Cerita Warga Indonesia Berpuasa 19 Jam Pada Musim Panas di London

Ilustrasi anak berbuka puasa, Foto: Pixabay

 

Mengajak anak-anak menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan tidaklah mudah. Apalagi jika berpuasa di negara lain yang memiliki durasi puasa yang panjang, salah satunya di Inggris. Tak hanya itu, juga ketika buah hati harus melaksanakan ibadah puasa di tengah-tengah teman sekolahnya.

Puasa yang berlangsung di wilayah Eropa berlangsung cukup lama ketimbang di Tanah Air . Puasa di Inggris, dimulai dari pukul 03.30 pagi hingga waktu berbuka pada pukul 20.30. Waktu ini lebih panjang dari waktu di Tanah Air yang hanya berlangsung sekitar 12 jam.

Salah seorang warga Indonesia yang tinggal di London yakni Dian Pangestuti Neilson mengalami hal tersebut. Selain harus menghadapi durasi puasa yang panjang, ia juga harus berhadapan dengan tantangan dimana ketiga anaknya ikut berpuasa dengannya.

“Saya merasa anxious saat Ramadan datang pada musim panas, khawatir sulit bangun untuk sahur, karena pendeknya waktu selesai Tarawih dengan waktu sahur. Mungkin saya bisa menjalani tanpa sahur, tetapi rasanya tidak tega untuk anak-anak menjalani puasa yang cukup panjang,” ujar ibu tiga anak usia sekolah, Dian Pangestuti Neilson, di London.

Apalagi, ujar Dian, anak-anak masih minoritas di lingkungan sekolahnya, muslim tidak banyak. Sekolah Enfield Grammar adalah "Boys School". Bagi anak-anak Dian, kondisi ini adalah suatu tantangan yang tidak mudah saat Ramadan. 

"Berpuasa pada musim panas, jam tidur sangat sedikit sekali, sehingga mereka cukup lelah di sekolah. Selain itu, juga waktu berbuka cukup panjang pada jam 20.30 malam. Alhamdulillah Ramadan pada musim-musim panas lalu mereka menjalani dengan baik," ujar Dian.

Putra yang tertua, Shaun kini sudah duduk di bangku kuliah. Menurut Dian, anak sulungnya ini lebih mudah menjalaninya tahun ini karena dapat ekstra tidur di pagi hari.

Ia pun mengenang saat istirahat makan siang, semua teman-temannya menikmati makan siang, sementara Shaun dan Cullen harus puasa.

"Ingat dulu anak yang tertua pernah bercerita saat berpuasa sering tertidur di 'bench' pada jam istirahat saat teman-temannya menikmati makan siangnya," ujar Dian.

Dian mengatakan, bahwa putra kedua Cullen (14) dan Ewan (11) kini sudah siap menjalani puasa.

"Saya tidak memaksa banyak untuk anak yang bungsu karena dia belum balig, Break your fast if you think you can’t do it, have some dates and water and if you can continue again until Maghreeb that would be really good," saran Dian kepada anak-anaknya. 

Cullen adalah anak kedua dan ia cukup kuat. Dian menjelaskan, Cullen sudah mulai menjalani puasa sejak umur 7 tahun, dan musim panas saat itu sedang berlangsung. Cullen harus berpuasa hampir 19 jam.

"Semoga Allah memudahkan mereka menjalaninya karena memang sungguh tidak mudah di lingkungan sekolahnya," ujar Dian berharap.

Selain mendidik anak-anaknya untuk menjalani ibadah puasa, ketiga putranya juga belajar agama Islam dengan membaca ayat suci Alquran.

"Sebenarnya mulai punya guru privat semenjak berhenti di Arabic School yang mereka datangi hampir 4 tahun setiap Sabtu," ujar Dian.

Namun, di Arabic school, kata Dian, mereka tidak belajar tajwid. Akhirnya, Dian mendatangkan guru agar ketiga anaknya belajar tajwid sebelum belajar bahasa Arab

Bagi Dian, menjalani ibadah puasa di musim panas khususnya di Inggris memang memerlukan kesabaran, apalagi cuaca sering tidak menentu terkadang hujan atau panas. Itu tidak saja dirasakan oleh orang tua tetapi juga bagi buah hati mereka.

Lipsus Selanjutnya
KPAI: Angka Kasus Kekerasan Tinggi Tanda Kesadaran Melapor Meningkat
Lipsus Sebelumnya
Pelajar Ikut Balap Liar, Polisi: Mereka Kurang Dapat Perhatian Orang Tua

Liputan Khusus Lainnya:

Comments (0)

    Tinggalkan Komentar