Schoolmedia News Jakarta --- Empat pasang penari dengan penuh semangat beratraksi menabuh rebana, bershalawat dan berbalas pantun sambil bergerak lincah menari Zapin. Tari Zapin merupakan bentuk ucapan syukur yang menandai pelaksanaan "Dialog Kebijakan Asia Tenggara tentang Pengasuhan dan Pendidikan Anak Usia Dini" yang berlangsung di Jakarta, Rabu-Kamis (25-26/7).
Tari Zapin sejatinya tarian Timur Tengah yang diadaptasi masyarakat Melayu yang berasal dari bahasa Arab yaitu kata "Zaffan" yang artinya penari dan "Al-Zafin" yang artinya gerak kaki. Pengiringnya terdiri atas dua alat musik petik Gambus dan tiga buah alat musik tabuh Marwas/Marawis, Gendang, dan Rebana. Biola dan Akordion. Seni tari dan musik Zapin dijadikan sebagai hiburan dan ungkapan syukur bagi murid-murid setelah khatam mengaji agama.
Tari Zapin berasal dari negeri Yaman yang populer dalam kalangan masyarakat Melayu di Indonesia, terutama di wilayah yang bermayoritas Melayu seperti di Sumatra (Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatra Utara, Sumatra Selatan), Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur), dan di negara-negara yang memiliki populasi Melayu lainnya seperti di Malaysia (terutama di wilayah Pahang, Johor, Selangor, Perlis, Pulau Pinang,Kedah, Kelantan, Terengganu, Perak, Sarawak, Negeri Sembilan,Melaka, Labuan, Sabah), Brunei dan Singapura.
Bangun Semangat ASEAN
"Izinkan saya menyampaikan salam selamat datang kepada semua delegasi terhormat yang akan mengambil bagian dalam Dialog Kebijakan Asia Tenggara tentang Perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini (ECCE). Suatu kehormatan besar bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah acara penting ini dan saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pembicara, peserta, dan tamu undangan yang telah dapat menghadiri dan mendukung acara ini," ujar Plt Direktur Pendidikan Anak Usia Dini Kemendikbudristek, Komalasari dalam sambutan selamat datang kepada delegasi negar ASEAN.
Selama dua hari ke depan, lanjutnya delegasi ASEAN akan mengadakan konferensi dan dialog yang diharapkan akan berdampak besar bagi pemajuan pendidikan di kawasan Asia Tenggara. Diawali dengan konferensi internasional ketiga tentang PAUD dan pengasuhan anak, dan diakhiri dengan diskusi meja bundar tingkat menteri keesokan harinya.
"Ini adalah keinginan tulus saya bahwa kita akan mengadakan pertemuan yang berarti yang akan mengubah kehidupan anak-anak muda dan PAUD di ASEAN," ujarnya.
Dikatakan, Pemerintah Indonesia berharap para delegasi dapat menggunakan momen ini untuk berkomunikasi,membangun koneksi dan persahabatan serta merangkul semangat ASEAN. "Saya juga ingin menyampaikan penghargaan yang tulus kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Bapak Nadiem Makarim, Ditjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Indonesia Dr. Iwan Syahril, atas dukungan yang sangat besar dalam acara ini," ujarnya.
Penghargaan tertinggi juga ditujukan kepada Sekretariat ASEAN, SEAMEO CECCEP, TANOTO Foundation, dan ARNEC atas kerja sama yang luar biasa sebagai panitia DialogKebijakan Asia Tenggara tentang Pengasuhan dan Pendidikan Anak Usia Dini.
Pembicara kunci dalam Konferensi dan Dialog yaitu Dr Maki Hayashikawa dari UNESCO Jakarta yang akan menyampaikan framework perkembangan PAUD di Asia Tenggara.Konferensi dan dialog dilakukan dengan membagi tiga topik bahasan. Dalam plenary Session 1 mengambil topik bahasan Universal Child Care and Transition to Primary Education yang disampaikan Prof. Mathias Urban (Dublin University, Ireland) Komalasari, M.Pd. (Act Director of ECE, MoECRT, Indonesia) Dr. Alma Ruby C. Torio (Assistant Secretary for Curriculum and Instruction, Department of Education, Philippines). Dengan moderator Arika Novrani dari Direktorat PAUD.
Plenary session 2 memilih topik bahasan: ECCE Teachers’ Workforce yang disampaikan Dr. Santi Ambarukmi, M.Ed. (Director of ECE Teacher, MoECRT, Indonesia) Prof Fasli Jalal (YARSI University, Indonesia) Prof Marek Tesar (University of Auckland, New Zealand) Prof Vina Adriany (Director of SEAMEO CECCEP) dengan moderator: Ith Vuthy (SEAMEO CECCEP).
Plenary Session ketiga memilih topik "Advancing the ECCE agenda in SEA: The role of different actors" dengan pembicara Dr Roger Y. Chao Jr. (Education, Youth & Sport Division, ASEAN Secretariat) Dr. J. Satrijo Tanudjojo (Global CEO Tanoto Foundation) Eddy Henry (Head of Early Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation), Mitsue Uemura (Regional Education Adviser, UNICEF EAPRO), Dr. Citra Persada (HIMPAUDI), Prof. Sheldon Schaeffer (Board of Director ARNEC) dengan moderator: Syifa
Peliput Eko
Tinggalkan Komentar