Cari

Mendikbud: Tingkat Literasi Indonesia Masih Rendah

Ilustrasi anak membaca, Ilus: Pixabay

 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengatakan tingkat literasi Indonesia di antara negara lainnya di dunia masih rendah. Penyebabnya karena angka buta huruf masyarakat di daerah "outlier" terpencil yang masih cukup tinggi.

"Daerah "outlier" ini cukup mempengaruhi tingkatan literasi masyarakat Indonesia di dunia," kata Muhadjir Effendy saat menghadiri peluncuran Komunitas Literasi Babel di Pangkalpinang, Jumat, 1 Februari 2019.

Muhadjir mengatakan minat baca dan buta huruf masyarakat di daerah perkotaan di Indonesia sudah cukup tinggi, namun di daerah pedesaan dan pulau terpencil serta terluar masih rendah. Kondisi ini, kata Muhadjir,  cukup mempengaruhi tingkatan literasi Indonesia diantara negara-negara berkembang dan maju lainnya.

"Kondisi kita berbeda dengan Singapura yang berpenduduk 5 juta, dimana penduduknya sudah bebas buta huruf dan memiliki fasilitas pendidikan yang sangat memadai," ujar Muhadjir.

Jadi wajar, kata Muhadjir melanjutkan, tingkat literasi masyarakat Singapura cukup tinggi, karena fasilitas dan akses pendidikan di negara tersebut sangat memadai dibandingkan Indonesia.

"Wajar anak-anak di negara tersebut pintar-pintar dibandingkan anak-anak di daerah ini. Kalau di sini masih banyak orang tuanya buta huruf sehingga anaknya tidak terdidik dengan baik di rumah ditambah lagi fasilitas sekolahnya juga tidak baik," kata Muhadjir menguraikan.

Oleh karena itu, pihaknya sangat mendukung saat masyarakat Bangka Belitung membentuk komunitas literasi. Menurut Muhadjir, kegiatan ini mampu meningkatkan minat baca dan mengurangi masyarakat angka buta huruf di wilayah tersebut.

"Kegiatan ini sangat bagus, apalagi saya lihat buku-buku yang disediakan pengiat komunitas ini cukup bervariasi untuk meningkatkan minat baca dan literasi masyarakat," kata Muhadjir.

Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman Djohan mengatakan dengan adanya komunitas literasi di wilayahnya dapat mengubah karakter masyarakat Indonesia khusunya Babel untuk selalu membaca dan menulis hal-hal yang positif serta bermanfaat.

"Karakter ini adalah kebiasaan. Jika kebiasaan membaca dan menulis ini terus diulang-ulang maka saya yakin dan percaya karakter masyarakat bangsa ini akan menjadi lebih baik," kata Erzaldi menambahkan.
 

Lipsus Selanjutnya
Tentukan Zonasi, Disdik Bali Agendakan Bertemu dengan Ombudsman dan LPMP
Lipsus Sebelumnya
Pascapengalihan Guru, Pemprov Papua Klaim Belum Terima Aset SMA/SMK

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar