Cari

Sukses Kawal Gerakan Transisi PAUD ke SD, Sebanyak 270 Bunda PAUD Hadiri Apresiasi Tingkat Nasional di Jakarta

 

Scholmedia News Jakarta — Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan merupakan gerakan bersama yang mendasari transisi peserta didik PAUD ke SD/MI/sederajat dengan cara yang menyenangkan yang dimulai sejak tahun ajaran baru 2023-2024 dijenjang PAUD dan Sekolah Dasar. Praktik baik terkait transisi PAUD ke SD pun telah diimplementasikan oleh ekosistem pendidikan diseluruh daerah di Indonesia.

Sebanyak 509 Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota telah menerbitkan Surat Edaran mendukung Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan. Sebanyak 270 Bunda PAUD Kabupaten/Kota yang mengikuti Apresiasi Bunda PAUD Tingkat Nasional Tahun 2023 memiliki kontribusi dalam mendorong Dinas Pendidikan menerbitkan Surat Edaran untuk mendukung Gerakan Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan.

Selain itu, peran Bunda PAUD dalam melakukan advokasi mengawal Gerakan Transisi PAUD ke SD sangat dirasakan manfaatnya. Terbukti meski baru diluncurkan pada 28 Maret 2023, Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan telah diimplementasikan hampir diseluruh daerah di Indonesia.

"Salah satu dokumen yang menjadi penilaian Tim Juri Apresiasi Bunda PAUD adalah terbitnya Surat Edaran oleh Dinas terkait Transisi PAUD ke SD. Para Bunda PAUD berkontribusi dalam penerbitan Surat Edaran ini, dan melakukan advkasi Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan. Sebagai bentuk apresiasi kepada Bunda PAUD kami mengundang 270 Bunda PAUD untuk datang ke Jakarta menghadiri acara Apresiasi Bunda PAUD," ujar Ketua Panitia Apresiasi Bunda PAUD 2023, Irfan M Karim kepada PAUDPEDIA di Jakarta, Senin (6/11).

Sebelum Kemendikbudristek meluncurkan Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan, tidak dapat dipungkiri miskonsepsi praktik pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini dan SD masih sangat kuat di masyarakat. Kemampuan yang dibangun pada anak di PAUD sangat berfokus pada calistung dan dianggap sebagai satu-satunya bukti keberhasilan belajar. Kemampuan calistung dipahami dengan sempit, dan dianggap dapat dibangun secara instan.

Tes calistung masih diterapkan sebagai syarat masuk SD; dan patahan pembelajaran antara PAUD dan SD terjadi. Padahal membangun kemampuan pada anak perlu dilakukan secara bertahap dan dalam cara yang menyenangkan agar manfaat baik dari pembelajaran tercapai. Kita perlu mengakhiri miskonsepsi tentang pembelajaran mulai dari sekarang. Transisi PAUD ke pendidikan dasar perlu berjalan dengan mulus.

Proses belajar-mengajar di PAUD dan pendidikan dasar kelas awal harus selaras dan berkesinambungan Fondasi dibangun secara holistik Setiap anak memiliki hak untuk dibina agar mendapatkan kemampuan fondasi yang holistik, bukan hanya kognitif melainkan juga kematangan emosi, kemandirian, kemampuan berinteraksi, dan lainnya. Kemampuan literasi dan numerasi dibangun bertahap.

Kemampuan dasar literasi dan numerasi harus dibangun mulai dari PAUD, namun secara bertahap dan dengan cara yang menyenangkan. Siap sekolah adalah proses, bukan hasil “Siap sekolah” bukanlah upaya pelabelan antara anak yang “sudah siap” atau “belum siap”, melainkan sebuah proses yang perlu dihargai oleh satuan pendidikan dan orang tua yang bijak," ujarnya.

Dengan keterlibatan semua pihak, setiap anak dapat mendapatkan kemudahan dalam bertransisi dari PAUD ke pendidikan dasar, sehingga peserta didik PAUD dapat terus melanjutkan prosesnya untuk mendapatkan kemampuan fondasi saat di SD/MI. Peserta didik SD/MI yang tidak pernah mengikuti PAUD, tetap mendapatkan haknya untuk mendapatkan pembinaan kemampuan fondasi, sehingga memiliki pijakan yang kuat untuk memeroleh pembelajaran selanjutnya.

