Rudy Lie, pemilik Obaja Tour&Travel, Foto: @obajatourtravel/instagram
Bermula dari berjualan tiket pesawat di garasi rumah bersama teman masa kecilnya, pengusaha travel Rudy Lie selaku pemilik Obaja Tour&Travel tidak menyangka kalau bisnis yang ia kembangkan akan suskes.
"Berawal dari krisis ekonomi 1998 dan berlanjut kerusuhan Mei 2018, saat itu banyak orang yang memilih berpergian ke luar negeri. Sehingga bisnis tiket pesawat dengan modal 10.000 dolar AS langsung meraih keuntungan," kata Rudy di Jakarta, Senin, 7 Januari 2019, menjelaskan karir bisnis travel yang digarapnya.
Alumni Universitas Tarumanegara Jakarta jurusan Manajemen ini memiliki usaha sampingan jual tiket pesawat ke teman-temannya. Tidak disangka, animo pembeli antusias. Setelah itu, ia merambah jualan tiket pesawat ke para TKI yang akan berangkat ke luar negeri.
Setahun kemudian, tepatnya 1999, Rudy mengibarkan bendera PT BET Obaja International yang menaungi Obaja Tour & Travel. Ia bersama teman semasa kecilnya, yaitu Freddy Chandra yakin bahwa bisnis yang mereka bangun bisa hidup di era krisis tersebut. Saat itulah Obaja mulai memiliki kantor resmi di Komplek Duta Harapan Indah No.35 Jakarta Barat.
Setahun berikutnya, Obaja Tour mendapatkan sertifikat keanggotaan ASITA (Association of Indonesia Tour & Agencies) dan IATA (International Air Transport Association), agar bisnisnya lebih berkembang. Dengan mengantongi keanggotaan dari ASITA dan IATA, Obaja melebarkan sayap tidak hanya melayani penjualan tiket secara ritel, tapi juga korporasi.
Bahkan, setahun kemudian, Obaja tidak hanya menjual tiket pesawat, tapi juga merambah jasa tour & travel. Agar bisnis traveling lebih banyak menggaet pelanggan, Obaja menjaring pelanggan perusahaan dengan menawarkan program “Incentive Tour”.
"Tim sales Obaja yang bergerak mencapai target penjualan untuk program Incentive Tour,” kata Rudy yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT BET Obaja International.
Menurutnya, kontribusi penjualan tiket 85 persen berasal dari korporasi dan 15 persen dari pelanggan individu atau ritel. Sementara itu, kontribusi penjualan paket tur atau traveling sebesar 80 persen dari korporasi dan 20 persen dari ritel.
Rudy mengaku, bisnis traveling Obaja untuk korporasi banyak diminati perusahaan karena menawarkan harga yang kompetitif, pembayaran bisa memberikan term of payment dengan kesepakatan di antara dua pihak, layanan digital ticketing dan service bisa customized.
“Kami bekerja sama dengan beberapa land operator untuk memberikan layanan dan harga terbaik,” ujarnya.
Sekarang ini, kata pria kelahiran Jakarta, 29 September 1975, negara destinasi turis Indonesia yang melancong ke mancanegara adalah ke Eropa dan Amerika Serikat dengan lama tur sekitar 10 hari (long trip). Untuk korporasi biaya yang ia kenakan di atas Rp 40 juta per orang. Sedangkan destinasi favorit wisatawan lokal dalam perjalanan singkat sekitar 7-8 hari yakni ke Jepang, Korea dan Hong Kong. Biaya yang ia kenakan sekitar Rp 15 – 25 juta per orang.
Ia menjelaskan, sebanyak 80 persen klien Obaja melakukan perjalanan ke luar negeri dan 20 persen wisata ke domestik, seperti Bali dan Labuan Bajo.
Ia optimistis dengan program Kementerian Pariwisata RI untuk mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara ke Indonesia, akan mendongkrak jumlah klien Obaja untuk berwisata ke dalam negeri.
Awalnya hanya bermodal 5 karyawan
Terkait dengan perkembangan bisnisnya, Rudi menguraikan, pada awal berdiri perusahannya, ia hanya memiliki lima karyawan, termasuk dirinya. Mereka terjun langsung sebagai tenaga penjual tiket. Kini, ia sudah memiliki 390 karyawan.
Ia bersyukur bisa membuka lapangan kerja untuk masyarakat, utamanya untuk generasi muda. Dari 390 pegawainya itu, kata Rudi, 60% bekerja di bagian front office dan 40% di back office.
