Foto: Yenny Hardiyanti/SM
Peredaran uang pecahan Rp 20.000 menurun di Medan, Sumatera Utara, yang mengakibatkan antara lain masyarakat jarang mendapatkan uang dengan nominal tersebut di anjungan tunai mandiri atau ATM.
"Pecahan Rp 20.000 jarang diperoleh di ATM, sehingga Bank Indonesia berharap perbankan memperhatikan hal tersebut dengan menyiapkan uang nominal itu di ATM," ujar Direktur Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sumatera Utara, Hilman Tisnawan di Medan, Senin, 18 Maret 2019.
Hilman menjelaskan, berdasarkan data, pada 2017 outflow uang Rp 20.000 sempat mencapai Rp 435 miliar dan 2018 menurun jadi Rp 414 miliar atau turun lima persen.
Sementara uang pecahan lain peredarannya tumbuh sekitar 3 - 20 persen. Peredaran uang Rp 50.000 misalnya tumbuh sebesar tiga persen, Rp100.000 naik 14 persen, Rp 2.000 (10 persen), Rp10.000 (5 persen) dan pecahan Rp 5.000 naik 20 persen.
"Hasil survei yang dilakukan BI kepada 800 responden, masyarakat mengaku sulit menemukan uang Rp 20.000 itu saat menarik uang tunai di ATM," kata Hilman.
Untuk itu, Hilman berharap, perbankan dinilai perlu meningkatkan distribusi pecahan Rp 20.000 itu baik melalu kas keliling, bank dan mesin ATM.
"Uang pecahan Rp20.000 adalah satu - satunya pecahan yang memiliki pertumbuhan outflow negatif secara year on year 2017 - 2018 sehingga perlu mendapat perhatian," ujar Hilman.
Mengenai total peredaran uang di Medan pada tahun 2018, Hilman menjelaskan, mencapai sebesar Rp 18,2 triliun.
"Adapun stok uang Rp 20.000 BI sebesar Rp 332 miliar," ujar Hilman.
Tinggalkan Komentar