Schoolmedia News Jakarta ---- Di penghujung tahun 2023, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga turun langsung ke Pasar Seni Kumbasari untuk melakukan dialog dengan 61 anak binaan Yayasan Lentera Anak Bali. Menteri PPPA terus berkomitmen untuk mendengarkan aspirasi anak sebagai dasar penyusunan strategi penyelesaian isu anak di Indonesia.
“Seluruh anak Indonesia adalah anak kita. Oleh karena itu, pemenuhan hak dan perlindungan khusus bagi anak menjadi tanggung jawab kita bersama. Terkait pemenuhan hak anak, di samping melakukan komunikasi lintas Kementerian/Lembaga, pada 2024 KemenPPPA akan terus membangun sinergi kolaborasi dengan mitra-mitra, salah satunya Yayasan Lentera Anak Bali,” ujar Menteri PPPA, di Denpasar, Sabtu (30/12).
Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPPA juga menyerahkan paket bantuan spesifik pemenuhan hak anak berupa tas ransel, buku tulis, tempat pensil, tumblr, dan cookies berprotein tinggi. Menteri PPPA pun memberikan semangat kepada anak-anak binaan Yayasan Lentera Anak Bali untuk senantiasa mengembangkan potensi diri dan mengejar impian di masa depan.
“Tidak ada istilah terlambat untuk belajar. Anak-anak semua harus belajar karena kalian semua adalah generasi penerus bangsa kita ke depan. Bunda harapkan kalian dapat menjadi pribadi yang bermanfaat, tidak hanya bagi orang tua kalian, tetapi juga bagi bangsa dan negara. Manfaatkan waktu sebaik-baiknya di sini untuk belajar dan mengejar ketertinggalan,” kata Menteri PPPA.
Selain itu, Menteri PPPA juga mendorong peningkatan kompetensi dan kualitas diri bagi perempuan yang mengalami perkawinan anak melalui pelatihan keterampilan. Beberapa di antaranya saat ini sudah mendapatkan pelatihan keterampilan merias. “Mereka tentu akan punya tanggung jawab yang lebih besar lagi bagaimana anak-anak yang dilahirkan nanti menjadi anak-anak yang berkualitas. Kita harus melakukan assessment terkait pelatihan yang mereka inginkan dan butuhkan,” imbuh Menteri PPPA.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Yayasan Lentera Anak Bali, Sri Wahyuni menjelaskan, Yayasan Lentera Anak Bali didirikan pada 2011 dengan komitmen untuk meningkatkan pendidikan bagi anak-anak buruh suwun di Pasar Badung Bali. Pasalnya, banyak di antara anak-anak tersebut yang tidak mendapatkan pendidikan formal karena ikut orang tuanya bekerja.
“90 persen anak-anak binaan Yayasan Lentera Anak Bali berasal dari Kabupaten Karangasem, sedangkan sisanya dari Kabupaten Klungkung. Ketika mereka sudah lulus keaksaraan fungsional di Sanggar Belajar dan Taman Baca Yayasan Lentera Anak Bali, mereka bisa mengikuti pendidikan formal setara SD, SMP, atau SMA. Saat ini ada 13 anak yang sudah sekolah formal,” kata Sri.
Lebih lanjut, Sri menuturkan, saat ini Yayasan Lentera Anak Bali tengah memperluas jangkauan upayanya untuk meningkatkan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus yang harus menjalani terapi seumur hidupnya, terutama untuk meningkatkan rasa percaya diri.
“Kami berjejaring dengan semua seluruh masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), mahasiswa Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI), dan Forum Anak Daerah (FAD) karena sistem belajar di sini bukan kelas, tetapi satu anak belajar dengan satu volunteer agar anak-anak fokus dan tidak berlari-larian,” pungkas Sri.
Melanjutkan kunjungan kerjanya di Provinsi Bali, Menteri PPPA mengunjungi Yayasan Peduli Anak Kanker Bali untuk melakukan dialog bersama pengurus yayasan dan 19 anak yang memerlukan perlindungan khusus (AMPK). Menteri PPPA pun memberikan semangat dan keyakinan kepada para AMPK untuk kuat melawan penyakit kanker yang diidapnya. Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPPA juga menyerahkan bantuan dana sebesar Rp15 juta paket bantuan spesifik pemenuhan hak anak.
Tim Schoolmedia
Tinggalkan Komentar