Ilustrasi virus corona, sumber: consumerreports.org
Schoolmedia News, Kolombia- Kasus infeksi virus corona Covid-19 di Kolombia telah meningkat menjadi lebih dari 50.000. Kementerian Kesehatan negara itu melaporkan hal tersebut pada Minggu (14/6) waktu setempat.
Menurut data, jumlah kasus Covid-19 di negara tetangga Kolombia yakni Ekuador sudah mendekati angka kenaikan yang sama.
Kolombia telah melaporkan 50.939 kasus infeksi virus corona baru dan 1.667 kematian akibat infeksi tersebut. Di Ekuador, jumlah kasus Covid-19 telah melampaui 46.700 dan kematian mencapai 3.896 jiwa.
Baca juga: Film Dokumenter "Help Is On The Way" Tayang di GoPlay
Pasien penyakit infeksi virus corona baru itu membanjiri fasilitas kesehatan Ekuador, dan dalam beberapa kasus membuat pihak berwenang tidak dapat mengumpulkan jenazah serta memaksa pemerintah untuk sementara waktu menyimpan jenazah mereka dalam peti pengiriman berpendingin.
Ekonomi Kolombia telah terpukul oleh dua hal, yakni karantina untuk pencegahan penyebaran virus corona yang diberlakukan oleh Presiden Ivan Duque dan penurunan harga minyak.
Negara itu memasuki masa karantina nasional pada akhir Maret, dan karantina diperkirakan akan dicabut pada 1 Juli.
Namun, ketika sektor-sektor tertentu mulai dibuka kembali dan karantina mulai dilonggarkan, para petugas medis di Kolombia bersiap untuk lonjakan kasus Covid-19.
Masa karantina nasional di Kolombia telah menyebabkan ribuan bisnis ditutup, sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran.
Baca juga: 1.128 Mahasiswa Aceh Terima Bansos Covid-19
Pada April, pengangguran di Kolombia mencapai 23,5 persen di daerah perkotaan, setara dengan lebih dari 4 juta orang yang kehilangan pekerjaan. Untuk itu, pemerintah Kolombia menjanjikan langkah-langkah bantuan lebih lanjut untuk membantu mereka yang paling terkena dampak.
Menurut kementerian keuangan Kolombia, ekonomi negara itu akan mengalami kontraksi 5,5 persen pada 2020 karena setengah lumpuh yang disebabkan oleh karantina.
Kolombia tampaknya akan memperluas defisit fiskal menjadi 6,1 persen dari produk domestik bruto (PDB) - setara dengan lebih dari 16 miliar dolar AS atau sekitar Rp 227,64 triliun dibandingkan sebelumnya sebesar 2,2 persen dari PDB.
250 Karakter tersisa