Trenggiling, Mamalia Paling Banyak Diperdagangkan Ilegal dari Indonesia

Trenggiling Sunda (Manis javanica), Sumber: WWF - Malaysia/Stephen Hogg

 

Schoolmedia News, Jakarta - Meski trenggiling tidak dikonsumsi di Indonesia tapi mamalia itu paling banyak menjadi sasaran perdagangan satwa liar ilegal untuk dijual ke luar negeri. Hal ini terkuak dari analis Wildlife Conservation Society (WCS) Yunita Setyorini.

"Pada 2019, seingat saya ada sekitar 7 kasus yang kira-kira ada sekitar 200 ekor pangolin (trenggiling). Diduga negara tujuan akhirnya adalah China karena merupakan konsumen akhirnya," kata Yunita ketika berbicara dalam presentasi Aplikasi Melawan Perdagangan Satwa Liar Ilegal di Jakarta, Selasa, 18 Februari 2020.

Angka itu, kata Yunita, baru mencakup 2019. Tapi, menurut data yang dikumpulkan WCS dalam sepuluh tahun terakhir hampir ada 26.000 ekor trenggiling dari Indonesia yang diperjualbelikan secara ilegal.

Yunita melanjutkan, trenggiling diburu dan diperdagangkan karena sisiknya dipercaya dapat menjadi bahan obat yang ampuh untuk beberapa penyakit seperti asma dan membantu meningkatkan vitalitas tubuh.

 

Baca juga: Rp 13,6 Miliar dari Google untuk Melatih 22.000 Guru Berpikir Komputasional

 

Pemerintah, kata Yunita, terus berupaya aktif untuk mencegah perdagangan trenggiling yang sudah masuk kategori hewan terancam punah.

Hal itu dilakukan karena Sunda Pangolin (manis javanica), nama ilmiah trenggiling, yang asli Indonesia menjadi salah satu sumber utama untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang memanfaatkan sisik dan dagingnya. 

"Untuk studi populasi di Indonesia belum banyak diketahui, tetapi untuk status perdagangan sendiri trenggiling adalah mamalia yang paling banyak diperdagangkan dari Indonesia," ujarnya.

Dalam salah satu usaha melawan perdagangan satwa liar, Yunita dan kelima temannya dari Tim Navy Pangolin membuat prototipe aplikasi untuk membantu analis mengumpulkan data perdagangan ilegal. Data ini berupa artikel berita di internet untuk mempercepat pekerjaan yang selama ini dilakukan secara manual.

 

Baca juga: Pemprov Kalbar Kucurkan Rp 50 Miliar untuk Bangun SMK Unggulan

 

Tim Navy Pangolin ini terdiri dari 6 anak muda Indonesia yang mengeluti teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Mereka membuat aplikasi Pan The Pangolin dan diperlombakan dalam kontes Global Zoohackton 2019 yang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat. Tim ini berhasil meraih juara kedua.

Atas raihan ini, mereka berhak atas hadiah sebesar 5.000 dolar AS dalam bentuk hibah kredit Microsoft Azure. Hadiah ini digunakan untuk membantu mensukseskan solusi mereka.

Komentar

250 Karakter tersisa