Palembang Berusia 10 Abad, Akademisi: Modifikasi Ancam Nilai Sejarah Kota

Ilustrasi kota tua, Foto: Pixabay

 

Kota tertua di Indonesia yakni Palembang terancam kehilangan nilai sejarahnya akibat modifikasi dan penghancuran situs-situs peninggalan bersejarah secara masif. Salah satu peninggalan sejarah yang terancam tersebut Bukit Seguntang. Padahal, usia Palembang sudah 1.336 tahun

"Dunia sudah mengakui Bukit Seguntang sebagai titik awal sekaligus peninggalan Kerajaan Sriwijaya, tapi jika ada orang luar yang ingin menelitinya hanya dapat kekecewaan karena bentuknya sudah tidak asli lagi," ucap Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia yang juga Dosen Sejarah Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang Farida Wargadalem di Palembang, Kamis, 26 April 2019.

Menurutnya saat penggubahan bentuk Bukit Seguntang pada 2018, prosesnya tidak melibatkan para ahli dan sejarawan, sehingga terjadi pelanggaran berat terhadap sejarah karena pemerintah membuat bangunan permanen di bawah bukit.

Padahal, kata Farida, meletakan satu pot bunga saja sudah mengurangi nilai sejarah Bukit Seguntang.

Selain Bukit Seguntang, Farida mensinyalir, masih banyak situs peninggalan sejarah yang terancam keberadaanya. Bahkan, beberapa diantaranya telah hilang.

"Kondisi tersebut membuat nilai sejarah Kota Palembang berstatus 'merah'," kata Farida. 

Sementara, kata Farida, perhatian dari pemerintah kota maupun provinsi dirasa belum maksimal. Sebaliknya, Farida menuturkan, bahkan cenderung menggusur lokasi-lokasi bersejarah dengan alasan pembangunan.

"Sudah banyak kalangan lintas elemen yang mendukung agar ada pembenahan terhadap peninggalan sejarah di Kota Palembang, kami sedang berusaha membuka pembicaraan dengan Pemerintah Provinsi Sumsel," ujar Farida.

Menurutnya, keprihatinan sejarawan dan peneliti bukan tanpa alasan, karena di tengah globalisasi pesat saat ini generasi muda kurang dibentengi kepedulian terhadap sejarah. Artinya, kata Farida, bukan tidak mungkin Kota Palembang yang sudah berusia 1.336 tahun akan kehilangan jejak sejarahnya jika pembiaran terus berlanjut.

"Kepedulian itu bisa diajarkan lewat pendidikan dan usaha-usaha bersama menjaga cagar budaya yang ada, dengan tidak menambah atau mengurangi keadaan aslinya," ujar Farida.

Ia mengklaim, kalangan peneliti di Asia Tenggara sudah menyampaikan dukungan agar nilai sejarah di Kota Palembang tetap dijaga dan terus digali peninggalannya.

Selain dikenal sebagai lokasi Kerajaan Sriwijaya, Kota Palembang juga sudah diakui sebagai titik 0 bangsa Melayu dunia dengan bukti prasasti berbahasa Melayu yang ditemukan pada abad ke-7. Dengan kondisi ini, pihaknya berharap, agar pemerintah semakin peduli terhadap terjaganya peninggalan sejarah.

Lipsus Selanjutnya
Jaga Stok Pangan, YLKI Imbau Masyarakat Konsumsi Secara Wajar Saat Ramadan
Lipsus Sebelumnya
Alokasikan Rp 100 Miliar untuk Penelitian, Rektor Undip: Laboratorium Kunci Pendidikan Tinggi

Liputan Khusus Lainnya:

Comments (0)

    Tinggalkan Komentar