Bertambahnya jumlah karyawan ini dikarenakan jumlah kantor cabang terus meningkat. Tahun 2004, Obaja berpindah kantor ke Puri Delta Mas dan pada 2009, Obaja membuka kantor cabang pertamanya di area Senayan. Kesuksesan ini berlanjut dengan pembukaan kantor kedua tahun 2010 di Wisma Indomobil, Jakarta Timur.
Seiring berjalannya waktu, jumlah cabang Obaja kian beranak pinak. Pada 2012, Obaja membuka kantor cabang ketiga di Puri Indah, Jakarta Barat. Setahun kemudian, ia melakukan ekspansi dengan membuka tiga kantor cabang sekaligus yaitu Wisma Thamrin, Kuningan-Jakarta Selatan dan Bandung.
Wilayah Tangerang juga ia bidik dengan ditandai pembukaan cabang ketujuh di Alam Sutra tahun 2014. Di tahun ini pula ia meluncurkan logo perusahaan. Setahun kemudian, ia membuka cabang di Pantai Indah Kapuk, Green Lake dan Surabaya.
"Sampai sekarang, total kantor cabang Obaja ada 14 outlet. Sebanyak 12 outlet ada di Jakarta, 1 di Surabaya dan 1 di Bandung.” ujar eksekutif pria itu.
Tak puas hanya menggeluti bisnis penjualan tiket pesawat dan tur, Rudy meluaskan ragam usahanya. Ia mendirikan beberapa anak perusahaan baru Obaja secara bertahap, yakni PT Enam Dunia Wisata (Pygma Tour), PT Amos Tour Indonesia, PT Karunia Tour, PT Obitrans Indonesia (penyewaan transportasi), PT Kibar Kreatif International berbisnis jasa event organizer dan PT Obaja Document Solution (ODS) yaitu jasa penyediaan layanan pembuatan document perjalanan.
Tahun 2016, Obaja juga membangun gedung sendiri, yaitu Graha Obaja berlokasi di Bandengan Selatan, Jakarta Utara. Setahun berikutnya, ia membuka cabang di Menteng, Jakarta Pusat plus Kelapa Gading, Jakarta Utara.
“Rencananya tahun 2019, kami akan buka cabang Obaja di Medan (Sumatera Utara) dan Lippo Puri Mall, Jakarta Barat,” ucap Rudy.
Omset fantastis
Berkembangnya bisnis Obaja paralel dengan jumlah omset yang dibukukan. Sebagai gambaran, tahun 2016 omsetnya Rp1,11 triliun dan tahun 2017, omset meningkat jadi Rp1,32 triliun. Untuk tahun 2018, hingga September tercatat omset Rp1,6 triliun. Sampai akhir tahun diharapkan mencapai Rp1,7 triliun.
“Target kami tahun 2019 omset Obaja mencapai Rp2 triliun,” ujarnya.
Terkait persaingan bisnis, Obaja tidak gentar. Kuncinya, di tengah kompetisi bisnis tour & travel yang ketat, pihaknya menerapkan strategi efisiensi, menawarkan produk-produk kreatif, layanan aplikasi 24 jam dan maintain cost dengan baik. Apalagi, prospek industri ini diyakini Rudy masih menjanjikan.
“Saat ini traveling sudah menjadi kebutuhan sekunder dan akan terus berkembang,” ujarnya.
Rudy menjelaskan, meski Obaja Tour tergolong pemain baru di industri tour & travel, tapi sudah masuk jajaran top 10. Obaja telah mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Dari sisi airlines, Obaja telah masuk peringkat 10 besar dan menerima penghargaan dari airline-airline utama.
Selain itu, Obaja juga beberapa kali meraih penghargaan the most valuable partner. Sedangkan dari sisi pelanggan, Obaja kerap mendapatkan apresiasi dari para klien korporat dan ritel, sehingga terjadi pemesanan kembali dari para pelanggannya.
Diversifikasi Bisnis
Ke depan, Rudy berencana akan membawa Obaja go public. Saat ini, pihaknya masih agresif ekspansi dengan buka cabang baru serta mendiversifikasi bisnis yang in-line dengan industri pariwisata sebagai one stop shopping para pelanggan yang melakukan traveling.
“Saya bermimpi akan menjadikan Obaja sebagai pionir di industri tour & travel terintergrasi, sehingga apapun yang berkaitan dengan pendukung pariwisata, kami juga menyediakan fasilitasnya,” ungkap Rudy.
Untuk mewujudkan mimpinya, terkait motto Obaja “The spirit of excellence”, pihaknya menjunjung tinggi komitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik, memorable, serta “value for money”.
Tinggalkan Komentar