Gubernur DIY Sebut Humas Jembatani Hubungan Organisasi dengan Masyarakat

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. foto: jogjaprov.go.id

 

SCHOOLMEDIA NEWS, Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan bahwa hubungan masyarakat merupakan lembaga yang dapat menjembatani hubungan antara organisasi dan masyarakat yang menjadi sasaran penerima informasi tersebut.

"Hadirin yang saya hormati, hubungan masyarakat dapat digambarkan sebagai industri yang membangun jembatan dan mempertahankan hubungan antara organisasi dan masyarakat yang dituju," kata Sultan dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asisten Sekda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Bidang Pemerintahan dan Administrasi, Tavip Agus Rayanto di Yogyakarta, Seni (16/12/19).

 

Baca juga: Utusan AS Kunjungi Soul Jelang Tengat Pembicaraan Korut

 

Tavip mewakili Gubernur DIY saat menjadi pembicara kunci pada pembukaan Konvensi Nasional Humas (KNH) 2020 yang diselenggarakan Perhumas tersebut menyampaikan sambutan lengkap Sri Sultan HB X dengan tema "Menggali Kearifan Lokal dalam Era Globalisasi".

"Pada intinya hubungan masyarakat adalah organisasi yang menghubungkan antarmanusia dalam mengemas komunikasi yang tentu berorientasi dengan target, yang tentunya itu harus memerhatikan beragaman budaya yang berbeda," katanya.

Tavip juga mengatakan, memahami eksistensi budaya sangat penting bagi humas dalam pembuatan informasi dan komunikasi dengan menyesuaikan keragaman budaya, khususnya di Indonesia, karena hal itu akan memberikan warna dalam dunia kehumasan di Indonesia.

"Indonesia memiliki ratusan suku budaya, bahkan ribuan, jika dirinci hingga sub sukunya dan bahasa daerah di Indonesia mencapai 652 bahasa, di mana situasi ini menjadikan bahasa daerah di Indonesia menjadi yang paling kompleks," katanya.

 

Baca juga: Sri Mulyani Lantik Ikatan Ahli Ekonomi Indonesia

 

Oleh karena itu, kata Tavip, kehumasan juga harus memahami dan menjalankan prinsip globalization, kehumasan harus peka terhadap nilai dan budaya yang ada di sekelilingnya, karena nilai dan budaya tersebut merupakan kearifan lokal.

"Dengan begitu kehumasan mampu memberi corak tradisi dan menjadi semacam navigator untuk menciptakan fungsi antara budaya dengan modernitas dalam mengemas perencanaan dan penerapan kehumasan berbasis kearifan lokal," tambahnya.

Apalagi, Tavip mengungkapkan, budaya adalah variabel yang mempengaruhi perilaku komunikasi manusia di seluruh dunia selain itu, budaya juga tertanam di alam bawah sadar, maka perilaku komunikasi dan informasi yang bercorak budaya harus ditegaskan secara kontekstual.

"Dan tidak lagi sebagai sebuah mitos, tetapi sebuah etos kerja dengan warna budaya. Dalam praktek kehumasan kita dapat mendengarkan karakter-karakter yang selama ini sejatinya menjadi faktor kunci dalam komunikasi," lanjutnya.

Komentar

250 Karakter tersisa