Cari

Jalan Sunyi Pejuang Program Sekolah Penggerak Disatuan PAUD Yang Terdokumentasi

 

Schoolmedia News Jakarta ---- Upaya melakukan perubahan tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kepala sekolah dan pendidik harus berani mengambil risiko, menghadapi tantangan, dan bersedia menguras keringatnya siang dan malam demi suatu perubahan. Tak jarang mereka juga berhadapan dengan orang-orang terdekat yang enggan berubah: senang dan mapan di zona nyaman, serta merasa hebat dengan paradigma lama.

Mereka juga harus berjalan dengan penuh keyakinan, di jalan sunyi, menyapa satu per satu rekan sejawat, dan memberi pendampingan dengan hati. Bingung, frustasi, dan air mata berbaur menjadi satu bersama ketekunan, optimisme, dan senyuman mereka.

Semboyan ‘Kolaborasi harga mati’ menjadi napas mereka. Gotong-royong adalah kunci bagi kerja-kerja kemitraan. Mereka juga dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi, memperkaya wawasan, dan membagi pengalaman kepada siapa saja. Mereka selalu membangun sinergi dengan orang tua, jajaran pemerintah daerah, dan masyarakat sekitar sehingga terbentuk ekosistem pendidikan yang baik.

Semua itu mereka lakukan agar peserta didik dapat menikmati manisnya pembelajaran, indahnya menjalin persahabatan dengan teman sebaya, dan gairah untuk memiliki profil pelajar Pancasila. Gambaran di atas dapat kita simak melalui kisah-kisah inspiratif di buku ini. Kisah yang diukir oleh para pahlawan tanpa tanda jasa.

Cerita tentang pahit getirnya menjalani perubahan melalui Program Sekolah Penggerak. Cerita tentang perjalanan yang berakhir manis, bahagia, dan penuh tawa. Di gunung, di pesisir, dan di area pertanian mereka berkarya, membangun peradaban di Bumi Pancasila. Tak ada habisnya hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik dari kisah-kisah inspiratif dan inovatif mereka.

Kisah para champion pejuang PSP itu hadir dalam karya buku  yang diluncurkan bertajuk  “Cahaya dari Ufuk Timur”, “Melampaui Keterbatasan Akses”, “Senyum Mentari dari Pelosok Negeri”, “Mengalir Seperti Air”, “Menyulam Inspirasi dari Keragaman Negeri”, dan “Menjadi Pribadi Mandiri”.

Sementara itu, untuk video diluncurkan adalah “Praktik Baik Implementasi PSP jenjang PAUD pada TK Kosgoro Tanjung Angin, Donggala, Sulawesi Tengah”; “Praktik Baik Implementasi PSP jenjang SD pada SD 077311 Tuhoowo, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara”; “Praktik Baik Implementasi PSP jenjang SMP pada SMP Negeri 4 Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur”; “Praktik Baik Implementasi PSP jenjang SMA pada SMA Negeri 2 Skanto, Kabupaten Keerom, Papua; serta “Praktik Baik Implementasi PSP Jenjang SLB pada SLB Negeri Kota Baru, Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan”.

Pelaksana tugas (Plt.) Direktur SMA, Winner Jihad Akbar, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa perilisan buku dan video tersebut merupakan bagian dari proses pengimbasan praktik baik pelaksanaan PSP. Ia mengungkapkan, melalui buku dan video tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berharap sekolah lain dapat meniru dan mengambil bagian terbaik dari sekolah pelaksana PSP.

“PSP merupakan kebijakan Merdeka Belajar Episode ke-7 dan sekarang memasuki angkatan ke-3. Sudah ada 14.233 satuan pendidikan pelaksana Sekolah Penggerak dari tiga angkatan. Dari tiga tahun intervensi PSP, banyak perkembangan dan praktik-praktik baik yang sudah dilaksanakan,” terang Winner.

Melalui pidatonya, Winner menyampaikan apresiasi dan kekagumannya atas perjuangan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan ekosistem sekolah pelaksana PSP yang digambarkan melalui video dan narasi di dalam buku. Ia mengatakan, meski sudah berulang kali menonton video dan membaca buku tersebut, tetapi tidak merasa bosan karena berisi kisah-kisah inspiratif.

“Meski ada kebingungan, sedih, kesulitan-kesulitan, kefrustasian, terlihat dari awal pelaksanaan PSP tapi kita juga bisa melihat ada kegigihan dan pantang menyerah. Ini menandakan kita kuat, dengan semangat dan kegigihan, dan kesabaran ternyata kita berhasil melampaui rintangan. Saya jadi terharu, banyak yang terus bergerak memajukan pendidikan di negeri ini meski dihadapkan pada banyak tantangan,” ujarnya.

Transformasi Melalui PSP

Program Sekolah Penggerak (PSP) adalah program untuk mendorong proses transformasi satuan pendidikan agar dapat meningkatkan capaian hasil belajar peserta didik secara holistik, baik dari aspek kompetensi kognitif (literasi dan numerasi), maupun nonkognitif (karakter) untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Pada satuan PAUD, hingga tahun 2023, PSP telah berjalan tiga angkatan yang diikuti oleh 3.646 satuan PAUD, yakni angkatan I (344), angkatan II (1.688), dan angkatan III (1.614).

