Schoolmedia News Jakarta --- Bangunan berbentuk Pondok Bambu itu nyaris lebih layak disebut sebagai kandang kambing ketimbang menjadi Satuan Pendidikan atau sekolah. Berdiri diatas lahan 12 X 60 Meter persegi di tengah Hutan Pohon Karet dan Kebun Nenas.
Pondok itu bernama “KB dan TK Bunga Tanjung” yang berbatasan langsung dengan pemakaman umum warga Desa Tanjung Dayang Selatan, Kecamatan Indralaya Selatan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Pondok beratapkan rumbia atau daun lontar keringi itu berdiri kokoh dengan tiang penyangga dari kayu nangka dan panggung dari bambu. Pondok dibuat seperti aula dengan ruang kelas tidak bersekat menjadi empat bagian. Kelas hanya beralas tikar yang ditutup hamparan karpet. Agar tidak tampias ketika hujan disediakan bilik kayu sebagai pengganti tirai. Dari kejauhan Satuan PAUD Bunga Tanjung tampak seperti peternakan ayam atau kandang sapi ketimbang satuan pendidikan atau sekolah.
“Sekolah saya ada di daerah tertinggal, terdepan dan terluar. Hanya 50 meter dari Kebun Karet dan pemakaman. Sinyal susah. Listrik juga sering padam. Bangunan sekolahnya dari kejauhan tampak seperti kandang kambaing atau peternakan ayam. Jauh dari kata memadai. Jelek dan banyak tambalan di sana-sini. Saya nyaris mengundurkan diri sebagai kepala sekolah karena frustasi,” ungkap Hindun.
Saat nyaris putus asa itulah Hindun menemukan Program Guru Penggerak. Ia kemudian mencoba mendaftar. “Saat hendak daftar, mati lampu. Internet mati. Dalam hati kecil saya, rasa-rasanya tak mungkin sekolah ini bisa bergabung dengan Program Guru Penggerak,” tuturnya.
Hindun terus mencoba dan mencoba. Saat tak ada sinyal, Dia sampai rela menggantungkan gawainya di pohon besar yang ada di halaman sekolah. “HP saya sampai diikat karet, digantung di atas pohon besar demi mendapatkan sinyal,” kenangnya.
Hasilnya ternyata tak sia-sia. Sekolah Hindun yang ada di tengah hutan akhirnya terpilih sebagai salah satu sekolah yang bergabung dengan PSP angkatan I. Melalui pendekatan yang berfokus pada kebutuhan satuan pendidikan dan berkat dukungan dari guru dan masyarakat sekitar, Yuliana akhirnya berhasil menemukan kepercayaan dirinya kembali.
“Sekolah saya sebelum membangun pondok ini ada di daerah tertinggal, terdepan dan terluar dari Kecamatan. Sinyal susah. Listrik juga sering padam. Gedung sekolahnya? Jauh dari kata memadai. Jelek dan banyak tambalan di sana-sini. Saya nyaris mengundurkan diri sebagai kepala sekolah karena frustasi,” ungkap Hindun.
Nama : Hindun,S.Pd
TTL: Tanjung Dayang,07 Juli 1976
Jabatan : Kepala PAUD Bunga Tanjung
Desa Tanjung Dayang Selatan
Kecamatan indralaya Selatan
Kabupaten Ogan ilir
Agama : Islam
Pendidikan: S1 PAUD
NIP P3K: 197607072023212014
Anak 3 Orang
Pengalaman mengajar :
Pengelola PAUD Bunga Tanjung dari 2007- saat ini
1.2006-2013 di TK al Ikhlas sukaraja baru
2.2013-2016 di TK Assalam Tanjung Dayang Selatan
3.2017-2024 di TK Negeri Pembina Sukaraja Baru
Pengalaman lainnya
1.pengajar praktik angkatan 3
2.Fasilitator guru penggerak angkatan 13
CGP Rekognisi angkatan 8
3.Fasilitator PAUD HI
Diklat yang pernah di ikuti
1.Diklat berjenjang tingkat dasar dan lanjut
2 Pelatih calon pelatih tingkat dasar dan lanjut
250 Karakter tersisa