Tiga Target Perubahan

Kebijakan transisi PAUD – SD mengatur tiga target perubahan mulai tahun ajaran baru, yaitu:

1) tidak ada tes calistung saat PPDB di Sekolah Dasar ;

2) menerapkan masa perkenalan untuk peserta didik baru sehingga lebih mudah beradaptasi; serta merancang kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan informasi tentang kebutuhan anak sesuai dengan rambu-rambu asesmen awal yang ada di alat bantu pembelajaran pada dua minggu pertama di awal tahun ajaran baru; serta

3) merancang kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, membangun kemampuan fondasi, dan tidak ada tes.

Setelah menggunakan alat bantu pembelajaran yang dihadirkan Kemendikbudristek, Bunda PAUD menyadari bahwa konsep literasi ternyata jauh lebih luas dari sekadar baca tulis, dan aspek numerasi ternyata lebih luas dari sekadar berhitung. Terdapat aspek kemampuan lain yang tidak kalah penting yang perlu dikuasai anak-anak. Mengingat anak-anak dengan karakteristik yang beragam harus menjalani proses pembelajaran secara utuh (holistik) sesuai haknya.

Seluruh proses inilah yang patut dihargai, bukan hanya sekadar melihat pada hasil akhir capaian anak. Bunda PAUD Kabupaten Gorontalo, Fory Naway merancang Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dalam bentuk permainan atau kegiatan yang menyenangkan untuk menjembatani persiapan masa transisi siswa sesuai dengan tahap perkembangan usia mereka. “Supaya mereka tidak terlalu jauh dalam beradaptasi,” ungkapnya.

Dia berharap dengan diluncurkannya Gerakan Transisi PAUD-SD Yang Menyenangkan maka tidak ada lagi saling menyalahkan antara guru SD dan PAUD. Sebab, dalam masa transisi yang dibutuhkan adalah antarpemangku kebijakan perlu saling bersinergi dalam memberikan hak belajar bagi anak-anak.

“Kita manfaatkan alat bantu yang sudah disediakan oleh kementerian melalui platform Merdeka Mengajar (PMM) dan laman Merdeka Belajar untuk menggali inspirasi,” tuturnya.

Sementara itu, Bunda PAUD Magetan, Titik Sudarti menyampaikan, dalam menciptakan masa transisi PAUD – SD yang lebih baik, sekolahnya melakukan temu konsultasi dengan melibatkan guru PAUD, guru SD kelas awal dan orang tua untuk mendudukkan pemahaman yang sama tentang kebijakan ini dan mengatasi adanya miskonsepsi. “Di sana, dijelaskan bahwa tidak ada tuntutan untuk menguasai calistung ketika anak masuk SD.

Kemudian, ada kunjungan dari PAUD ke SD terdekat untuk meninjau langsung kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, anak-anak PAUD akan lebih siap memasuki lingkungan belajar di SD,” ujarnya

Lebih lanjut, Bunda PAUD Magetan menilai kebijakan ini menjadi titik terang atau solusi atas miskonsepsi yang selama ini terjadi. Ia mengajak para guru di seluruh Indonesia untuk menyukseskan gerakan transisi PAUD - SD yang menyenangkan guna mengantarkan anak-anak PAUD ke jenjang pendidikan dasar dengan lebih bahagia.

Besarnya manfaat dari kebijakan ini juga dirasakan oleh Sitti N Sitania, perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Dengan adanya kebijakan dan gerakan ini menurut Sitti memungkinkan anak-anak yang tidak pernah masuk PAUD, untuk tetap mendapat pembinaan yang meliputi kemampuan fondasi secara holistik.

Untuk itu, pihaknya melakukan sosialisasi dengan guru PAUD, SD, dan orang tua karena Sitti meyakini suksesnya kebijakan ini menjadi tanggung jawab seluruh elemen pendidikan.

“Semuanya merespons baik,” tekannya. Pada kesempatan ini, Sitti mengimbau agar semakin banyak daerah yang membentuk forum komunikasi (forkom) di tingkat kecamatan untuk mempermudah akses pendidikan sehingga lebih terjangkau. Agar anak-anak menjalani pembelajaran dengan rasa bahagia sehingga pembelajaran menjadi pengalaman yang menyenangkan,” ucap Sitti.

Penulis Eko

Berita Selanjutnya
Ibu Negara dan OASE KIM Lakukan Doa Bersama Untuk Kedamaian Palestina
Berita Sebelumnya
Evakuasi Empat WNI dari Gaza Belangsung Dramatis

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar