Sosok Ignaz Semmelweis, Pelopor Cuci Tangan dan Prosedur Antiseptik

Foto: Google

 

Schoolmedia News, Jakarta – Pada Jumat (20/3) di laman Google dihias dengan seorang sosok pria memegang perangkat timer dan juga ada ilustrasi cuci tangan di huruf "O" kedua pada logo Google. Jika doodle tersebut diklik akan tampil animasi cuci tangan dalam beberapa langkah. 

Ini bukan sembarang doodle. Ternyata doodle tersebut adalah gambar Ignaz Semmelweis. Lalu siapa Ignaz Semmelweis? Ignaz Semmelweis adalah seorang dokter Hongaria berketurunan Jerman. Ia dikenal sebagai pelopor prosedur antiseptik dan cuci tangan dunia. 

Ia juga dijuluki sebagai "penyelamat ibu-ibu" karena ia telah menemukan bahwa kemungkinan terjadinya demam puerperal dapat dikurangi secara drastis dengan melakukan disinfeksi tangan di klinik obstetri.

Ignaz Semmelweis dikenal secara luas sebagai orang pertama yang menemukan manfaat medis dari mencuci tangan.Tepat pada hari ini di tahun 1847, Semmelweis diangkat sebagai Kepala Residen di klinik bersalin Vienna General Hospital, seperti Schoolmedia News lansir dari Britannica, Jumat, 20 Maret 2020.

 

Baca juga: 7 Cara Efektif Kerja dari Rumah Agar Tetap Produktif

 

Mengenal Ignaz Semmelweis

Foto: Science Source

 

Setelah diangkat menjadi kepala residen, Semmelweis mulai mengharuskan para dokter untuk mendisinfeksi tangan mereka untuk mengurangi penularan penyakit. Ignaz Semmelweis lahir di Budapest, Hungaria pada 1 Juli 1818. Ignaz Semmelweis mendapatkan gelar doktor dari Vienna University.

Munculnya prosedur kesehatan cuci tangan, bermula ketika Semmelweis mendapatkan gelar dokternya di Universitas Vienna, Jerman, pada 1 Juli 1837. Ia kemudian memutuskan untuk fokus di bidang spesialis kebidanan.  Setelah lulus, ia bekerja di Rumah Sakit Umum Vienna dan pada 1 Juli 1846 ia mendapatkan jabatan tetap di rumah sakit itu sebagai asisten seorang profesor bernama Johann Klein. 

Di saat yang sama, ada sebuah penyakit demam yang sedang marak dan mewabah di tempat tersebut, yaitu "childbed fever". Meski sejenis demam, penyakit tersebut ternyata sangat berbahaya dan memiliki tingkat kematian yang tinggi, terutama untuk ibu yang sedang melahirkan.

 

Baca jugaPerlu Diperhatikan, Ini 7 Tanda Wajah Tidak Cocok dengan Skincare

 

Menerapkan Prosedur Cuci Tangan di Dunia Medis

Foto: Pixabay

 

Infeksi tersebut dikenal sebagai demam nifas dan menjadi momok bagi semua rumah sakit bersalin di seluruh Eropa. Tingkat kematiannya bahkan mencapai 25-30 persen. Beberapa orang berpikir bahwa infeksi disebabkan oleh kepadatan pasien dan ventilasi bangsal rumah sakit yang buruk.

Semmelweis kemudian diminta untuk menemukan penyebabnya. Setelah penyelidikan menyeluruh, dia menyimpulkan bahwa para dokter mengirimkan bakteri atau virus dari operasi yang satu ke operasi lainnya melalui tangan mereka. 

Saat itu juga, Semmelweis segera membuat peraturan bahwa semua tenaga medis harus mencuci tangan di sela-sela pemeriksaan pasien. Di bawah prosedur itu, angka kematian dan tingkat infeksi akhirnya menurun. Hingga Maret-Agustus 1848 tak ada lagi ibu yang meninggal dunia saat melahirkan.

 

Baca juga6 Tipe Orang yang Harus Kamu Unfollow di Media Sosial

 

Dianggap Skeptis

Pada 1855 dia diangkat sebagai profesor kebidanan di University of Pest dan ide-idenya diterima di Hungaria. Pemerintah bahkan menyampaikan surat edaran pada semua otoritas distrik untuk memperkenalkan metode profilaksis ala Semmelweis. Profilaksis merupakan prosedur kesehatan masyarakat untuk mencegah daripada mengobati penyakit.

Sayang, banyak rekan Semmelweis memandang gagasannya dengan skeptis. Beberapa dekade kemudian, rekomendasi higienisnya diakui secara luas. Saat ini, Ignaz Semmelweis dikenang secara luas sebagai 'bapak pengendalian infeksi', yang dipercaya merevolusi bukan hanya kebidanan, tetapi bidang medis itu sendiri. Berkat jasanya, banyak orang menyadari bahwa mencuci tangan adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyebaran penyakit.

Komentar

250 Karakter tersisa