Cari

Pentingnya Pendidikan Bagi Anak Usia Dini

Ilustrasi anak PAUD, Foto: Pixabay

 

“Long Life Education...”, kalimat yang selalu berkumandang di kala orang-orang, ilmuwan membicarakan, berdebat tentang masalah pendidikan dimanapun, di seluruh dunia. 

Ajaran agama mewajibkan manusia untuk mengecap pendidikan setinggi-tingginya, “Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat”. Pentingnya pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia telah menjadikannya salah satu kebutuhan pokok manusia, bahkan menjadi hak setiap insan untuk memperolehnya.  

Pendidikan tidak hanya diberikan di saat anak-anak memasuki Sekolah Dasar (setelah usia 6 tahun) tetapi pada usia anak sebelumnya (usia dini), bahkan sejak anak lahir dan menginjakkan kakinya di dunia, anak berhak dan membutuhkan pendidikan.

 

Pendidikan Kebutuhan Anak

Pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan sekolah. Tetapi masyarakat dan keluarga sangat berperan besar dalam proses pendidikan anak, terlebih-lebih pada anak usia dini, keluarga berperan utama dan pertama bagi pendidikan anak.

Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun, sering disebut anak pra-sekolah. Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Rasa ingin tahu pada anak usia dini berada pada posisi puncak. Tidak ada usia sesudahnya yang menyimpan rasa ingin tahu anak melebihi usia dini, khususnya usia 3-4 tahun dan 4-5 tahun.

Tahap perkembangan otak anak pada usia dini menempati posisi paling vital, yakni mencapai 80% perkembangan otak. Bayi lahir telah mencapai 25% orang dewasa. Untuk menuju kesempurnaan otak manusia 50% dicapai hingga usia 4 tahun, 80% hingga usia 8 tahun, dan selebihnya diproses hingga anak berumur 18 tahun.  

Masa usia dini berperan sangat besar karena perkembangan otak mengalami lompatan dan berjalan demikian pesat. Dengan demikian, usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar sehingga disebut “golden age” (usia emas), usia yang sangat berharga dibandingkan usia-usia selanjutnya.

Pada usia dini, anak mengalami fase kehidupan yang unik. Anak memiliki karakteristik yang khas baik secara fisik, psikis, sosial, moral, maupun bahasa. Usia dini adalah masa kanak-kanak, masa yang paling penting sepanjang usia hidupnya. Pada masa inilah terjadi pembentukan pondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya.

Rentang usia dini merupakan saat yang tepat dalam mengembangkan potensi dan kecerdasan anak. Pengembangan potensi anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya.

Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Kehidupan di masa kanak-kanak ibarat cuaca di pagi hari, akan meramalkan bagaimana siangnya, pagi yang mendung dan kemungkinan akan turun hujan.

 

Sediakan Ruang Kondusif 

Begitu peka dan pentingnya masa perkembangan anak pada usia dini, maka menjadi kewajiban bagi keluarga, masyarakat, dan pemerintah untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif, bebas, menyenangkan, menantang, berorientasi pada anak. Sehingga, anak menjadi aktif, kreatif, imajinatif, bisa bereksplorasi, yang dapat mengembangkan fisik motoriknya, kemampuan sosialnya, kemampuan psikis, kemampuan kognitif atau kecerdasannya, serta kemampuan berbahasanya.

Pelayanan pendidikan bagi anak usia dini yang diwujudkan dalam bentuk PAUD seperti yang tercantum dalam pasal 28 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan orientasi pembelajaran: (1) mengembangkan potensi dan kemampuan dasar, (2) mengembangkan sikap dan minat belajar, (3) membangun dasar kepribadian yang positif. 

Pelaksanaan pelayanan pendidikan AUD di Indonesia sempat mengalami masa-masa redup, banyak daerah yang tidak terjangkau, banyak anak-anak negeri yang tidak tersentuh. 

Penulis sendiri tidak pernah menikmati sekolah di Taman Kanak-Kanak apalagi PAUD. Namun, geliat untuk meningkatkan pelayanan pendidikan bagi anak usia dini kembali mencuat berkat gagasan Ibu Ani Yudhoyono (istri mantan presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, yang pada saat itu menjabat Presiden RI).

Ibu Ani sangat inspiratif dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan Pendidikan bagi Anak Usia Dini (PAUD), mulai dari fasilitas, sarana prasarana, proses pembelajaran, sumber daya manusia serta pelaku pendidikan yang terlibat. Tentunya ke depan diharapkan kualitas PAUD dapat ditingkatkan menjadi lebih baik. 

Harapan itu mampu tergapai tak lepas dari peran besar pelaku pendidikan AUD yakni para guru dan tenaga kependidikan. Mereka harus mendapatkan perhatian dan kepedulian dari pemerintah secara adil dan bijak agar dalam perannya mampu meningkatkan kualitas PAUD di Indonesia.

 

Perhatikan Tenaga Pendidik 

Hendaknya pemerintah membuat peraturan pemerintah yang mencerminkan perlakuan yang adil dan bijaksana, tidak timpang terhadap pendidik dan tenaga kependidikan PAUD, karena di pundak mereka masa depan generasi muda dipertaruhkan.  

Seperti dikutip Republika.co.id,  Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra membela hak-hak guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang terdiskriminasi dan diperlakukan tidak adil dengan menguji UU Guru dan Dosen ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Nasib guru PAUD terdiskriminasi oleh UU Guru dan Dosen karena dianggap bukan Guru.

"Sudah empat tahun guru-guru PAUD Non Formal memperjuangkan nasibnya. Mereka datang ke DPR RI, menghadap Mendiknas dan menyurat kepada Presiden. Tapi seperti tidak ada yang perduli nasib mereka," ujar Yusril dalam keterangan tertulisnya, Kamis 14/3 2019 (https://nasional.republika.co.id) 

Hal ini menjadi PR bagi pemerintah Indonesia untuk sedianya memperhatikan nasib para guru PAUD sebagai pelaku pendidikan yang berperan besar untuk masa depan anak-anak bangsa.

Pentingnya meningkatkan pelayanan pendidikan bagi anak usia dini baik secara kuantitas maupun kualitas dengan berbagai usaha, harus dilakukan mulai dari pengembangan fasilitas, sarana prasarana serta sumber daya manusianya.

Semuanya ini menjadi tugas pemerintah, keluarga dan masyarakat pelaku pendidikan, jika memang kita ingin menghasilkan “generasi emas” di masa depan.   

 

Oleh: 

Dra. NI MADE SWASTININGRAT Msi.

Guru Fisika di SMAN Umbulsari, Kabuapten Jember, Jawa Timur dan juga pengajar di Universitas Terbuka UPBJJ UT Jember

Artikel Selanjutnya
Supaya KBM Efektif, Interaksi Antara Guru dan Siswa Harus Tercipta
Artikel Sebelumnya
Apa Penyebab Sulitnya Belajar Fisika?

Artikel Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar