Tensi Dagang China-Australia Memanas, Harga Batu Bara Meroket

Foto: Unsplash

 

Schoolmedia News, Jakarta – Perdana Menteri Scott Morrison mengadu ke World Trade Organization (WTO). Mereka meminta lembaga pengawas perdagangan global itu menyelidiki detail tarif impor yang diberlakukan Tiongkok untuk produk barley alias jali dari Negeri Kanguru pada Kamis (17/12/2020). Untuk kali pertama, Australia merespons sanksi-sanksi ekonomi yang diberikan Tiongkok. Sepanjang tahun, Tiongkok menerapkan kebijakan yang menyasar langsung negeri di seberang khatulistiwa tersebut. 

Akses komoditas seperti minuman anggur merah, daging, dan kayu ke Tiongkok terus menyempit. Memanasnya perang dagang Australia dan China berpengaruh terhadap sejumlah harga komoditas global termasuk batu bara. Hal ini disampaikan Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, Selasa (6/4/2021).

Agung mengungkapkan, tingginya tensi dagang tersebut berimbas positif karena naiknya permintaan batu bara Indonesia ke negeri Tirai Bambu itu. "Ini menjadi pemicu utama Harga Batu bara Acuan (HBA) bulan April naik USD2,21 per ton menjadi USD86,68 dari bulan Maret lalu," jelas Agung.

Memburuknya hubungan Australia - Tiongkok dipicu saat Canberra menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul pandemi virus Corona pada April 2020. Sementara dari pihak Beijing menganggap hal tersebut bagian dari provokasi.

"Larangan tidak resmi atas impor batu bara asal negeri Kangguru menyebabkan produksi dan logistik Tiongkok ikut terganggu," imbuh dia.

 

Baca jugaUniversitas La Trobe Australia Berencana Hapus Jurusan Bahasa Indonesia

 

Pengurangan ekspor ini, sambung Agung, juga ditimbulkan oleh adanya gangguan pelabuhan NCIG di Newcastle. Apalagi sebagian besar ekspor Newcastle ditujukan ke pelanggan jangka panjang di Asia Timur, seperti Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan. Batu bara yang dikirim dari Newcastle sendiri merupakan batu bara termal berkalori tinggi yang digunakan di pembangkit listrik, bersama dengan beberapa jenis batu bara yang digunakan untuk membuat baja.

Faktor lain yang menjadi penyebab kenaikan HBA April adalah meningkatnya permintaan kebutuhan batu bara dari Jepang serta adanya sentimen terkait menurunnya suplai dibanding permintaan batu bara secara global. Di samping faktor permintaan dan pasokan, perhitungan nilai HBA sendiri diperoleh dari rata-rata empat indeks harga batu bara dunia, yaitu Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya.

Sebagai catatan, nilai HBA sejak tahun 2021 cukup fluktuatif. Dibuka pada level USD75,84 per ton di Januari, HBA mengalami kenaikan pada bulan Februari USD87,79 per ton sebelum sempat turun di Maret USD84,47 per ton. Nilai HBA bulan April ini akan dipergunakan pada penentuan harga batubara pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).

Komentar

250 Karakter tersisa