pukul 07.15 WITA dan pulang sekira pukul 13.00 WITA," ujar Ansyar menjelaskan.
Dalam data laporan finalisasi data informasi bencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi di Sulteng per 31 Desember 2018 yang dilaporkan kepada Gubernur Sulteng Longki Djanggola pada 7 Januari 2019, jumlah sekolah terdampak bencana di Kota Palu sebanyak 386 sekolah.
Dalam laporan tersebut, tercatat ruang kelas yang rusak dibagi menjadi tiga tingkat antara lain rusak berat 677 ruang, rusak sedang 581 ruang dan rusak ringan 971 ruang.
Kebutuhan kelas darurat sebanyak 677 kelas, dimana 216 kelas darurat yang terdistribusi, sehingga Pemkot Palu saat ini masih kekurangan 461 kelas darurat.
Tinggalkan Komentar