Cari

Samudra-samudra Dunia Menghangat Lebih Cepat Akibat Panas Terperangkap Gas Rumah Kaca

Ilustrasi: Lapisan es besar mulai meleleh seiring terjadinya pemanasan Bumi, Foto: Pixabay

Laju penghangatan samudra-samudra dunia semakin cepat sementara pemanasan global mengancam beragam kehidupan laut dan pasokan pangan utama bagi planet Bumi. Ini merupakan hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Amerika Serikat, Science.

Seperti dilansir dari AFP, hasil studi pimpinan the Chinese Academy of Sciences itu menepis laporan-laporan sebelumnya yang menyebut adanya jeda pemanasan global dalam beberapa tahun terakhir.

Teknologi terkini menunjukkan bahawa hiatus semacam itu tidak pernah ada, meningkatkan kekhawatiran baru mengenai laju perubahan iklim dan efeknya ke penyangga utama planet ini: samudra.

"Penghangatan samudra merupakan indikator perubahan iklim yang sangat penting, dan kami punya bukti kuat bahwa menghangat lebih cepat dari yang kita perkirakan," kata Zeke Hausfather, salah satu penulis studi dari Kelompok Energi dan Sumber Daya di University of California, Berkeley.

Sekitar 93 persen ekses panas, yang terperangkap di sekeliling Bumi oleh gas-gas rumah kaca dari pembakaran bakan bakar fosil, terkumpul di samudra-samudra dunia.

"Sinyal pemanasan global jauh lebih mudah dideteksi kalau ada perubahan di samudra ketimbang di permukaan," kata Hausfather.

Ia mengatakan, 2018 menjadi tahun dengan panas tertinggi keempat dalam sejarah pada permukaan, dan hampir pasti menjadi yang terpanas dalam sejarah samudra, seperti tahun 2017 dan 2016.

Hasil analisis yang baru menunjukkan laju penghangatan dalam samudra sejalan dengan pengukuran peningkatan temperatur udara. Dan, kalau tidak ada yang dilakukan untuk mengurangi gas rumah kaca, model tersebut memprediksi temperatur 2.000 meter bagian teratas samudra-samudra dunia akan naik 0,78 derajat Celcius pada akhir abad ini.

Ekspansi thermal yakni peningkatan volume air saat menghangat akan menaikkan permukaan air laut hingga 12 inchi atau 30 sentimeter di atas peningkatan muka air laut. Kejadian ini berakibat mencairnya gletser dan lapisan es.

Laporan terkini bersandar pada empat studi yang dipublikasikan antara tahun 2014 dan 2017. Pada laporan tersebut memberikan estimasi lebih akurat mengenai tren penghangatan samudra, memungkinkan para ilmuwan memperbarui riset dan menajamkan prediksi untuk masa depan.

Menurut laporan tersebut, satu faktor kunci dalam capaian akurasi tersebut adalah armada monitoring samudra yang disebut Argo, yang mencakup hampir 4.000 robot apung mengambang di berbagai penjuru samudra dunia, dan setiap beberapa hari menyelam ke kedalaman 2.000 meter untuk mengukur temperatur, pH, salinitas, dan informasi lain di samudra. Argo telah memberikan data konsisten dan luas mengenai penghangatan samudra sejak pertengahan tahun 2000.

Berita Selanjutnya
UN Environment Harapkan Peran Besar Indonesia Cegah Sampah Laut
Berita Sebelumnya
Berikan Layanan Bintang Lima, LRT Jakarta Rekrut SDM Milenial

Berita Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar