Pembangun sekat kanal/canal blocking di kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil (8/11/2017), Sumber: ksde.menlhk.go.id
Keberadaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (CB GSK-BB) bisa bermanfaat bagi masyarakat di wilayah itu. Terutama dalam meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat, terutama pada zona penyangga dan zona transisi
"Kita akan fokus pada penyelamatan hayati ini. Tentunya kita akan berusaha maksimal, lintas sektor melakukan koordinasi sehingga aksi kita bagaimana cagar biosfer bisa bermanfaat bagi masyarakat yang berada di sekitarnya," ujar Pelaksana Tugas Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkalis Yuhelmi, ketika membuka forum CB GEK-BB di Bengkalis, Provinsi Riau, Senin, 29 April 2019.
Dia mengatakan forum itu merupakan salah satu dari rangkaian program revitalisasi kelembagaan koordinasi pengelolaan Cagar Biosfer GSK-BB dan penguatan program pengembangan masyarakat.
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bengkalis, Yulhemi menjelaskan, Bappeda setempat menjadi ketua pengelolaan aset dunia tersebut. Oleh karena itu, pihaknya akan berusaha optimal untuk berkoordinasi secara lintas sektor terkait dengan pemanfaatan cagar biosfer.
Ketua Komite Nasional Man and Biosphere (MAB) UNESCO Indonesia LIPI Enny Sudarmonowati mengatakan, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu harus diambil manfaatnya untuk pembangunan secara berkelanjutan.
Pemanfaatannya, kata Enny, untuk meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat, terutama pada zona penyangga dan zona transisi. Dengan pendapatan masyarakat yang sudah lumayan terjamin, tentu kawasan dan zona inti tidak akan terganggu.
"Rencananya tentu saja bagaimana mengimplementasikan atau mengambil manfaat dari CB GSK-BB ini, karena status internasional itukan mahal, mendapatkannya susah, bagaimana bisa memanfaatkan itu untuk pembangunan berkelanjutan," kata Enny.
Perempuan yang juga menjabat sebagai Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati itu berharap aksi pengelolaan CB GSK-BB benar-benar dilakukan dengan mengesampingkan ego sektoral.
"Apa arti cagar biosfer, orang banyak mengartikan cagar biosfer itu cagar yang tidak bisa diapa-apain. Tapi justru kita harus melakukan aksi berkelanjutan," katanya.
Untuk diketahui, pada forum ini dihadiri oleh Ketua Komite Nasional MAB (Man And Biosphere)-UNESCO Indonesia LIPI Enny Sudarmonowaty, Direktur Eksekutif Komite Nasional MAB-UNESCO Indonesia LIPI Purwanto.
Sedangkan dari BBKSDA Riau, Head of Landscape Conservation Sustainability and Stakeholder Engagement APP (Asia Pulp Paper)-Sinarmas Dolly Priatna dan Mananger Conservasi Penjab Pengelolaan Cagar Biosfer Supriatno dan Yuyu Arlan, Public Relations Arara Abadi Sinar Mas Forestry Nurul Huda.
Juga hadir sejumlah pegiat lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan dan kalangan perguruan tinggi, baik dari Jakarta, Pekanbaru, maupun Bengkalis.
Tinggalkan Komentar