MPLS Tantangan Guru Ciptakan Suasana Nyaman, Aman dan Menyenangkan di Satuan PAUD

 

Schoolmedia News Jakarta ---- Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) merupakan kesempatan bagi guru dan seluruh ekosistem pendidikan untuk membangun serta menciptakan rasa nyaman, aman dan menyenangkan bagi siswa. Dengan demikian anak akan rindu serta ingin terus berada di lingkungan sekolahnya bermain, berinteraksi serta belajar bersama.

"Sebagai persiapan MPLS kami dari Sekolah Enuma yang merupakan aplikasi digital dengan ribuan aktivitas belajar serta ratusan buku dan video yang mendukung anak-anak untuk membangun keterampilan dasar untuk keberhasilan belajar merupakan media yang baik untuk mengisi masa MPLS," ujar Tenaga Teknis Sekolah Enuma, Ristina Mauliana Sinurat di Jakarta, Minggu.

Program yang dirancang per individu menjawab kebutuhan unik pembelajaran setiap anak, sehingga mereka dapat belajar pada level dan kecepatan yang tepat bagi mereka.
Fitur-fitur yang dipikirkan secara matang memungkinkan Sekolah Enuma untuk mendukung para pelajar muda di sekolah, pusat komunitas, rumah, dan di mana saja untuk belajar secara berlanjut.

Menyambut tahun ajaran baru, saatnya para guru menyadari betapa pentingnya beradaptasi dengan teknologi pembelajaran seraya mengurangi pembelajaran berpola tradisional-konvensional. Sajian materi pembelajaran perlu dibumikan dengan kebutuhan dan perilkaku siswa yang kini lekat dengan perangkat digital.

“Tinggalkan paradigma lama yang lebih berfokus pada guru ketimbang pada kebutuhan dan keragaman perilaku siswa di kelas. Apalagi, murid yang dihadapi para guru saat ini merupakan lapisan generasi alfa (A) yang jauh lebih progresif ketimbang generasi Z dan Y,” ujar Ketua Yayasan Rumah Komunitas Kreatif (YRKK), Ella Yulaelawati, Minggu (16/7/2023) di Jakarta.

Sebelumnya, pada Sabtu (15/7), YRKK menggelar mentoring (pembimbingan) terhadap para guru dari 16 sekolah/lembaga PAUD/TK di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Lembaga/sekolah Para guru yang tergabung dalam jaringan Sekolah Enuma tersebut mendapatkan fasilitas tablet pembelajaran yang berbasis permainan (game). Mentoring kali ini, sekaligus diisi dengan paparan Ella seputar pentingnya memahami generasi alfa (A), merujuk pada istilah yang dipopulerkan Mark McCrindle untuk generasi yang lahir tahun 2010 -2025.

Ella yang pernah menjabat Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menekankan pentingnya perubahan paradigma di kalangan pendidik. Para guru hari ini menghadapi tantangan yang berlipat seiring pesatnya perkembangan teknologi digital termasuk hadirnya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Di samping itu, secara alami, terjadi jurang kesenjangan generasi antara guru dan siswa itu sendiri. Ella menambahkan, guru yang mengajar saat ini pasti semakin berjarak secara usia dengan para siswanya. Bisa jadi, sebagian guru yang lahir sebagai generasi Y (1980-1995), belum sepenuhnya piawai menghadapi murid pada lapisan generasi Z (1996-2010), tetap mereka sudah dituntut beradaptasi menghadapi murid pada lapisan generasi A.

Pembelajaran bermakna

Ella membeberkan sejumlah kiat mengajar generasi A. Kiat-kiat tersebut, antara lain dengan menggunakan teknologi interaktif, pembelajaran berbasis proyek, mendorong kreativitas dan kolaborasi, menggunakan pendekatan multisensori, segera memberikan umpan balik, dan aspek hiburan.

“Intinya, mengajari generasi A butuh fleksibilitas, kreativitas, disertai penggunaan teknologi yang bijaksana. Dengan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan minat generasi A, guru dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang menarik, relevan, dan bermakna buat mereka,” ujar Ella.

Sementara itu, guru perwakilan dari TK AIUEO Bekasi, Fatimah Aidid, menyambut baik bantuan fasilitas tablet berikut headset yang dibagikan Sekolah Enuma. Ia dan para rekannya sesama guru dari berbagai lembaga/sekolah antusias menjajal tablet yang bisa dioperasikan tanpa menggunakan jaringan/koneksi internet. Konten yang tersedia sudah diunduh terlebih dulu. Para guru dan siswa tinggal mengoperasikannya. Bahkan, anak berkebutuhan khusus pun dapat terlayani dalam pembelajaran.

“Pengenalan berbagai konsep kepada siswa semuanya dalam bentuk permainan yang menyenangkan sesuai level usia dan kemampuan siswa. Setiap individu dapat mengeksplorasi topik yang berbeda dengan siswa lainnya tanpa merasa dijejali dengan materi ajar yang kaku,” kata Fatimah.

Ia juga menjelaskan, pengenalan konsep melalui perangkat digital tidak berarti meninggalkan pengenalan konsep secara faktual dan realitas. Contohnya, untuk mengenalkan sebuah buku kepada siswa, tidak hanya dilakukan dengan menunjukkan tampilan e-book, tetapi juga dibarengi dengan menghadirkan fisik buku yang bersangkutan.

Dengan demikian, dalam benak siswa akan terbangun imajinasi bahwa buku itu secara fisik terdiri dari beberapa bagian, mulai dari sampul depan-belakang, lembar pendahuluan, daftar isi, isi, kepustakaan, dan lain-lain.

Tenaga pendamping teknis dari Enuma, Ristina Mauliana Sinurat menjelaskan, melalui perangkat tablet pembelajaran itu tersaji ratusan sampai ribuan konten materi ajar berbasis permainan yang menyenangkan bagi anak-anak. Wujudnya berupa gambar, teks singkat, video, animasi, dan suara. Bahkan lagu-lagu nasional dan daerah pun tersedia di dalamnya.

Secara garis besar, aplikasi konten tersebut terkelompokkan dalam bidang pengajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Matematika. Namun, dalam penerapannya juga secara tidak langsung merangsang kecakapan motorik, interaksi sosial, pengenalan nilai, dan pembentukan sikap (jati diri).

Pembagian perangkat tablet pembelajaran sejalan dengan kurikulum Sekolah Enuma dan Kurikulum Nasional untuk membangun kompetensi abad 21 sehingga anak-anak dapat memanfaatkan peluang di era digital dengan belajar bahasa, literasi, numerasi, serta pengembangan intelektual dan karakter.

Komentar

250 Karakter tersisa