Cari

Siswa

Hobi Antarkan Yanuar Raih Emas di FLS Bidang Meme 2019

Para pemenang FLS 2019 bidang meme, Foto: Kemdikbud

 

SCHOOLMEDIA NEWS, Jakarta - Siswa kelas XI SMAN 2 Kuningan, Jawa Barat Mochammad Yanuar Dwianto meraih peringkat pertama atau medali emas untuk kategori meme pada Festival Literasi Sekolah (FLS) tingkat SMA. Festival tersebut berlangsung di Bogor, Jawa Barat, 26 Juli hingga 29 Juli.

Yanuar mengatakan, ia membuat meme tentang suatu hubungan yang dikaitkan dengan proklamasi. Dalam meme itu, Yanuar menjelaskan, ada seorang remaja laki-laki menggombal dengan mengatakan ia tak ingin hubungannya seperti proklamasi yang memiliki tempo sesingkat-singkatnya, yang kemudian membuat hati remaja perempuan meleleh.

Meme itu, kata Yanuar, sesuai dengan tema dari panitia yakni Indonesia romantis. Dari tema tersebut terdapat subtema yakni gombalan Indonesia atau "Gombalindonesian".

"Saya ingatnya di teks proklamasi ada tempo sesingkat-singkatnya. Dari situ saya membuat meme gombalan," kata Yanuar, seperti dilansir dari laman Kemdikbud.

Untuk gambarnya, Yanuar menjelaskan, ia menggunakan aplikasi untuk membuat avatar digabung dengan foto latar belakang yang ia ambil. Nama aplikasi untuk membuat karakter yakni IT's a Me! Boy Avatar dan Ia mengaku memang sering membuat meme, namun baru kali ini mengikuti kompetisi.

 

Baca juga: Umumkan Pemenang FLS 2019, Kemdikbud: Utamakan Originalitas dalam Berkarya!

 

Menurut dia, meme memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi atau melakukan kritik. Meski demikian, ia tetap berhati-hati karena tidak semua meme itu benar.

"Literasi digital, termasuk soal meme itu sangat penting. Apalagi di media sosial, informasi yang ada belum tentu benar, termasuk meme ini," kata Yanuar.

Ke depan, dia berharap bisa mengikuti FLS lagi, namun mungkin bukan untuk kategori meme. Hal itu dikarenakan para juara tidak diperkenankan ikut lomba di kategori yang sama pada tahun berikutnya.

Juri FLS 2019 bidang meme, Alvanov Zpalanzani, mengatakan "Gombal Indonesian" bisa diartikan sebagai orang Indonesia yang gombal. Menurut Alvanov, pemahaman akan tema tersebut tergantung pada bagaimana interpretasi siswa.

Dalam FLS 2019 di bidang meme, para peserta menggunakan gawai untuk menghasilkan gambar-gambar yang diambilnya selama kompetisi itu. Alvanov menambahkan meme yang dibuat haruslah karya peserta sendiri dan peserta harus bangga dengan karya yang dihasilkannya.

"Kami memperbolehkan peserta untuk ikut berkolaborasi dengan peserta lainnya," kata Alvanov menjelaskan.

Meme, kata Alvanov, biasanya memberi pesan-pesan satire yang menohok secara sosial, mulai dari pesan yang sifatnya single sel atau multi sel.

Dosen Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung itu menambahkan banyak siswa yang berhasil membuat pesan sosial, yang berasal dari masalah di sekitarnya. Ke depan, Alvabov mengatakan, kompetisi ini adalah untuk bagaimana meningkatkan kemampuan siswa dalam membingkai pesan yang ingin disampaikan.

"Sebagian besar, karya siswa mengangkat tema-tema dinamika relasi yang mempresentasikan Indonesia," ujar Alvanov.

 

Literasi digital

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan guru harus memikirkan cara mengajar yang tepat termasuk menggunakan metodologi yang tepat pula.

"Selama ini mungkin cara mengajarnya kurang tepat atau tidak pakai metodologi yang tepat," kata Mendikbud saat membuka Festival Literasi Sekolah (FLS) III di Jakarta, pekan lalu.

Menurut Muhadjir, hakikat dari membaca itu sebenarnya adalah dapat memahami, mengkritisi, dan memberikan pendapat dari apa yang dibaca.

Direktorat Pembinaan SMA Kemendikbud menyelenggarakan empat kategori lomba yakni Cipta Syair +, Cipta Cerpen, Cipta Meme, dan Cipta Komik+D. Kegiatan itu merupakan bagian dari FLS III. Adanya tambahan +D merupakan upaya mendekatkan siswa kepada literasi melalui dunia digital.

Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas (PSMA), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Purwadi Sutanto, memberikan apresiasi kepada para pemenang dan menegaskan kepada para peserta bahwa mereka harus memiliki literasi tingkat tinggi.

Literasi tingkat tinggi, kata Purwadi, bukan hanya sekadar kegiatan membaca, menulis, dan menghitung saja, melainkan juga harus memiliki pemahaman terhadap apa yang dipelajari, supaya berguna bagi kehidupan.

Apalagi, kata Purwadi, saat ini memasuki era industri 4.0 dan akan melangkah ke era industri 5.0., sehingga para peserta didik SMA harus memiliki kompetensi akademik maupun vokasi guna melanjutkan pendidikan. Di samping itu, peserta didik juga harus menguasai teknologi digital.

 

Baca juga: FLS 2019, Najwa Shihab: Literasi itu Bukan Sekadar Jago Mengeja atau Membaca

 

Dalam membuat karya literasi, Purwadi mengemukakan, integritas sangat diperlukan, sehingga apa yang telah diraih bisa pertanggungjawabkan.

"Kita harus mengutamakan orisinalitas, tidak boleh curang atau plagiat. Semampu apapun, sehebat apapun tapi kalau itu adalah hasil karya sendiri, itu sangat luar biasa. Itu yang harus dihargai dan terus dipupuk ke depannya. Jadi, masalah integritas dan karakter kuat harus dimulai,” kata Purwadi.

Dari empat kategori yang dilombakan untuk tingkat SMA, Provinsi Jawa Tengah berhasil meraih dua medali emas, yakni pada bidang Cipta Cerpen dan Cipta Komik, masing-masing diraih oleh Gembong Hanum, siswa kelas 11 SMAN 1 Purworejo, dan Abigail Fulvian, siswa kelas 11 SMAN 1 Slawi.

Untuk lomba bidang Cipta Meme, medali emas diraih oleh Mochammad Yanuar Dwianto, siswa kelas 10 SMAN 2 Kuningan, Jawa Barat. Sedangkan pada lomba bidang Cipta Syair medali emas diraih oleh Gary Neville, siswa kelas 12 SMAN 1 Sungai Liat, Provinsi Bangka Belitung. 

Tokoh Selanjutnya
Adith Rico Pradana Fokus Perbaiki Catatan Waktu di Kejurnas Atletik di Bogor
Tokoh Sebelumnya
Dilema Atlit Pelajar

Tokoh Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar