Kepala BI Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Tutuk SH Cahyono. foto: tribunnews.com
SCHOOLMEDIA NEWS, Samarinda - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Kalimatan Timur (Kaltim) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi di provinsi ini pada triwulan III 2019 tumbuh sebesar 6,89 persen (yoy), meski dibayangi oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat.
"Pertumbuhan perekonomian Kaltim yang sebesar itu, lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya," ujar Kepala BI Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Tutuk SH Cahyono di Samarinda, Selasa, 26 November 2019.
Baca juga: Tiga Guru di Kapuas Hulu Dipecat Satu Masih Diproses
Pencapaian pertumbuhan tersebut terutama dipengaruhi oleh kinerja sektor eksternal yang membaik di tengah harga komoditas global yang masih menurun.
Jika diperhatikan berdasarkan lapangan usaha, lanjutnya, maka ekonomi Kaltim pada triwulan III didorong oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh sebesar 11,46 persen.
Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekspor luar negeri tercatat tumbuh sebesar 15,94 persen, sehingga hal ini menjadi penggerak utama bagi perkembagan ekonomi di Kaltim.
Menurutnya, kinerja sektor pertambangan didorong oleh kenaikan produksi di triwulan III 2019 dibandingkan dengan triwulan II 2019, yakni didukung oleh faktor cuaca yang kondusif dan penyaluran kredit pertambangan yang tumbuh positif sebesar 13,20 persen pada September 2019.
"Di samping itu, kenaikan produksi tersebut diperkirakan sebagai upaya antisipatif para pengusaha batu bara dalam menghadapi tren penurunan harga batu bara lebih lanjut di pasar internasional," tuturnya.
Baca juga: Imigrasi Jateng Deportasi 104 Orang Asing Selama Januari-November 2019
Volume ekspor batu bara juga mengalami kenaikan sebesar 15,24 persen (yoy) dengan tujuan utama pengiriman ke India dan Tiongkok. Restriksi impor batu bara yang dilakukan Tiongkok belum terlihat dampaknya terhadap ekspor batu bara Kaltim.
Ia juga menyatakan bahwa perekonomian Kaltim juga didukung oleh kinerja lapangan usaha industri pengolahan yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pada triwulan sebelumnya yang salah satunya dari crude palm oil (CPO).
"Meski secara tahunan harga CPO masih turun, namun kenaikan produksinya mampu menutupi penurunan tersebut. Kenaikan produksi CPO terlihat pada kenaikan volume ekspor CPO hingga 45,17 persen (yoy)," kata Tutuk.
250 Karakter tersisa