Cari

Sumatera Selatan, Kota Palembang

Jutaan Bayi Derita Kelainan Jantung, IDAI: Pemda Lengkapi Fasilitas!

Foto: pixabay

 

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan bahwa jutaan bayi di Indonesia yang terlahir dengan kelainan jantung jumlahnya terus bertambah setiap tahun. Kondisi ini menuntut pemerintah daerah menyediakan fasiitas khusus untuk anak.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Noormanto mengatakan, penambahan fasilitas pelayanan jantung anak ini bertujuan agar penderita dapat mengakses dokter spesialis.

"Dari Kementerian Kesehatan sudah ada rencana pemerataan dokter spesialis jantung anak dengan pola-pola pengabdian di daerah, tetapi pengabdian baru bisa dilakukan jika di daerah itu sudah ada fasilitas pendukung," kata Noormanto pada petemuan tahunan Pediatric Cardiology Update, di Palembang, Senin, 8 April 2019.

Noormanto melanjutkan, berdasarkan data terakhir, diketahui bayi pengidap kelainan jantung berjumlah 1,0 persen dari 4,8 juta angka kelahiran bayi setiap tahunnya. Rasionya yakni terdapat 8 bayi dari 1.000 bayi yang terlahir itu terkena kelainan jantung.

Dokter spesialis anak dan konsultan jantung anak di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta ini menjelaskan, sebenarnya akses penderita sudah lebih mudah jika dibandingkan sebelumnya sejak adanya pembiayaan BPJS.

Sistem pembiayaan BPJS ini, kata Noormanto, membuat masyarakat lebih berani membawa anaknya ke rumah sakit sehingga deteksi dini penyakit jantung menjadi lebih baik. BPJS juga diketahui sudah menanggung biaya tindakan operasi serta intervensi.

Namun, kata Noormanto, hal itu ternyata tidak diimbangi dengan jumlah dokter spesialis jantung anak dan fasilitas pelayanan di daerah.

Menghadapi kurangnya fasilitas tersebut, pihaknya yakni IDAI, kata Noormanto, merespons dengan menggelar pelatihan dan pembaharuan ilmu seputar tata laksana maupun prosedur penanganan penyakit jantung pada bayi serta anak. Dengan cara ini, kendala kekurangan fasilitas pelayanan penyakit jantung yang banyak terjadi di daerah-daerah dapat sedikit tertutupi oleh kompetensi para dokter spesialis jantung anak.

"IDAI coba mempertajam pengetahuan para dokter spesialis dan konsultan jantung anak dalam mendiagnosis penyakit," kata Noormanto.

Dengan konsultasi, wawancara serta pemeriksaan menggunakan alat seadanya diharapkan dapat menghasilkan diagnosis yang akurat. Diagnosis tanpa alat tersebut, kata Noormanto, membuat pasien tidak perlu pergi ke rumah sakit dengan fasilitas lengkap yang menghabiskan banyak biaya, kecuali jika hasil diagnosis mengharuskan pasien ke rumah sakit rujukan tersebut.

Dia menambahkan, jika di suatu daerah sudah memiliki dokter spesialis jantung anak, namun fasilitasnya kurang, maka IDAI bisa mengusulkan pelatihan intensif selama 6 bulan hingga 1 tahun kepada dokter tersebut. Dengan cacatan, jika pemda setempat bersedia mendatangkan alat kesehatan tertentu.

Sementara ini, Noormanto menjelaskan, IDAI sebagai organisasi profesi hanya bisa membantu peningkatan kompetensi para dokter jantung anak dalam melaksanakan tugasnya, mengenai sarana prasarana di sentra pelayanan kesehatan sepenuhnya tanggung jawab pemerintah daerah.

"Idealnya satu dokter menangani 2.000 anak, tetapi saat ini dengan jumlah dokter spesialis jantung anak yang kurang dari 100 di seluruh Indonesia," kata Noormanto.

Berita Regional Selanjutnya
Pemkab Bangka Terbitkan Buku Rekening Sampah
Berita Regional Sebelumnya
Denpasar Masuk Daftar Kota Sehat Ketiga Se-Asia Tenggara

Berita Regional Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar