Bentuk Cinta Kasih Orang Tua dan Anak. foto: humaskemenPPPA
SCHOOLMEDIA NEWS, Jakarta - “Mengapa saya menjadi aktivis PATBM? Dari dalam hati, saya ingin menjadi berkah dan manfaat bagi orang lain, terutama anak – anak. Cita – cita saya, suatu saat nanti bisa mendirikan rumah singgah bagi anak – anak telantar”. Begitulah curahan hati salah satu aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM), Ivana dalam sesi Inspirasi pada hari ke – 2 Jambore Nasional Kader Masyarakat Indonesia Bersama Lindungi Anak (KAMI BERLIAN).
“Gerakan PATBM telah dimulai sejak 2016, hingga saat ini telah ada 764 desa yang mengembangkan gerakan ini. Gerakan ini adalah bentuk tanggung jawab negara dalam pemenuhan hak dan perlindungan anak. Negara bukan hanya pemerintah, namun butuh peran serta masyarakat untuk mengoptimalkan upaya pemenuhan hak dan perlindungan bagui anak. Gerakan seperti inilah yang mendekatkan sebuah layanan kepada masyarakat di akar rumput,” ujar Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Nahar seperti siaran pers yang diterima redaksi Rabu, 27 November 2019.
Baca juga: 10 Fokus Kominfo Revisi Undang-Undang Penyiaran
Peran masyarakat, terutama orang dewasa di sekitar anak memang sangat penting bagi perlindungan dan keberhasilan anak. Hal inilah yang telah dibuktikan oleh Aktivis PATBM Kelurahan Tanjungrejo, Kota Malang, Jawa Timur, Ratemat Aboe (79) atau akrab disapa “Kakek Aboe” yang telah berperan dalam menekan angka pekerja anak melalui rumah belajar yang ia dirikan.
“Saya mendirikan rumah belajar karena pada awalnya masih banyak orang tua di lingkungan saya yang mempekerjakan anaknya. Suatu hari, salah satu anak tersebut dihukum oleh gurunya karena tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) akibat kelelahan bekerja. Saya ingin semua anak di sini menjadi pintar, akhirnya saya dirikan Rumah Belajar. Sejak adanya Rumah Belajar, nilai akademis anak – anak meningkat dan orang tua mereka lebih senang jika anak – anak mereka belajar,” tutur Kakek Aboe.
Baca juga: China Panggil Dubes AS Terkait UU HAM Hongkong
Kakek Aboe juga berpesan, agar para orang tua juga harus memberikan pelajaran dan bagi generasi muda untuk mengutamakan jati dirinya. “Pesan saya bagi para generasi muda, utamakanlah jati diri kalian, akuilah bahwa “Saya Indonesia”. Dengan begitu, kita semua harus saling menyayangi, terutama antar orang tua dan anak,” pesan Kakek Aboe.
Perjuangan hidup generasi muda telah dilakukan oleh Ketua Forum Anak Desa (FAD) Kombapari, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Roslinda (14) dalam memperjuangkan hak bagi pemenuhan akta kelahiran bagi teman – temannya di desa. Hal ini dilatarbelakangi oleh kesulitan teman – temannya untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena adanya persyaratan akta kelahiran.
“Saya dan teman – teman saya di FAD Kombapari menginisiasi ASA (Analisis Situasi Anak) dengan mengajak masyarakat, pemerintah, dan gereja setempat untuk menggali permasalahan yang dialami anak, salah satunya terkait kepemilikan akta kelahiran. Saya berharap para aktivis PATBM ketika kembali ke daerah masing – masing bisa membuat kegiatan yang melibatkan anak untuk mengembangkan potensi dirinya. Ayo libatkan anak, karena anaklah sasaran dari kekerasan. Didik dan dampingilah anak dengan cinta dan kasih sayang,” tutur Roslinda di depan 560 aktivis PATBM.
Pada hari ke – 2 Jambore Nasional KAMI BERLIAN peserta aktivis PATBM juga melakukan diskusi kelompok untuk menggali potensi diri, saling menunjukan dan berbagi pengalaman terkait program desa untuk melindungi anak.
250 Karakter tersisa