Mahasiswa program Pascasarjana Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH), di Institut Teknologi Bandung (ITB), Anca Awal Sembada. Foto: itb.ac.id
SCHOOLMEDIA NEWS, Bandung – Lulus sebagai mahasiswa magister melalui program fast track dan meraih predikat cumlaude dengan IPK 3.97 tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Anca Awal Sembada, mahasiswa program Pascasarjana Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH), di Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (19/10/2019), di Bandung.
Program fast track adalah program percepatan studi bagi mahasiswa berprestasi program sarjana untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana (gelar master) secara langsung. Mahasiswa yang mengikuti program ini, dapat menyelesaikan pendidikan sarjana dan magisternya dalam kurun waktu 5 tahun.
Selama menjadi mahasiswa, Anca mengaku harus cepat belajar beradaptasi dengan lingkungan pendidikan pascasarjana yang berbeda dengan S1.
"Masuk ke lingkungan S2 itu buat saya sebuah tantangan ya, berbeda banget sama S1, saya dituntut harus terus nge-lab dan lebih cekatan dalam menyusun langkah-langkah penelitian," ucap pria yang juga pernah menjadi peserta ON MIPA ini.
Baca juga: Hanif Dhakiri Ingin Ekosistem Kerja Indonesia Lebih Fleksibel
Alumni SMAN 4 Surabaya ini dikenal sangat menyenangi biologi. Kecintaannya pada biologi tersebut yang membawanya jatuh hati pada Rekayasa Hayati (Bioengineering) di ITB.
"Kalau ditanya kenapa Rekayasa Hayati, dibanding yang lain, karena saya orangnya lebih suka di laboratorium dibandingkan ke lapangan," ungkap Anca, melansir itb.ac.id.
Seperti mahasiswa program pascasarjana lainnya, Anca juga tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya dalam melakukan penelitian. Ia menjadikan program pascarjana sebagai cara untuk melanjutkan penelitian yang dijadikan tugas akhir dari program sarjananya. Penelitian yang ia lakukan adalah mencari tahu tentang duckweed, yaitu salah satu tumbuhan air yang subur di daerah tropis.
Ia melakukan penelitiannya terkait variabel untuk meningkatkan protein dan pati dalam tanaman duckweed. Hasil penelitian inilah yang membawa dirinya memberikan seminar pada American Institute of Physics (AIP) Conference Proceedings di Malang.
"Sehabis itu, pada program master ini, saya mencari tahu aplikasi dari tanaman ini selain menjadi pakan ternak, " terang Anca.
Baca juga: Jonathan Christopher, Mahasiswa Teknik Informatika ITB Lulus dengan IPK Nyaris Sempurna
"Saya merasa bahwa menjadi peneliti adalah jalan hidup saya," jawab Anca yang juga telah menyiapkan diri untuk melanjutkan program doctoralnya di Jepang.
"Saya bermimpi untuk melakukan penelitian tanaman-tanaman kecil yang tidak terlalu dihiraukan orang. Saya yakin walaupun mereka (duckweed) tidak populer selayaknya anggrek, mereka juga pasti punya manfaat yang sama dan luas untuk kepentingan manusia," pungkas Anca.
Tinggalkan Komentar