Cari

Inkubasi Prekonsepsi, Strategi Memutus Rantai Stunting di Indonesia

 

Schoolmedia News Jakarta ---- Kepala BKKBN Dr.(H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengikuti diskusi Rencana Kerja menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan stunting dengan Himpunan Kedokteran Fetomaternal Indonesia (HKFMI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) pada Rabu, 26 Januari 2022 melalui zoom meeting.

Pada diskusi tersebut dibahas tentang berbagai sinergi yang akan dilakkan BKKBN bersama HKFMI dan POGI untuk menurunkan stunting dan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Menurut Dokter Hasto memutus mata rantai stunting dapat diwujudkan dengan menginkubasi pada sebelum terjadinya kehamilan atau pada saat prekonsepsi.

"Yang spesifik mulai dari pranikah, hamil, sampai masa interval ini di inkubasikan. Insya Allah meskipun dia pendidikannya SD, kalau dikawal betul dari pranikahnya, hamilnya, intervalnya insya Allah anaknya tidak stunting dan insya Allah juga ibunya tidak mati.

Sehingga kematian ibu dan bayi turun. Ide saya ini relatif diterima oleh Kementerian dan lembaga supaya kita inkubasikan saja dari proses sebelum hamil, hamil kemudian melahirkan. Ini yang saya katakan sebagai inkubasi kalau kita ingin cepat,” kata Dokter Hasto.

Dokter Hasto memaparkan tentang RAK (Rencana Aksi Nasional percepatan penurunan stunting) yang telah dirampungkan oleh BKKBN. BKKBN menyelenggarakan infrastruktur dan suprasutruktur seperti salah satunya membentuk tim pendamping keluarga yang terdiri dari bidan, kader PKK dan kader KB atau kader pembangunan lainnya.

Tim tersebut yang akan mendampingi juga para calon pengantin untuk diukur HB nya, lingkar lengan atas, kemudian tinggi badan dan berat badannya yang akan dimasukkan ke aplikasi Elsimil untuk mengetahui kelayakan dan kesiapannya untuk hamil. Begitu pula setelah hamil nanti juga tim tersebut terus mendampingi ibu hamil hingga melahirkan.

Infrastruktur dan suprastruktur tersebut diselenggarakan BKKBN namun sebenarnya provider yang ada di dalamnya juga adalah para profesor, para obgyn, fetomaternal dan kemudian juga para provider di tingkat daerah seperti bidan.

Sehingga infrastuktur dan suprastruktur yang disediakan BKKBN ini diharapkan sebagai suatu upaya regulasi yang dilakukan BKKBN untuk mendukung para ahli tersebut menurunkan stunting dan kematian ibu dan bayi tutur Dokter Hasto.

Dokter Hasto pun berharap sinergi yang bisa dilakukan bersama adalah dari data 68 juta keluarga yang telah didata BKKBN bisa digunakan para akademisi dan ahli untuk melakukan riset agar bisa menciptakan inovasi-inovasi dan terobosan mempercepat penurunan stunting dan AKI serta kematian bayi tersebut.

Di kesempatan yang sama Ketua HKFM Prof. Dr. dr. Erry Gumilar Dachlan, Sp.OG-KFM sepakat dengan Dokter Hasto bahwa mencegah terjadinya stunting dan kematian ibu serta bayi yang efektif adalah dari hulu yaitu membuat calon ibu hamil siap dan sehat untuk hamil. Namun menurutnya ini bukan hal yang mudah, karena seperti pre eklampsia, dan beberapa penyakit seperti autoimun dan jantung yang kini menjadi banyak penyebab kematian ibu.

Maka dari itu Dokter Erry mengatakan bahwa ibu dengan penyakit-penyakit tersebut diharapkan 6 bulan sebelum hamil bisa ditekan dan diturunkan penyakitnya agar bisa siap dan sehat ketika hamil. Dengan begitu angka kematian ibu dan bayi serta stunting sudah pasti bisa turun dengan sendirinya.

Tim Schoolmedia

 

Artikel Selanjutnya
Masuk Puncak Musim Hujan Waspadai Demam Berdarah
Artikel Sebelumnya
Menteri Pendidikan Indonesia dan Singapura Tanda Tangani MOU Kemitraan SDM

Artikel Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar