Kemendikbud Dukung Pemberian Gelar Usmar Ismail Jadi Pahlawan Nasional

Foto: Studio Antelope

 

Schoolmedia News, Jakarta – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendukung pemberian gelar terhadap tokoh perfilman Tanah Air, Usmar Ismail. Usmar Ismail dikenal sebagai Bapak Perfilman Indonesia yang lahir di Bukittinggi, 20 Maret 1921. Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbud, Ahmad Mahendra mengatakan, hal itu merupakan semangat yang terus didukung oleh pihaknya dari masa ke masa.

Salah satu pelopor pengajuan Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional, Ketua Sinematek, Akhlis Suryapati mengatakan bahwa saat ini semua dokumen pengajuan sudah lengkap untuk ditetapkan. “Saya mohon doanya, dokumen semua sudah sampai di Pak Presiden, tinggal menggugah hati Pak Presiden menandatangani, menetapkan dan menyatakan bahwa Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional,” ujar Akhlis.

Salah satu anak Usmar Ismail, Heidy Ismail memandang sosok ayahnya adalah seorang yang sangat hangat, penuh kasih sayang, dan penuh perhatian di tengah-tengah kesibukannya sebagai tokoh film. Heidy berharap pengusulan Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional yang telah diajukan sejak tahun 2017 dapat segera ditetapkan.

 

Baca jugaBebas Bea Cukai, Ini Manfaat Perjanjian Dagang Indonesia-Australia

 

Sementara itu, adik Usmar Ismail, Nuredin Ismail mengapresiasi Kemendikbud yang telah melakukan digitalisasi terhadap karya-karya Usmar Ismail. Usmar Ismail merupakan tokoh film Tanah Air yang dianggap sebagai pelopor perfilman di Indonesia. Tak hanya itu ia juga disebut sebagai pionir dalam dunia drama modern di Nusantara. Sebelum berkecimplung di dunia perfilman beliau berprofesi sebagai tentara pada masa penjajahan Belanda. 

Pada tahun 1945 setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Usmar menjadi pemimpin Redaksi “Harian Rakjat” Jakarta. Usmar merupakan pendiri Perfini yakni Studio Film Pertama di Indonesia pada awal tahun 1950an, melalui Perfini Usmar bersama beberapa rekannya melahirkan film pertama Indonesia yaitu “Darah dan Doa”. Setelah menyutradarai “Terimalah Laguku” di tahun 1952, Usmar kemudian melanjutkan studinya di Amerika untuk belajar sinematografi.

Pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat pada 20 Maret 1921 itu banyak menorehkan karya, seperti Harta Karun (1949), Tjitra (1949), Darah dan Doa (1950), Enam Djam di Djogja (1951), Dosa Tak Berampun (1951), Terimalah, Laguku (1952), Kafedo (1953), Krisis (1953) dan Lewat Djam Malam (1954). Usmar Ismail mendapatkan penghargaan berupa Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno pada 1962. 

Pada tahun 1969 ia juga menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI. Ia meninggal di Jakarta, 2 Januari 1971 pada umur 49 tahun. Setelah meninggal dia diangkat menjadi Warga Teladan DKI. Namanya diabadikan sebagai pusat perfilman Jakarta, yakni Pusat Perfilman H. Usmar Ismail. Di samping itu, sebuah ruang konser di Jakarta, yakni Usmar Ismail Hall, merupakan tempat pertunjukan opera, musik, dan teater, yang dinamai sesuai namanya.

Komentar

250 Karakter tersisa