Foto: Pixabay
Peneliti dan Guru Besar Tetap Ekofisiologi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz mengatakan hingga saat ini, dari sekitar 90.000 jenis tanaman yang tumbuh di Indonesia, sebanyak 9.600 teridentifikasi digunakan sebagai tanaman obat.
"Yakni dengan berbagai formula dan terindikasi memiliki kegunaan untuk pengobatan atau sayuran fungsional," kata Sandra melalui Humas IPB di Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 2 Maret 2019.
Ia menjelaskan bahwa sebagian besar dari tanaman obat tersebut masih merupakan tumbuhan liar di hutan dan belum dibudidayakan. Meski punya kekayaan tumbuhan dengan aneka manfaat obat itu, Sandra mengingatkan hal yang saat ini perlu disadari adalah adanya ancaman bagi pengakuan tumbuhan yang ada di Indonesia.
"Ancaman pengakuan dari negara tetangga yang serumpun dengan Indonesia terhadap jenis-jenis tumbuhan dan tanaman potensial sebagai kedaulatan dan hak kekayaan Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan," kata Sandra menegaskan.
Ia memberi rujukan sejumlah jenis tumbuhan potensial di daerah tropis di Indonesia diantaranya yakni bambu, anggrek. Dan, kata Sandra melanjutkan, yang terpenting adalah tanaman obat sebagai sumber bahan baku pengobatan.
Ia menjelaskan, terdapat beberapa kelemahan yang perlu untuk dibenahi oleh pemangku kebijakan dalam menjaga kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia. Berbagai kelemahan itu sampai saat ini belum tersedia Standard Operating Procedure (SOP) budi daya, ketersediaan bahan tanaman yang terbatas, dan teknologi pengolahan yang umumnya masih tradisional dan tidak higienis, termasuk membuat banyak tanaman obat belum dibudidayakan.
Menurut Sandra, hal tersebut disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran dalam melakukan teknik budi daya maupun penanganan pascapanen yang terstandariasasi sehingga tanaman obat lokal yang potensial tidak termanfaatkan dengan baik.
Ia menegaskan bahwa tanaman obat sangat berperan dalam menyediakan bahan baku terstandar yang bermutu dan berkelanjutan. SOP budi daya tanaman obat, kata Sandra, diperlukan untuk berbagai tanaman obat akibat kekhasan setiap jenis spesies tanaman obat.
Ketersediaan bahan baku obat yang terstandar, kata Sandra, diperlukan akibat berbagai penyakit yang ditemukan misalnya penyakit-penyakit infeksius, non-ifeksius dan degeneratif yang ada pada saat ini, dan di masa mendatang.
Sandra menambahkan sebanyak 50 persen spesies yang saat ini berada di hutan hujan tropis, menjadi sumber tanaman dan bahan baku obat. Tanaman yang berada di daerah tropika berasal dari tumbuhan di hutan alam atau tanaman yang dibudidayakan.
Fenomena ini, kata Sandra, seharusnya membuat bangsa Indonesia menghargai kekayaan jenis tumbuhan di daerah tropis sebagai kedaulatan dan hak kekayaan milik Indonesia, yang disesuaikan dengan konvensi keragaman biologi dunia.
"Indonesia memiliki potensi kekayaan obat tradisional yang terekspresikan dengan keragaman etnis, sehingga kemudian menjadi pengetahuan sistem pengobatan tradisional dan penggunaan tanaman obat untuk kesehatan", kata Sandra.
Tinggalkan Komentar