Ilus: Pixabay
Kementerian Kesehatan menghentikan imunisasi Measles Rubella (MR) gratis di sekolah, termasuk di Provinsi Kepulauan Riau sejak tahun 2019. Mulai tahun ini, imunisasi MR menjadi program yang hanya dilaksanakan di Puskesmas dengan target anak-anak usia sebelum sekolah.
Kepala Dinas Kesehatan Kepri Tjetjep Yudiana, di Tanjungpinang, mengatakan, untuk pihak sekolah yang ingin melaksanakan Imunisasi MR dapat berkoordinasi dengan pihak rumah sakit, namun dikenakan biaya.
"Program Imunisasi MR di sekolah tidak diperpanjang. Sekarang program itu dilaksanakan di puskesmas-puskesmas," ujar Tjetjep, Selasa, 19 Februari 2019.
Tjetjep mengatakan imunisasi MR di sekolah-sekolah tahun 2018 tidak berjalan maksimal karena mengalami berbagai hambatan. Kendala utama yang ditemukan, menurut Tjetjep, belum ditemukan vaksin MR yang halal.
Ketidakpercayaan masyarakat, kata Tjetjep, terutama umat Islam menyebabkan persentase Imunisasi MR di sekolah tergolong kecil. Dari 680.000 warga berusia 9 bulan-15 tahun, hanya 61 persen yang diimunisasi MR.
Hal itu, kata Tjetjep melanjutkan, yang menyebabkan Kepulauan Riau sebagai peringkat keenam terendah capaian Imunisasi MR. Padahal berbagai upaya sudah dilakukan, seperti sosialisasi ke berbagai pihak, dan penyebaran fatwa MUI yang membolehkan penggunaan imunisasi MR sebelum ditemukan vaksin yang halal.
"Di pikiran kami bagaimana menyelamatkan generasi muda dari serangan virus campak dan rubella. Imunisasi MR merupakan solusinya, sehingga petugas tetap bersemangat melaksanakan tugasnya, meski kerap ditolak pihak sekolah," kata Tjetjep.
Ia mengingatkan masyarakat bahwa campak dan rubella bukan penyakit yang mudah diobati, karena itu perlu diwaspadai dan diantisipasi sebelum menyebar luas.
"Lebih baik mencegah daripada mengobati," kata Tjetjep tegas.
Ia menjelaskan Kepri merupakan wilayah yang potensial dan telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat penularan campak dan rubella yang meluas.
Indikator penyakit campak dan rubella mudah menyebar luas dapat dilihat dari jumlah penderitanya, letak geografis Kepri dan jumlah warga yang sudah diberi vaksin MR.
Data tahun 2018, jumlah warga Kepri yang terinfeksi rubella sebanyak 114 orang, sedangkan campak mencapai 170 orang. Terkait data tersebut, Tjetjep berpendapat, jumlah penderita campak dan rubella itu diperkirakan lebih dari itu jika dihitung dengan penderita yang tinggal di pulau-pulau.
"Kita semua tentu tidak menginginkannya, tetapi kondisi sekarang membuahkan hasil analisis kesehatan yang memungkinkan terjadi KLB jika tidak segera diantisipasi," ujar Tjetjep.
Tinggalkan Komentar