Cari

null, null

Rumah Pencegahan Stunting Lintas Sektor di Kota Semarang Diapresiasi

 

Schoolmedia News Jakarta ---- Rumah Pelita adalah inovasi Pemerintah Kota Semarang dalam mewujudkan zero stunting melalui daycare atau tempat penitipan anak yang dikhususkan untuk balita stunting di wilayah Semarang Barat.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Baduta (Rumah Pelita) yang diusung Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah, menjadi solusi tepat dalam mewujudkan Kota

Rumah Pelita adalah inovasi Pemerintah Kota Semarang dalam mewujudkanzero stuntingmelaluidaycareatau tempat penitipan anak yang dikhususkan untuk balita stunting di wilayah Semarang Barat.

Rumah Pelita itu berada di Balai Kelurahan Manyaran Jalan Candi Pawon Timur III, Kecamatan Semarang Barat yang telah diresmikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga pada Selasa (21/2) lalu.

Fasilitas yang tersedia di Rumah Pelita guna menekan angka stunting berupa layanan dan pemberian makanan sesuai arahan ahli gizi, pemeriksaan sanitasi dan fisioterapi, kemudian konseling dan edukasi psikolog.

Semarang nol kasus stunting.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga meresmikan Rumah PELITA atau Rumah Pencegahan Stunting Lintas Sektor di kawasan Semarang Barat, Jawa Tengah. Rumah PELITA dikhususkan bagi bayi di bawah usia 2 tahun yang mengalami stunting dan juga difungsikan untuk penitipan anak-anak yang ditinggal orang tuanya bekerja. Menteri PPPA memberikan apresiasi besar kepada pemerintah kota Semarang yang dianggap memiliki inovasi besar untuk memastikan setiap anak mendapatkan hak mereka, dalam hal ini adalah tumbuh kembang anak.

“Saya memberikan apresiasi tinggi kepada pemerintah kota Semarang yang saya nilai memiliki inovasi-inovasi baru dalam pemenuhan hak anak , khususnya tumbuh kembang anak dalam bentuk Rumah PELITA. Kuncinya memang ada pada keberhasilan lintas sektorm," ujarnya.

Dalam menangani suatu isu dalam hal ini adalah isu perempuan dan anak, maka jika dilakukan dengan cara bersinergi, berkolaborasi dan terintegrasi, hasilnya akan maksimal. Rumah PELITA ini adalah contohnya karena ada berbagai sektor yang terlibat untuk mempercepat penurunan stunting di Semarang. Mudah-mudahan, inovasi di kota Semarang ini dapat memberikan inspirasi untuk kota lainnya. Ini sudah ada contohnya, sehingga pemerintah provinsi bisa mendorong kabupaten/kota terdekat untuk mereplikasi, kata Menteri PPPA saat peresmian Rumah PELITA, Selasa (21/02) di Semarang.

Presiden Joko Widodo menurut Menteri PPPA memberikan perhatian sangat serius terhadap isu stunting karena isu ini berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia mendatang di Indonesia.

“Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita didik dan jaga dengan baik, mereka adalah investasi berharga untuk kelangsungan bangsa ini. Itu sebabnya Presiden menetapkan isu stunting sebagai program prioritas nasional yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomer 72 Tahun 2021. Ini artinya, kita harus bergerak bersama mulai dari pusat hingga daerah, punya komitmen yang sama, agar target penurunan stunting pada tahun 2024 dapat tercapai yaitu sebesar 14%. Makanya saya berharap besar, program yang sudah disusun untuk Rumah PELITA dapat terus berjalan sehingga kehadiran layanan penitipan anak ini memberikan kontribusi besar untuk masyarakat,” tegas Menteri PPPA.

            Sementara itu, Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama panggilan Mbak Ita menjelaskan bahwa Rumah PELITA kebutuhan daycare saat ini menjadi penting karena tuntutan perempuan pekerja mengingat pengasuhan usia balita sulit dilepaskan dari peran ibu/perempuan.

            “Akhirnya pemerintah kota Semarang punya layanan day care sebagai salah satu bentuk intervensi pencegahan stunting dan gizi buruk. Pemerintah kota berupaya keras mengumpulkan semua organisasi perangkat daerah, bekerja sama untuk mencapai target penurunan stunting. Penurunan stunting di Semarang mencapai 10,9 persen. Di Rumah PELITA kami merekrut pengasuh dari dinas kesehatan, pendampingan psikolog, ada juru masak dengan menu sehat dan nanti di lokasi ini akan kita bentuk urban farming sebagai salah satu upaya ketahanan pangan. Kami juga mengerahkan ibu-ibu PKK dan Posyandu. Model Rumah PELITA ini akan kami bentuk di kawasan lain di Semarang,” ujar Mbak Ita.

            Walikota Semarang menambahkan pihaknya juga mendapatkan bantuan dari beberapa pihak salah satunya adalah Jasamarga yang akan membantu stok makanan sehat yaitu paket sembako untuk 9 (Sembilan) kelurahan di Semarang dan paket susu sehat.

 Usai mengunjungi Rumah PELITA, Menteri PPPA didampingi Walikota Semarang berkesempatan mengunjungi dan meresmikan Ruang Terapi Disabilitas Anak “Semar Cakep” yang berlokasi di Kantor Kecamatan Semarang Barat. Ruang Terapi Disabilitas Anak merupakan inovasi pelayanan kepada masyarakat berupa pelayanan terapi gratis untuk anak cerebral palsy.       

 “Ruang Terapi Disabilitas Anak ini merupakan bentuk perhatian negara dalam hal ini pemerintah kota Semarang untuk memberikan perlindungan kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Para orangtua yang anaknya mendapatkan terapi di sini juga dilatih oleh para pendamping professional untuk bisa memberikan perawatan terbaik kepada anak-anak mereka yang menderita celebral palsy. Mereka ini orangtua yang tangguh. Terima kasih Bu Walikota atas ide luar biasa ini demi kepentingan terbaik untuk anak,” ucap Menteri PPPA.

Ruang Terapi Disabilitas Anak mempunyai kegiatan operasional bekerja sama dengan RS Panti Wilasa Citarum, RS Wongsonegoro, RS Colombia Asia, PERDOSRI (Perhimpunan Besar Kedokteran Fisik dan Rehabilitas Indonesia), dan Rumah Difabel Kota Semarang.

 

Berita Regional Selanjutnya
Selama Tahun 2019 hingga 2022 Terdapat 1.545 Kasus TPPO Dengan 1.732 korban
Berita Regional Sebelumnya
UIN Salatiga Kukuhkan 6 Guru Besar Baru

Berita Regional Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar