Schoolmedia News Semarang ---- Ketua Umum DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Rudatin SSt. MK, SKM, M.Si mengingatkan dalam rangka menyongsong bonus demografi dan menghadirkan generasi emas 2045, pemerintah harus memastikan anak-anak Indonesia yang saat ini berada di jenjang usia Pendidikan Anak Usia DIni (PAUD) usia 0 hingga 8 tahun agar tetap sehat dengan memiliki tingkat kecerdasan yang baik. Melakukan pola hidup sehat, memakan makanan bergizi seimbang sesuai dengan umur, dan kondisi fisik.
“Mari kita kembangkan mereka membiasakan makan makanan bergizi dengan bahan pangan lokal. Jelang bonus demografi maka perhatian terhadap Anak Usia Dini harus lebih ditingkatkan agar kita tidak kehilangan momentum,” ungkap Rudatin dalam Temu Ilmiah Nasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia di Semarang, Sabtu (17/6).
Dikatakan, menghadapi bonus demografi 2045, Indonesia harus mulai mempersiapkan diri dengan membangun generasi emas melalui pendidikan karakter dan mendidik dengan cinta. Mempersiapkan anak dijenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi cara tepat untuk membangun generasi emas tersebut. Dari PAUD kita akan memulai. Dan para tenaga pendidik PAUD kita menaruh harapan besar untuk generasi akan datang. Tentunya tak terlepas dari peran keluarga
Anak Indonesia merupkan investasi masa depan suatu negara dan merupakan aset bangsa, mata rantai manusia yang menentukan kondisi bangsa di masa depan. Kualitas negara ditentukan oleh anak bangsa sebagai generasi penerus.
Tata Pola Makan dan Gizi
Asupan makanan bergizi merupakan salah satu perilaku utama hidup sehat. Pola makanan dan gizi harus ditata dengan baik sesuai dengan siklus hidup, yakni saat bayi dan anak-anak seharusnya banyak mengonsumsi protein hewani, remaja banyak mengkonsumsui protein dan karbohidrat, dewasa dan Lansia lebih banyak makan sayuran agar hidupnya bisa lebih sehat.
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan cara hidup tetap sehat adalah dengan beraktifitas fisik dan juga aktifitas akal secara rutin. Selanjutnya harus mengatur pola makan.
“Dalam hal ini, peran asupan gizi itu penting sekali, mulai dari ibu hamil, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai Lansia, pola makan dan pola gizinya harus diatur,” ungkap Menkes Budi G. Sadikin melalui virtual conference pada acara Temu Ilmiah Nasional PERSAGI 2023 yang diadakan di Semarang.
Upaya untuk merealisasikan Transformasi Layanan Primer tentang mengatasi masalah gizi di Indonesia yaitu dengan meningkatkan layanan promotif dan preventif yang lebih terarah di seluruh masyarakat Indonesia agar kualitas kesehatan pun menjadi jauh lebih baik.
Dalam hal ini, peran ahli gizi sangat diperlukan untuk dapat mengedukasi masyarakat agar dapat mengatur pola hidupnya dan mengubah paradigma masyarakat untuk dapat menjaga kesehatannya.
“Karena saya percaya bahwa kalau kita melakukan intervensi yang lebih terarah di layanan primer atau promotif dan preventif, beban kesehatan atau kualitas kesehatan kita akan jauh lebih baik,” tutur Menkes Budi.
Perubahan paradigma kesehatan perlu dilakukan, bukan bagaimana caranya menyembuhkan orang sakit, tetapi lebih ke mencegah orang menjadi sakit.
“Tolong bantu pemerintah untuk bisa membantu mengedukasi masyarakat untuk hidup sehat dengan berperilaku makan yang baik, mulai dari bayi yang kita tahu ada masalah stunting dan juga Lansia yang makannya memang harus terukur agar penyakitnya tidak keluar semua, mulai dari kanker, diabetes, dan gula yang akhir-akhir ini naik,” ucapnya.
Saat ini sudah hampir 100 ribu antropometri modern disebar luaskan ke 300 ribu Posyandu kabupaten atau kota di Indonesia, yang diupayakan sebagai langkah mencegah stunting. Jadi, jika berat badan Balita saat ditimbang tidak naik atau turun harus segera diintervensi dengan penambahan makananan yang baik terutama protein hewani, jangan sampai masuk ke level stunting atau gizi kronis agar penyembuhannya bisa cepat.
Masyarakat juga harus secara rutin mengecek kesehatan, minimal di Puskesmas terdekat agar terhindar dari diabetes yang bisa menyebabkan penyakit lebih parah seperti stroke, jantung, dan kanker. Selain itu, diimbangi juga dengan mengatur pola makan dengan tidak banyak makan gula.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar