Sekolah Keluarkan Siswa Difabel, Ini Tanggapan Disdikbud

Ilustrasi siswa difabel, Foto: Pixabay

 

Schoolmedia News, Bondowoso - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bondowoso menilai insiden SMPN 2 Tamanan yang mengeluarkan siswa berkebutuhan khusus atau difabel itu  karena kesalahpahaman antara pihak sekolah dengan orang tua.

Plt. Kepala Disdikbud Kabupaten Bondowoso, Haeriyah Yuliati membantah bahwa pihak sekolah telah mengeluarkan M Hendra Afrianto. Pihak sekolah, kata dia sebenarnya mengharapkan peran orang tua untuk bersama-sama membantu sekolah dalam proses belajarnya.

"Ananda Hendra ini kan difabel sehingga sulit untuk menulis sendiri. Sehingga mau tidak mau harus ada pendampingan baik dari sekolah maupun orang tua," ujarnya saat dijumpai wartawan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bondowoso, Kamis, 6 Agustus 2020, seperti dilansir dari laman RRI.

 

Baca juga: Polemik POP, Nadiem Akhirnya Akui Ini

 

Meski Kabupaten Bondowoso menerapkan pendidikan inklusi, namun hingga kini belum terdapat guru pendamping khusus siswa difabel. Hal ini menjadi salah satu kendala lembaga sekolah memberikan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus. 

"Belum ada. Sementara ini ditangani oleh guru umum. Makanya sekolah butuh kerja sama orang tua," paparnya. 

Padahal, dalam Peraturan Bupati (Perbup) Bondowoso, telah menyatakan siap menerapkan Pendidikan Inklusi. Dimana ada beberapa sekolah yang memang diprogamkan untuk pendidikan inklusi termasuk SMP 2 Tamanan. 

"Sehingga pihak sekolah menerima anak berkebutuhan khusus untuk masuk disana," ujarnya.

 

Baca juga: Kota Malang Siapkan Diri untuk Adakan Sekolah Tatap Muka

 

Untuk itu, dia berharap agar Kabupaten Bondowoso bisa menyediakan tenaga pendidik khusus bagi anak difabel seperti layaknya di Sekolah Luar Biasa (SLB). 

"Paling tidak, di setiap sekolah inklusi terdapat satu guru yang mempunyai kompetensi untuk itu," ujarnya.

Komentar

250 Karakter tersisa