Jika diartikan secara harafiah dari asal katanya, blockchain, maka bisa diartikan secara bebas menjadi "rantai blok" atau "rangkaian blok". Blok apa ? Rangkaian apa ? Dalam konteks blockchain, blok yang dimaksud adalah data ; data-data tersebut nanti akan dirangkai, sehingga terbentuklah rangkaian data. Berbeda dengan umumnya data yang disimpan terpusat di satu tempat, blockchain menyimpannya secara terdistribusi, di seluruh blok yang ada dalam rangkaian. Hal tersebut dipercaya menjadikan blockchain jauh lebih aman dari gangguan, karena data tidak terpusat di satu tempat. Jika seorang peretas (hacker) ingin meretas data blockchain, maka secara teori dia harus meretas seluruh titik/node jaringan blockchain secara bersamaan. Jika seorang peretas ingin mengubah satu data di salah satu blok saja, maka hal tersebut tidak bisa diterima oleh sistem karena tidak ada verfikasi bersama.
Dengan mengetahui manfaat keamanan data dan interkoneksi antar user/titik/node dalam jaringan (internet), maka teknologi blockchain sangat mungkin dimanfaatkan untuk dunia pendidikan yang secara periodik sangat berkepentingan dengan rekam jejak data proses dan hasil pendidikannya.
Sudah beberapa tahun terakhir ini, sekolah-sekolah mulai mengenalkan raport elektronik alias raport digital, untuk menampilkan hasil pendidikan anak didik selama satu periode pendidikan tertentu. Data-data laporan hasil pendidikan ini umumnya masih terpusat di satu tempat, bahkan di satu komputer, yang kadang dipakai bersama-sama ; sehingga keamanan datanya sangat boleh diragukan.
Salah satu keuntungan jika pencatatan dan pelaporan menggunakan teknologi blockchain, adalah tidak terjadi pemusatan sumber data, sehingga data lebih aman dari gangguan para pengiseng. Mungkin agak sulit membayangkan sebaran data yang sama. Situasinya bisa dilihat pada para pengguna bitcoin atau semacamnya. Mereka yang ikut menjadi "nasabah" bitcoin, selain mendapatkan data berupa nilai bitcoin, juga data nasabah bitcoin lainnya, walaupun belum tentu ditampilkan tapi sebagai kontrol. Tak cuma itu, tapi juga seluruh kegiatan transaksi akan dibagi rata dan divalidasi bahwa transaksi tersebut sah secara sistem. Seorang "nasabah" bitcoin tak bisa sembarangan menambahkan "nilai sendiri", karena perlakuan sepihak tersebut akan tertolak secara otomatis oleh sistem. Demikian juga dengan pencatatan dan pelaporan nilai raport. Secara sistem setiap peserta didik akan mendapatkan daftar hasil belajarnya sendiri, beserta seluruh meta data tentang pelaporan tersebut dari semua peserta lainnya. Jika ada sekolah yang ingin mengubah "sendiri" nilai-nilai peserta didiknya, tanpa menaati kaidah-kaidah sistem yang sudah disepakati dan dijalankan oleh sistem, maka nilai-nilai "ubahan" tersebut akan ditolak oleh sistem. Hal ini secara langsung akan meningkatkan taraf kepercayaan publik pada keabsahan dan orisinalitas pencatatan dan pelaporan tersebut. Negara bahkan akan lebih diuntungkan karena bisa "melihat" secara nyata dan terpercaya hasil pencatatan dan pelaporan hasil pendidikan di wilayahnya.
Manfaat teknologi blockchain juga akan terlihat sangat konkrit pada pencatatan portofolio kemampuan para peserta didik maupun alumni, karena data tersebut bisa dihubungkan ke data kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri secara 'real time'. Dengan validnya catatan portofolio seorang peserta didik dan/atau alumni, maka industri dapat dengan mudah memilah dan memilih calon tenaga kerjanya, dengan sangat cepat dan efisien. Catatan portofolio berbasis blockchain ini akan semakin berarti, jika bersamanya juga dihubungkan dengan sifat-sifat psikologis yang bersangkutan, selama mengikuti pendidikan.
Setelah bisa membayangkan bahwa pencatatan dan pelaporan hasil pendidikan bisa dibuat sedemikian aman dan terpercaya dengan blockchain, maka mungkin pemikiran kita akan terbayang pada semua aspek yang berupa pencatanan dan pelaporan yang sering dipermasalahkan di dunia pendidikan ; terutama karena masalah validitas dan keamanannya.
Secara umum, data dalam dunia pendidikan dalam skala negara, hanya berisi pencatatan dan pelaporan ; namun karena itu pula, kadang terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti hilangnya data, atau dugaan manipulasi data. Dunia pendidikan yang secara kodrati bertumpu pada terbaginya secara adil rasa saling percaya dan saling bertanggung jawab pada peran masing-masing, bisa saja terlukai karena pengelolaan data yang kurang cermat ini.
Hal yang tidak sederhana dari penerapan teknologi blockchain ini adalah bahwa dia membutuhkan infrastrktur yang memadai, dan tidak akan terlalu berdampak jika ruang lingkupnya tidak besar dan luas. Misal, e-portofolio berbasis blockchain tidak bisa berdampak nyata di skala nasional jika hanya dijalankan di wilayah kabupaten. Tapi dengan semakin ketatnya persaingan antar negara, semestinya pemerintah bisa lebih bijaksana untuk mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh penerapan teknologi ini dalam merevolusi pencatatan dan pelaporan di dunia pendidikan.
Bacaan lebih lanjut tentang hal ini bisa ditemukan di https://www.blockcerts.org/about.html atau https://indorse.io/ .
https://www.freepik.com/free-vector/blockchain-background_2553405.htm
Tinggalkan Komentar