PSP bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan karakter peserta didik yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. PSP juga berfokus pada pemerataan kualitas pendidikan melalui peningkatan kapasitas para kepala satuan PAUD untuk memimpin dan mencapai pembelajaran berkualitas. Selain itu, PSP juga bertujuan untuk membangun ekosistem pendidikan yang lebih kuat pada kualitas dan menciptakan iklim kolaboratif para pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan baik di satuan PAUD, pemerintah daerah, maupun pusat.

Sejauh ini, intervensi pemerintah pada tingkat satuan PAUD telah menunjukkan perkembangan yang berarti. Perkembangan tersebut diceritakan oleh para kepala satuan
PAUD terkait transformasi pemikiran para pendidik dari paradigma (mindset) pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher-centered learning) menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning), meningkatnya kompetensi pendidik dalam digitalisasi sekolah, serta kenyamanan peserta didik dalam pembelajaran. Praktik baik tersebut terkait erat dengan pengembangan SDM, implementasi Kurikulum Merdeka, dan digitalisasi sekolah.

Berbagai praktik baik tersebut juga dirasakan oleh orang tua yang melihat semangat anaknya lebih tinggi. Ada gairah besar untuk belajar. Tak hanya itu, pendidik juga semakin
bersemangat untuk mempelajari aplikasi digital untuk mempermudah transformasi ilmu kepada peserta didik. Respon positif tersebut dijelaskan secara lugas dalam kisah inspiratif di buku ini. Tujuannya agar pengimbasan praktik baik dapat menjangkau satuan-satuan PAUD lainnya serta berdampak positif bagi transformasi pendidikan yang lebih maju.

Buku ini dibagi dalam tiga buku yang saling terkoneksi, yakni pengembangan SDM, penerapan Kurikulum Merdeka, dan digitalisasi sekolah. Masing-masing cerita tersebut
sangat menarik sebab bersumber dari pengalaman mereka dalam implementasi PSP. Kami berharap buku tersebut bermanfaat untuk kita semua.

Praktik Baik PSP

Nadrah, S.Pd, Kepala Satuan PAUD Terpadu Negeri Assyifa mengatakan terkadang ketika asyik belajar-bermain, peserta didik lupa bahwa waktunya sudah
habis dan harus pulang, tetapi mereka tidak mau pulang. Bahkan mereka minta agar mainannya tidak dirapikan karena akan dilanjutkan esok hari.”

Satuan PAUD Terpadu Negeri Assyifa terletak di antara gunung Pulosari dan Aseupan, Desa Sukasari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang.
Di situ, cuaca yang begitu sejuk berpadu dalam hamparan pertanian dan perkebunan yang indah dan asri. Masyarakatnya adalah pemegang teguh tradisi budaya dan aktif berkesenian sebagai penanda identitas. Mereka misalnya kerap mengadakan acara tarian tradisional asal Ponorogo, Jawa Timur bernama kuda kepang atau kuda lumping untuk khitanan, kesenian lengser untuk pernikahan, dan marhaban untuk pengajian. Pendidik Satuan PAUD mengakrabkan peserta didik dengan alam dan budaya melalui berbagai kegiatan belajar dan bermain.

Segala perubahan pasti memiliki tantangan, besar atau kecil. Setelah kami terpilih sebagai satuan PAUD penyelenggara PSP, tantangan yang muncul adalah penyamaan persepsi antara kami dan orang tua agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Tantangan lainnya, adalah soal masih minimnya pengetahuan kami untuk menemukan pola yang sesuai dalam implementasi Kurikulum Merdeka.

Kemudian soal paradigma lama yang nyaman pada pendidik dan peserta didik. Kemampuan teknologi informasi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) kami masih jauh tertinggal, di sisi lain orang tua berharap agar anaknya bisa calistung dengan segera. Soalan lainnya yang kami hadapi adalah benturan jadwal kegiatan. Dalam proses transformasi pemanfaatan platform digital, kami merasakan kurangnya waktu untuk belajar atau mengenal platform digital, kemampuan teknologi informasi PTK yang masih rendah, dan alat atau sarana prasarana yang mendukung. Motivasi PTK untuk mengembangkan diri secara mandiri sering berubah dan narasumber berbagi praktik baik terkait pemanfaatan platform digital juga masih kurang.

Dalam aktivasi akun belajar.id kami juga membutuhkan beberapa kali login dan beberapa kali pencarian akun serta kadang akun belajar.id tidak ditemukan. Belajar di PMM membutuhkan waktu khusus dan praktik langsung untuk mengerjakan aksi nyata.

Sejak terpilih sebagai pelaksana PSP, kami berusaha untuk mengimplementasikan PSP dalam berbagai inovasi. Kami telahmengadakan workshop dan pelatihan online, diskusi dan sharing praktik baik kepada teman sejawat pelatihan online melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Kami juga meningkatkan kualitas fasilitas seperti perpustakaan yang dibuat secara kolaboratif dengan peserta ddidik. Buku-bukunya dicetak dari laman Paudpedia yang sangat membantu satuan PAUD menambah jumlah buku yang dibutuhkan pendidik dan peserta didik dalam mengembangkan literasi dan numerasi sebagai salah satu acuan dalam meningkatkan fondasi praliterasi. kami juga sediakan ruang bermain

Tim Schoolmedia

Artikel Selanjutnya
Wujudkan Kepastian Hukum, Keberlanjutan Pembangunan, dan Kesejahteraan Rakyat Melaui Reformasi Agraria
Artikel Sebelumnya
Kemerdekaanku, Kemerdekaan Anda, Kemerdekaan Kita

Artikel Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar